ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Thursday, June 28, 2007

Karyawan Masjid

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.


Karyawan Masjid
Oleh RUSLI H. FADLI

KEBETULAN penulis tinggal di dekat salah satu kompleks masjid di Bandung. Dalam kompleks tersebut selain tersedia aula, pertokoan, perkantoran, juga terdapat sarana pendidikan untuk anak-anak. Kita biasa menyebutnya taman kanak-kanak (TK).

Sebagaimana umumnya TK, keseharian di lembaga pendidikan itu pun ramai dipenuhi jeritan, canda, tawa, terkadang tangis dari anak-anak peserta didik. Walau secara kuantitas jumlah peserta didik dalam lembaga ini masih tergolong kecil, tetapi kehangatan akan kehadiran anak-anak itu sangat dirasakan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.

Sebagai orang yang tak asing dengan anak-anak tersebut, karena penulis tinggal bersebelahan dengan ruang belajar mereka, anak-anak tak canggung berbicara, bercerita tentang segala hal kepada penulis, bahkan tak jarang mereka memanggil penulis dengan sapaan "Bapak Guru".

Dalam satu percakapan, penulis melontarkan pertanyaan kepada salah seorang anak, "hai nak, siapa orang yang paling baik di sini?" dalam hati penulis menebak, sepertinya orang yang akan disebut oleh anak itu adalah gurunya. Karena, sering kita dapatkan bagi anak-anak yang berusia 4-5 tahun, guru lebih di utamakan dari yang lainnya, termasuk orang tuanya sendiri. Penulis tersentak, ternyata nama yang disebutkan oleh si anak jauh dari perkiraan penulis. Sang anak malah menyebut nama seorang karyawan (cleaning service) di lingkungan masjid tersebut. Sebut saja nama orang tersebut si "Pulan", yang baru saja lewat dengan membawa meja tambahan bagi kelas si anak.

Dalam ketertegunan itu, penulis lalu teringat ucapan bijak dari orang tua penulis dahulu bahwa anak kecil tak pandai menyembunyikan sesuatu, ia biasa berkata jujur, tulus, apa adanya. Kemudian muncullah kekhawatiran dalam diri penulis, jangan-jangan apa yang dikatakan sang anak tadi merupakan petunjuk yang datang dari Yang Maha Bijaksana melalui lisan si anak?

Bukankah dalam studi keagamaan (Islam), selain kita mengenal ayat-ayat qowliyah kita juga mengenal ayat-ayat kauniyah? Yaitu petunjuk tentang kearifan dan kebenaran yang diajarkan alam beserta isinya kepada manusia. Jumlahnya tidak terbatas seperti ayat dalam kategori pertama (qowliyah).

Dalam belitan pertanyaan yang belum terjawab, penulis mulai penasaran untuk mengamati perilaku yang dilakukan oleh si Pulan. Dalam tataran aktivitas ibadah, tidak ada sesuatu yang istimewa yang dilakukan olehnya. Kelebihannya, mungkin hanya sesekali mengumandangkan azan ketika masuk waktu salat. Selebihnya tidak ada. Dalam aktivitas sosial, langkahnya agak terbatas oleh pekerjaannya sebagai karyawan masjid. Mungkin untuk aktivitas ini, penulis menilai diri penulis sendiri lebih baik dari dirinya, karena menjadi salah satu pengurus salah satu organisasi kemasyarakatan. Lalu di mana kelebihan si Pulan tadi?

Akhirnya, pertanyaan yang selama ini terus membayangi terungkap juga. Suatu waktu menjelang subuh, penulis tak sengaja pergi ke dapur masjid untuk mengambil air. Tak disangka ternyata si Pulan telah terjaga dan telah melakukan aktivitas di sana. Membersihkan lantai, memasak air panas untuk jemaah masjid, membersihkan peralatan minum, dan lain sebagainya telah dilakukannya di pagi yang buta itu. Inilah mungkin jawaban dari misteri si Pulan yang disebutkan oleh sang anak di atas, yang belum tentu si anak mengetahui aktivitas si Pulan itu.

Sebagai karyawan di salah satu institusi keagamaan, tentu aturan kerja yang diterapkan berbeda dengan kebanyakan karyawan di lingkungan perusahaan umumnya. Si pulan tidak mendapatkan bayaran sebesar yang diterima karyawan biasa. Ini sangatlah wajar, mengingat pendapatan masjid tidak diorientasikan kepada gaji karyawan. Akan tetapi, ada nilai yang selama ini ditunjukkan oleh si Pulan, yaitu etos kerja dengan penuh tanggung jawab, (dalam bahasa Alquran dikenal dengan amanah) dan pengorbanan hak pribadi demi hak orang banyak (ikhlas).

Siapa pun dan apa pun profesi yang digeluti oleh seseorang ketika dua semangat tadi ada dalam diri seseorang, maka ia akan menampilkan karya terbaiknya di setiap aktivitas. Dibayar ataupun tanpa dibayar, diperhatikan orang ataupun tidak, dipinta ataupun tidak, amanah dan keikhlasan merupakan bingkai indah dari setiap amal seseorang (Muslim).

Diceritakan dalam satu riwayat, ketika hendak menghadapi perang Uhud, Nabi Muhammad terlihat sedih dan murung. Salah seorang sahabat bertanya, "ya Rasulullah, kenapa baginda bersedih, apa yang baginda khawatirkan, padahal jumlah bala tentara kita jauh lebih besar dari pada saat kita menghadapi perang Badar? Rasulullah menjawab, "memang saat ini jumlah tentara Muslim lebih banyak, tetapi yang betul-betul ikhlas berjuang di jalan Allah sangat sedikit aku temukan".

Agaknya tak berlebihan ketika kita mengatakan bahwa apa yang dilakukan si Pulan di atas, lebih utama daripada tokoh-tokoh agama yang lebih banyak menghabiskan pikirannya untuk memproduksi "tafsir justifikasi" bagi kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada kepentingan umat. Seruan "kesabaran" dan "ketabahan" terhadap lilitan kemiskinan yang diucapkan para ulama, walau dibalut dengan teks-teks agama, agaknya tidak lebih utama daripada percikan air yang dituangkan si Pulan dengan ikhlas dalam membersihkan lantai masjid, menyajikan air hangat kepada jemaah subuh, dan bentuk pembelaan lainnya terhadap agama ini.

Semoga perumpamaan Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 265 tentang perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti kebun yang terletak didataran tinggi kemudian disiram dengan hujan yang lebat, maka kebun itu menghasilkan buah yang lebat, menjadi milik si Pulan akibat keihlasannya dalam menjaga agama ini. Amin. Wallahu 'alam bishowab.

Penulis, Ketua Umum DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jawa Barat

Saturday, June 23, 2007

Berhusnuzonlah..kepada Allah

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.



Saat kita merasa Allah terlalu ga peduli karena Allah belum juga menjawab doa kita, itu bukan berarti Allah tidak menyayangi kita.
Justru Allah sangat sayang kepada kita, Ia sangat senang melihat hambaNya yang terus merintih, menangis di hadapanNya dan ingin tetap melihat hambaNya seperti tiu. Bukan Ia tak sayang, tapi karena Ia tahu kita akan berhenti menangis jika doa kita dikabulkanNya. Dan Ia tak lagi melihat kita menangis, bahkan kemudian Ia terlupakan.
Mungkin juga karena ada yang menghalangi doa kita...dosa. Mungkin banyak sekali dosa yang kita perbuat, mungkin banyak hak Allah yang kita abaikan, bukankah tak ada dosa kecil jika berulang? Maka perbanyaklah beristighfar, bertaubat dan memohon ampunanNya. Semoga Ia mengampuni dan dan menghapus dosa kita. Beristighfarlah sebanyak-banyaknya, kapanpun dan dimanapun, karena kita tak thu kapan ampunan dan pertolongan Allah akan turun.

La tahzan dinukil dari tahajud call comunity

Dalam hidup kita ada Allah

Seorang ulama kontemporer dan guru besar al-Azhar Mesir, syekh Mutawalli al-Sya'rawi, beliau menulis dalam tafsirnya, tentang khawash (keindahan dan keistimewaan) lafazh Allah, menurut beliau "Allah selalu ada dalam diri manusia walaupun mengingkari wujud-Nya lewat ucapan dan tindakan perbuatan. Kata ni selalu menunjuk kepada-Nya itu.
Perhatikanlah lafazh Allah. Bila huruf pertamnya dihapus, maka ia akan terbaca "Lillaah"
Bila huruf berikutnya dihapus, akan terbaca "Lahu",yang berarti milik-Nya/untuk-Nya
Hapus lagi huruf berikutnya, akan terbaca "HU", yang berarti Dia
Jadi setiap orang yang mengeluh, selalu berkata "uh", "ih","ah",dsb, tersirat bahwa setipa orang sadar atau tidak,menyebut Allah, paling tidak keluhannya tertuju mengeluh pada-Nya.


khizr


Allah, Maha Melihat

Allah selalu melihat dan menyaksikan apa yang kita perbuat, karena Dia, Al-'Alim, al-Bashor
Seorang kiai ketika memberi ujian kepada santri-santrinya tentang aqidah, ia menyediakan 20 ekor merpati dan 20 ekor pisau yang tajam. Beliau memerintahkan pada 20 santrinya untuk menyembelih merpati tsb pada suatu tempat yang tidak ada seorangpun yang dapat melihatnya.
Setelah perintah tsb diberikan, pergilah mereka masing-masing ke tempat yang mereka anggap tidak ada yang dapat melihat dan menyaksikannya.
Kemudian, setelah masing-masing menyembelih merpati yang mereka dapatkan, hanya ada satu orang anak yang tidak menyembelih merpatinya.
Sang kiai bertanya, mengapa anak tersebut tidak menyembelih merpatinya, anak itu mengatakan, "Saya tidak menemukan satu tempatpun yang tidak dapat dilihat dan disaksikan oleh siapapun..."
Sang kiai kemudian bertanya lagi, "Mengapa tidak kau temukan, anakku?"
"Karena selalu ada yang melihat dan menyaksikan"
"Siapa?"
Anak itu menjawab dengan tulus, "Allah"

--Khizr--




Semua Hanya karena Allah

Oleh: Zainuddin Tolehah

Tak ada satupun di dunia ini yang terjadi san berjalan kecuali hanya karena Allah semata. Semua berjalan karena kehendaknya. Artinya, setiap manusia hanya bisa merencanakan segala sesuatunya dengan berbagai upaya, usaha, ikhtiar, dan sebagai makhluk kita wajib menyertainya dengan doa, sementara urusan hasil hanya kepunyaan Allah.
Dalam salah satu hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah pernah berwasiat kepada Ibnu Abbas, yang ketika itu usianya masih belasan : "Ya ghulam, aku ajarkan engkau beberapa kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu; Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya bersamamu; Jika engkau meminta, mintalah pada Allah; Jika engkau minta tolong, minta tolonglah pada Allah. Ketahuilah, jika umat manusia bersatu untuk memberi manfaat padamu, mereka pasti tidak dapat melakukannya kecuali suatu manfaat itu telah Allah tetapkan untukmu. Jika mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran lembaran telah kering.?

Indah sekali untaian kalimat kalimat itu. Betapa segala sesuatunya memang terjadi atas kehendak Allah. Tidak ada yang luput dari padanya.

Jadi, betapapun gelombang dan badai menerpa dan menghantam kita, jangan takut, Allah akan selalu bersama kita. Dan apapun yang terjadi, itu memang sudah garisan takdir yang harus kita terima. Yang penting dan harus selalu kita sadari, kita jangan melenceng dari ketentuan Allah. Harus selalu di jalan ketaatan kepada Allah.

Dalam konteks tersebut dapat kita simpulkan, bahwa sejak kecil anak-anak harus diberikan pelajaran dan pemahaman betapa kita harus selalu tergantung pada dan emngingat Allah dan hanya Dia pulalah yang akan memberi bantuan dan pertolongan. Betapa kalau kita selalu taat pada jalan Allah, la pun sebaliknya akan memberikan jalan kemudahan dan kebaikan kepada kita.

Proses itu harus selatu berjalan terus menerus, tanpa henti sampai maut memisahkan kita, bahwa semua itu merupakan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Selalu berusaha untuk memperbaiki di setiap kesempatan. Sebagai manusia, kita memang tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan. Tetapi itu semua merupakan proses untuk memperbaiki diri, sehingga kita selalu diingatkan untuk bisa berubah ke arah yang lebih baik.

Dalam salah satu hadits riwayat Tabrani disebutkan, ?Jadikanlah anak anakmu hanya takut kepada Allah,? demikian sabda Rasulullah. Itu semua melengkapi pernyataan di atas. Bahwa sejak awal, sejak anak anak, kita harus mengenalkan Allah kepada anak anak kita dan hanya kepada-Nya lah kita takut dan berserah diri. Tetapi hanya kepada Dia pulalah kita beriman dan bertaqwa, tidak kepada selain Dia. Hanya kepada Allah kepada Allah kita meminta dan memohon pertolongan. Sesungguhnya tidak ada yang memberi dan meminta pertolongan selain hanya kepada Allah.

IKHLAS
Apabila, semua yang kita lakukan hanya semata mata karena Allah, itu merupakan salah satu tanda ikhlas.

Jadi pengertian ikhlas itu adalah kita melepaskan semua beban apapun juga semata mata dan tiada lain karena hanya untuk Allah.

Kalau sudah demikian, maka langkahpun menjadi mudah, beban menjadi ringan, jalan menjadi mulus, karena kita meniadakan prasangka jelek, menghilangkan kecurigaan, dan selalu positif thinking.

Pada titik ini baik dalam hubungan kita dengan sesame manusia maupun kepada Allah, tidak ada kecurigaan atau syak wasangka. Berpikir kitapun menjadi jernih, cara pandang kitapun tidak hanya pada salah satu sudut, tetapi semua sudut yang memungkinkan harus kita lihat dan perhatikan.

Pada akhirnya, dalam menilai sesuatu kita tidak bisa langsung menyalahkan atau memvonis bahwa hal itu salah, tetapi kita juga harus melihat dari sudut pandang lain kenapa hal itu terjadi, ada satu konklusi dan hubungan sebab akibat antara satu dengan yang lainnya. Kalau kita sudah bisa berpikir dan menilai sesuatu dari segala sudut pandang secara utuh, maka tentunya Insya Al?lah keputusan yang akan kita ambil tidak akan menyakitkan tetapi sebaliknya akan memberikan kesejukan kepada semua pihak.

SUJUD
Kata kunci dari semua itu adalah hilangkan kesombongan, mari kita bersujud kepada Allah. Sujud adalah simbol ketundukan, ketaatan, dan kepasrahan kita kepada Allah SWT. Sujud adalah refleksi dan tanda hancur leburnya semua benih kesombongan yang ada dalam diri kita di hadapan Allah SWT.

Sujud adalah tanda bahwa kita benar-?benar merasakan kelemahan dan mengakui kekerdilan di hadapan kekuatan dan kebesaran Allah. Karena dalam sujud kita meletakkan kepala, di atas tanah yang selalu kita injak. Karena saat sujud, kita menempelkan hidung di atas bumi yang selama ini ada di bawah. Sebab itulah, hamba hamba Allah yang kafir, hamba hamba Allah yang takabbur dan sombong, menolak sujud.

Maka, sujud dan mintalah kepada Al?lah, apa saja kebaikan yang kita inginkan. Karena, ketika sujud, kita berada di titik terakhir yang paling dekat dengan Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasullullah, ?Posisi seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia dalam posisi sujud.? (HR. Muslim)

Untuk itu marilah kita selalu berseujud sebagai wujud penyerahan hanya kepada Allah. Wallahualam Bisawab.*** (Zen)


Resep Dokter Jiwa

Seorang Badui datang kepada seorang dokter,Orang Badui itu bertanya, “Apakah dokter punya resep obat untuk menyemuhkan penyakit dosa?”

Dokter menundukkan kepalanya sejenak sambil berpikir. Lalu ia menjawab, “dengarkan resep ini. Jika kamu kerjakan maka kamu akan mendapat penyembuhan dari ALLAH Subhanahu wa Ta'ala.”

Ambillah akar akar kemelaratanmu dan jiwa kesabaran. Lalu campurkan dengan bubuk pikiran, dan dicampur (kadarnya sama dengan rendah hati dan kekhusyu'an, kemudian ditumbuk semua dalam lumbung taubat dan dibasahi dengan air mata, lalu ditempatkan dalam tempat rendah diri kepada Allah dan dimasak dengan api tawakkal kepada Nya.

Setelah diaduk dengan sendok istighfar sehingga tampak taufik dan kehormatan diri. Kemudian, pindahkan ke mangkok cinta dan dinginkan dengan udara kasih sayang. Sesudah disaring dengan saringan kesusahan dan ditambah dengan hakikat iman serta campurkan dengan takut kepada Allah.

Teruskan minum obat itu selama hidupmu dan hatimu akan sembuh dari segala keluhan dan akan hilang rasa sakit dosa.

Artikel tersebut diambil dari hikmah dalam humor kisah dan pepatah , A. AZIZ SALIM BASYARAHIL


Si Fakir Yang Dermawan

Pada zaman dahulu, ada seorang lelaki yang beriman tinggal bersama dengan isteri dan anak-anaknya. Mereka tinggal dalam sebuah gubuk sederhana. Meskipun mereka jauh dari kilauan dan gemerlap materi, hati mereka dipenuhi dengan kasih sayang.

Pada suatu hari lelaki beriman itu berada dalam kesulitan, sampai-sampai isterinya berkata kepada lelaki itu, “Kini simpanan kita tinggal satu dirham saja.” Lelaki itu mengambil satu dirham tersebut dan pergi ke pasar. Dengan uang itu dia akan membeli sedikit makanan. Dalam keadaan bertawakal kepada Tuhan, dia tiba di pasar. Baru beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba terdenagar suara gaduh. Seseorang berkata dengan marah, “Engkau harus membayar utangmu. Jika tidak, aku tidak akan membiarkan engkau pergi.”

Lelaki yang berdiri di hadapan orang itu menundukkan kepalanya karena malu. Sang lelaki yang beriman itu mendekati kedua orang yang berselisih itu dan dengan suara yang lembut bertanya, “Baiklah, katakanlah apa yang menyebabkan kalian berselisih paham.”

Lelaki yang berhutang berkata, “Lelaki ini telah menjatuhkan harga diriku hanya karena uang satu dirham padahal saat ini aku tidak mampu untuk melunasi utang tersebut.”

Lelaki beriman itu berfikir sebentar dan kemudian, uang satu dirham yang dimilikinya itu diberikannya kepada si penghutang. Akhirnya, terjalinlah persahabatan antara orang itu tadi. Lelaki yang berutang itu mendoakan keselamatan buat lelaki yang beriman itu serta mengucapkan kesyukurannya.

Hati lelaki beriman itu dipenuhi rasa gembira karena berhasil menolong orang lain. Lalu diapun pulang ke rumahnya. Di pertengahan jalan dia terpikir, “Sekarang, bagaimana aku harus memberi jawaban kepada isteri ku? Jika dia memprotes, aku akan membiarkannya karena itu haknya.”

Sesampainya di rumah, dia menceritakan apa yang telah terajdi. Isterinya adalah juga seorang perempuan yang baik dan beriman. Dia tidak memprotes suaminya, malah berkata, “Engkau telah melakukan sesuatu yang baik hari ini dan engkau telah memelihara harga diri lelaki itu. Allah pasti akan memberi balasan kepadamu. Ambillah tali yang ada di rumah kita ini dan juallah di pasar. Mudah-mudahan, uang tersebut bisa engkau gunakan untuk membeli makanan.

Lelaki beriman itu merasa sungguh gembira dengan sikap isterinya tersebut. Dia kemudian mengambil tali itu dan membawanya ke pasar. Namun, betapapun dia berusaha keras untuk menjual tali itu, tidak ada seorang pun yang ingin membelinya. Dengan rasa putus asa, dia pulang ke rumahnya. Di pertengahan jalan pulang, dia bertemu dengan nelayan penjual ikan yang juga gagal menjual ikannya. Lelaki beriman itu menghampirinya dan berkata, “Tidak ada orang yang ingin membeli ikanmu dan tidak juga taliku. Bagaimana menurutmu bila kita berdua saling menukar barang ini?”

Si nelayan berpikir dan kemudian berkata, “Aku tidak mempunyai tempat untuk menyimpan ikan ini di rumah. Lebih baik engkau ambillah ikan ini dan sebagai gantinya aku akan menjadi pemilik talimu yang mungkin di satu hari nanti berguna buatku.”

Akhirnya, lelaki beriman itu membawa pulang ikan ke rumahnya. Isterinya dengan gembira segera memasak ikan tersebut. Ketika perut ikan dibelah, dengan penuh takjub dia menemukan sebuah mutiara yang berharga di dalamnya. Ya, suami istri mukmin dan baik hati itu memperoleh harta yang banyak.

Lelaki itu membawa mutiara ke toko emas untuk dijual dan mutiara itu terjual dengan harga seratus dirham. Lelaki itu dan isterinya bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan mereka kekayaan. Mereka pun tidak lupa untuk tetap berbuat baik dengan membagi-bagikan sebagian uang mereka kepada orang-orang miskin lainnya. Lelaki beriman itu berkata kepada isterinya: Tuhan telah mengaruniakan kepada kita nikmat, kesenangan dan kemewahan. Kini sebagai tanda kesyukuran atas nikmat ini marilah kita membagikan kekayaan yang ada kepada mereka yang memerlukan. Siapakah yang lebih layak dari sang nelayan yang telah bersusah payah menangkap ikan di laut itu?”

Lelaki beriman itu pergi ke pasar dan mencari si nelayan itu. Setelah berusaha keras, akhirnya dia bertemu dengan sang nelayan dan dia pun menceritakan pengalamannya. Dia berkata, “Aku ingin memberi sebagian dari uang ini kepadamu.” Meskipun miskin, nelayan itu adalah seorang lelaki yang baik hati. Dia berkata, “Wahai teman, apa yang engkau dapatkan di dalam perut ikan itu disebabkan karena kebaikanmu dan aku tidak bersedia mengambil apa-apa darimu.”

Lelaki beriman itu menjawab, ”Allah telah memberi ilham kepadamu sehinggakan dengan niat baik engkau telah menukar ikan milikmu dengan taliku agar aku dapat mengenyangkan perut isteri dan anak-anakku. Ketahuilah, apa yang ingin aku berikan kepadamu ini adalah hadiah bagi niat baikmu itu.Allah menginginkan agar engkaupun menikmati nikmat yang Dia berikan.”

Akhirnya, nelayan tersebut menerima uang itu dan mengucapkan syukur kepada Allah atas kebaikan dan karunia Allah. Dengan cara ini, Allah telah memberi kemuliaan kepada lelaki beriman dan isterinya itu lewat ujian-Nya. Dalam ketiadaan harta, mereka tetap bersabar dan dalam keadaan berkecukupan, mereka mengucapkan bersyukur kepada Allah dan membagi nikmat itu dengan orang la


r

Air Mata Kerinduan Uwais AlQarani Kepada Rasul saw

Di negeri Yaman, hiduplah seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarani yang berasal dari kabilah Qaran. Uwais Al-Qarani mempunyai jiwa yang bersih dan mulia. Dia seorang yang pintar dan selalu melakukan pencarian makna hidup. Meskipun saat itu dia masih belum mengenal ajaran Islam yang mulia, dia sangat menghormati nilai-nilai mulia kemanusiaan. Di antara sikap dan perilaku Uwais yang paling menonjol sekali ialah penghormatan yang besar terhadap ibunya. Dia bersikap amat lemah-lembut kepada ibunya yang sudah tua dan dia amat mengerti tanggung jawabnya sebagai anak. Dia dapat merasakan kesulitan seorang ibu dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Oleh karena itu, dia melayani ibunya seperti seorang pelayan yang taat dan patuh. Uwais sama sekali tidak melupakan jerih payah ibunya.

Suatu saat, Uwais Al-Qarani mendengar kabar bahwa ada seorang nabi yang berhijrah dari kota Mekah ke Madinah dan sebagian dari masyarakat mengikuti ajaran nabi tersebut. Uwais dengan perenungannya, sampai kepada kesimpulan bahwa Muhammad adalah seorang nabi yang benar-benar diutus oleh Tuhan karena perintah dan ajaran yang disampaikan beliau berlandaskan kepada akal dan sesuai dengan nilai-nilai tinggi insani. Uwais mempercayai kenabian Muhammad saaw dan dia ingin sekali bertemu dengan beliau. Dia ingin melakukan perjalanan ke Madinah dan melihat sendiri keindahan hati Muhammad dari dekat. Tetapi, kondisi ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan membuatnya mengurungkan niatnya itu. Berbulan-bulan lamanya Uwais memendam harapan dan impiannya tersebut. Sampai suatu hari, dia mengambil keputusan untuk menceritakan keinginannya itu kepada ibunya.

Uwais dengan sopan duduk di hadapan ibunya dan berkata, “Wahai ibu, aku tidak dapat menahan hati untuk bertemu dengan seorang lelaki yang telah diutus sebagai nabi. Engkau pun tahu bahwa anakmu ini tidak pernah berfikir tentang hal-hal selain dari kebaikan dan kebenaran. Jika ibu mengizinkan, aku ingin sekali pergi menemui Rasul Tuhan itu dari dekat.”



Ibu Uwais yang amat terkesan melihat kesungguhan dan gelora keinginan anaknya untuk bertemu dengan Nabi, berkata, “Wahai anakku, aku izinkan engkau untuk pergi ke Madinah, tetapi aku minta supaya setelah engkau bertemu dengan Nabi segeralah engkau pulang ke Yaman dan janganlah engkau berlama-lama di sana.”

Dengan penuh gembira, Uwais menerima permintaan ibunya itu dan dia pun melakukan perjalanan untuk pergi ke Madinah. Meskipun perjalanan begitu jauh dan menyulitkan, namun semangat dan keinginannya yang besar untuk bertemu Nabi menyebabkan dia merasa begitu gembira hingga tidak merasa lelah dalam perjalanan. Siang dan malam dia tempuh perjalanan tanpa menghiraukan kesulitan dan kelelahan yang menderanya.

Akhirnya, sampailah Uwais Al-Qarani ke kota Madinah. Dengan tidak sabar lagi, dia bertanya ke sana kemari untuk mencari Nabi Muhammad. Tetapi, berita yang didapatkannya amat mengecewakan. Orang-orang Madinah memberi tahu Uwais bahwa Nabi sedang keluar dari kota untuk beberapa hari. Begitu Uwais mendengar berita ini, dia mengeluh panjang dan terduduk di atas tanah. Segala kelelahan terasa menimpa seluruh tubuhnya. Sedemikian besar rasa kecewa yang menyelubunginya sehingga dia menangis sejadi-jadinya. Orang-orang membujuknya dengan mengatakan bahwa dia bisa tetap tinggal di Madinah dan menjadi tamu mereka sampai Rasulullah kembali dari perjalanannya. Tetapi Uwais berkata bahwa dia mempunyai seorang ibu tua yang sedang menanti kepulangannya.

Uwais mengambil keputusan untuk segera pulang ke Yaman meskipun dia belum berhasil menemui Nabi, demi melaksanakan janjinya kepada sang ibu. Dia berkata kepada para sahabat dan keluarga Nabi, “Aku terpaksa pulang ke Yaman. Aku minta pada kalian, jika Rasulullah pulang, sampaikanlah salamku kepadanya.”

Beberapa hari kemudian Rasulullah saw pulang ke Madinah. Ketika beliau mendengar kisah Uwais, beliau memujinya dan berkata, “Uwais telah pergi, namun cahayanya tetap tinggal di rumah kami. Angin sepoi dan aroma wewangian syurga bertiup ke arah Yaman. Wahai Uwais! Aku juga ingin sekali menemuimu. Sahabat ku, siapapun di antara kalian yang bertemu dengan Uwais, sampaikanlah salamku kepadanya.” Dalam sejarah dikatakan bahwa memang Uwais tidak pernah dapat bertemu dengan Rasulullah. Tetapi, karena pengorbanan yang telah dilakukannya buat ibunya, namanya tercatat abadi dalam sejarah.
















































Friday, June 22, 2007

Tentang memuji pasangan

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Qais bin Ahmad, seorang arif bijak, berkata, "Dunia itu ketika sedang menghadapimu, dia memberimukebaikan orang lain, dan apabila sedang membelakangimu, dia mencabut darimu segala kebaikanmu.


Tentang Memuji Pasangan


Suatu saat saya berbincang dengan seorang ibu rumah tangga tentang memuji pasangan. Dia terkejut ketika tahu bahwa saya dan suami sering saling memuji, karena dia berpikir itu bukanlah hal penting dan bisa membuat pasangan GR. Saya tersenyum, mengingat betapa seringnya kami saling memuji hingga kadang pipi memerah karena senangnya. Tadinya saya pikir kebiasaan saling memuji ini hanya bertahan selama awal pernikahan saja, tetapi ternyata setelah sekian lama, kami masih sering melakukan hal itu. Ada perasaan berbunga bunga ketika suami memuji kecantikan saya saat saya berdandan rapi atau ekspresinya ketika memakan kue buatan saya, hmmm..uenak banget dek...padahal saya tahu kuenya tidak terlalu enak karena saya baru mulai belajar memasak ketika menikah. Saya juga pernah melihat suami saya tersenyum senyum bangga saat saya bilang..mas ganteng banget deh kalo pakai baju ini.....meskipun setelahnya dia jadi sering memakai baju itu sampai warnanya memudar dan bahannya menjadi rusak.

Memuji pasangan, mungkin bukan perbuatan yang mudah tetapi juga tidak terlalu sulit,. Untuk sebagian pasangan, memuji mungkin bukan hal yang penting tetapi bisa jadi penting untuk suatu kondisi tertentu. Terkadang manusia butuh penghargaan untuk memotivasi dirinya. Seperti halnya ketika suami memuji masakan saya, meskipun saya tahu rasanya tidak jelas, tetapi itu justru membuat saya bersemangat untuk membuat masakan dengan rasa yang lebih enak lagi, saya tidak bisa membayangkan bagaimana sedihnya saya kalau suami mencela masakan saya.

Seperti yang dikatakan teman saya tadi, bisa jadi pasangan GR setelah dipuji, tetapi saya yakin tidak ada orang yang tidak senang ketika dipuji, dan bukankah Islam pun menganjurkan dalam rumah tangga untuk saling menyenangkan satu sama lain. Bahkan Rasulullah pun sering menghargai dan menyenangkan hati istri-istrinya dengan pujian. Begitu banyak pahala yang bertaburan dalam suatu rumah tangga, dan memuji pasangan merupakan salah satu pahala yang bertaburan itu, tinggal bagaimana kita apakah mau meraihnya atau tidak. So...kenapa masih pelit memuji pasangan?Dudung.net


myspace codes
Myspace Codes: MyNiceSpace.com



Thursday, June 21, 2007

Santriwati Gaul

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Sahabat itu adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyum sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir, dan mengalungkan butir2 mutiara doa pada dada mu


Santriwati Gaul
STUDIA Edisi 331/Tahun ke-8 (5 Maret 2007)

Kehidupan para santri ternyata bisa diangkat kisahnya jadi cerita yang lumayan menarik. Paling nggak bisa kita nikmati dalam sinetron yang tayang di TPI akhir-akhir ini (setiap hari Minggu, jam 19.00 WIB). Yup, judulnya Santriwati Gaul. Dibintangi tiga artis remaja yang ngetop sebelumnya di layar lebar. Mereka adalah Zhi F, Tania Harjosoebroto dan Fitria Rachmadina. Zhi F dan Tania adalah pemeran di film horor Bangku Kosong. Sementara Fitria Rachmadina di film Bintang di Surga. Oya, pemeran lain di sinetron Santriwati Gaul ini adalah Gunawan dan Renny Umari.

“Selama ini, pesantren masih dianggap sebagai pilihan sekunder dalam sebuah sistem pendidikan formal di negara kita. Padahal, tak sedikit pesantren modern yang punya sistem pendidikan yang bagus,” ujar sutradara Gambulano APH mengenai misi yang terkandung dalam Santriwati Gaul (http://seputar-indonesia.com, 20/01/2007)

Lebih lanjut menurut Gambulano, Santriwati Gaul adalah sinetron sosial dengan pendekatan komedi berlatar belakang pesantren dengan tiga orang gadis remaja sebagai tokoh utamanya. Mereka adalah sosok remaja yang tengah mencari jati diri, layaknya remaja lain. Namun karena alasan tertentu, ketiga orangtua mereka memilih pesantren sebagai lembaga pendidikan yang dapat membimbing anak gadis mereka menjadi manusia yang bisa diharapkan di kemudian hari.

“Pada intinya, tiga santriwati yang menjadi inti dalam sinetron ini adalah gambaran gadis remaja pada umumnya,” ungkap Gambulano. Dikisahkan, Aulia (Zhi F), Betty (Tania Harjosoebroto), dan Mardiyah (Fitria Rachmadina), tiga murid Pesantren Kharisma Hati yang tinggal sekamar dan bersahabat. Aulia adalah anak pengusaha kaya yang cantik, modis, gaul, berani, serta memiliki gaya bicara ceplas-ceplos. Sementara Betty, seorang gadis gendut, gemar makan, cuek, berani, tetapi sembrono, datang dari keluarga pedagang kaya. Adapun, Mardiyah adalah gadis keturunan priyayi Solo yang cantik, jujur, dan lugu. Oya, Aulia adalah sosok yang mengenal seluk-beluk dunia remaja metropolis.

Bro, cerita di sinetron ini cukup unik dan karakternya cukup kuat dari setiap tokohnya. Selain karakter tiga santriwati seperti yang udah dipaparkan tadi, ada juga karakter ustad Sobri yang diperankan Gunawan. Digambarkan bahwa ustad Sobri ini orangnya bijaksana, pintar, welas asih, gentleman ditambah paras yang rupawan. Karakter berikutnya adalah Ustadzah Habibah (Renny Umari) yang rada-rada galak, sinis (terutama kepada Aulia), judes, dan suka caper alias cari perhatian (terutama dari ustad Sobri).

Inilah sekilas gambaran tentang sinetron Santriwarti Gaul keluaran Starvision yang kini sedang tayang di stasiun televisi TPI.

Masih minim tuntunan
Sebagai sebuah tontonan yang menghibur, sinetron ini cukup menyegarkan di tengah derasnya sinetron remaja yang melulu tentang cinta dan hedonisme. Santriwati Gaul boleh dibilang beda. Meski tentu saja masih memiliki kekurangan di sana-sini. Terutama soal pesan tuntunan Islam yang ingin disampaikan dalam cerita itu masih kurang menekan.

Sekadar contoh aja dalam dua episode yang pernah tayang, Kamus Nabi Yusuf dan Kemelut di Tengah Musibah. Kalo dilihat dari segi penceritaan bisa dibilang lumayan bagus. Alurnya mengalir enak dan banyak adegan kocak yang segar. Tanpa dibuat-buat. Namun, soal isi masih perlu pembenahan. Misalnya tentang hubungan pergaulan antara laki dan wanita. Memang, dalam kehidupan nyata tentang longgarnya pergaulan antara laki dan perempuan, termasuk di lingkungan pesantren, faktanya memang ada. Bahkan sangat boleh jadi dalam sinetron ini adalah menangkap pesan yang udah nyata di lapangan.

Dikisahkan misalnya dalam episode Kamus Nabi Yusuf, Ustad Sobri yang merasa iba kepada Rena, yang mengaku bahwa perbuatan tak terpuji yang dilakukannya kepada Aulia dkk adalah karena minimnya pemahaman agama, akhirnya mau ngajarin Rena mengaji.

Nah, sebetulnya di sini jadi masalah. Sebab, pergaulan antara laki dan perempuan masih longgar. Padahal, supaya nggak terjadi hal-hal yang bisa mengantarkan kepada maksiat atau minimal fitnah, seharusnya Ustad Sobri nggak ngajarin Rena ngaji (kan bisa sama ustadzah atawa santriwatinya). Apalagi hal itu dilakukan di luar pesantren, yakni di rumah Rena. Udah gitu, nggak ada mahramnya lagi. Wah, dalam kehidupan nyata pun, kata Rasulullah saw., setan adalah pihak ketiga yang menyertai pertemuan mereka. Terbukti, dikisahkan bahwa Rena sebenarnya pura-pura aja minta diajarin ngaji karena niat utamanya adalah ingin memperdaya Ustad Sobri dan berusaha untuk memfitnahnya bahwa Ustad Sobri hendak memperkosanya.

Masih di episode itu, Ustad Sobri juga digambarkan mau aja alias nurut ketika Ustadzah Habibah meminta ditemenin ke toko buku. Lucunya, pas hendak ke toko buku, mereka berdua kepergok Ustad Mubin. Tapi Ustad Mubin bukannya melarang mereka agar tidak berduaan (berkhalwat), eh ternyata malah ngajak mereka naik mobilnya dengan alasan tempat yang akan ditujunya searah dengan yang dituju Sobri-Habibah. Waduh!

Oya, dalam episode Kemelut di Tengah Musibah juga sama, meski niat Ustadzah Habibah untuk berangkat umrah bareng Ustad Sobri nggak kesampaian, tapi penggambaran sikap Ustad Sobri yang mau saja diajak bareng sama Ustadzah Habibah pergi umroh menjadi fakta bahwa aturan pergaulan pria-wanita itu sangat longgar. Padahal, mereka jelas-jelas dalam cerita itu bukan mahram.

Sobat, ini memang kisah fiksi. Bahkan sangat boleh jadi terinspirasi dari kehidupan nyata. But, jika emang ingin memberikan tuntunan, bisa ditayangkan pesan singkat dari seorang ustad yang mengomentari cerita sinetron yang baru saja ditayangkan. Misalnya, “Sinetron yang baru saja Anda saksikan, memang gambarannya bisa jadi ada dalam kehidupan nyata di sekitar kita. Namun, penggambaran dalam sinetron ini hanyalah sebagai salah satu pemaparan fakta dalam bentuk visual. Bahwa inilah akibat longgarnya aturan yang mengikat hubungan antara laki-perempuan yang sebenarnya sudah dijelaskan dalam Islam. Sehingga pemirsa diharapkan tidak terinspirasi dengan isi cerita ini untuk melakukan kemaksiatan”

Hmm.. tapi kalo pesan singkat dari tokoh agama di akhir cerita dianggap sebagai bentuk yang menggurui atau menghakimi, bisa saja diciptakan satu tokoh yang terlibat dalam cerita itu yang selalu menjadi pengingat bagi beberapa adegan maksiat atau mendekati maksiat yang dilihatnya. Sehingga pemirsa menjadi tahu bahwa sebenarnya mereka sedang diberikan wawasan baru. Mengkritisi fakta dengan standar ajaran Islam. Bukan malah pemirsa dibiarkan menilai sendiri.

Boys and gals, tapi terlepas dari itu semua, sebenarnya masih ada pertanyaan besar: bolehkah secara hukum syara, orang-orang yang terlibat dalam sinetron tersebut itu dan melakukan adegan yang sebenarnya bertentangan dengan ajaran Islam? Sebab, gimana pun juga sebagai Muslim kita terikat dengan aturan Islam. Belum lagi kalo ngomongin soal perilaku para pemeran di luar sinetron. Kita kadang berpikir: apa mereka kemudian nggak merasa harus menjadi baik terus setelah membintangi sinetron religi? Apakah itu hanya dilakukan sebatas tuntutan skenario aja? Lalu lenggang kangkung di luar sinetron; misalnya cuek aja nggak pake kerudung dan jilbab? Hmm.. lain kali mungkin kita bisa bahas deh.

Gaul tapi syar’i dong ya
Sobat muda muslim, Islam nggak melarang kok kita gaul. Tapi tentu aja syaratnya adalah bahwa gaulnya masih dalam batasan yang dibolehkan dalam ajaran Islam. Kalo ngelihat tayangan sinetron Santriwati Gaul, kayaknya ada yang perlu diluruskan deh. Terutama pergaulan yang kesannya longgar banget antara pria dan wanita, dan itu sangat boleh jadi memang faktanya banyak terjadi di kehidupan nyata, termasuk di lingkungan pesantren.

Padahal nih, alangkah lebih kerennya lagi kalo orang yang ngerti agama tuh nggak kuper dan paham batasan syariat. Orang-orang yang seperti Ustad Sobri dan Ustadzah Habibah sangat boleh jadi banyak di kehidupan nyata. Maklumlah, meski di lingkungan pesantren tapi kan dunia ini udah sangat sesak dengan aturan Kapitalisme-Sekularisme, sehingga boleh dibilang pengaruhnya bisa saja menggerus kehidupan para santri dan orang yang ngerti agama. Bisa aja kok. Sehingga jadi nggak ada bedanya dengan orang awam dalam kelakuannya kecuali simbol dan predikat yang menyertainya. Bahkan malah jadi malu-maluin kan orang yang paham agama tapi masih suka gaul bebas dengan lawan jenis. Halah!

Bro, idealnya memang orang yang ngerti agama tuh selain seneng mengenakan simbol agama, juga pikiran dan perasaannya taat juga dengan aturan agama. Kalo cuma mengenakan peci dan baju koko, siapa aja bisa dan mampu. Kalo hanya mengenakan kerudung dan jilbab, orang kafir aja bisa kok mengenakannya. Kita jadi nggak tahu apakah mereka muslim atau bukan. Bahkan sangat boleh jadi penilaian kita langsung menyimpulkan kalo yang mengenakan simbol agama (Islam) itu adalah Muslim atau Muslimah. Betul nggak? Wong dalam film Ar Risalah aja, pemeran Hamzah adalah bintang Hollywood bernama Anthony Queen, yang pada waktu itu bukan Muslim. Meski ada kabar (yang masih perlu dicek kebenarannya) setelah main di film itu, doi kemudian masuk Islam. Wallahu’alam.

Tapi soal pikiran dan perasaan yang akan menggerakkan tingkah laku kita, itu yang nggak bisa ditutup-tutupi. Rambut boleh ditutupi kerudung, seluruh tubuh dihijab jilbab, tapi kalo perbuatannya tak mencerminkan ajaran Islam, ya perlu dipertanyakan keislamannya. Misalnya, orang tersebut malah menyerang ajaran Islam dan semangat menyerukan ide feminisme.

Begitu pula kalo ada anak cowok yang pake peci, baju koko, berjenggot, aktif di rohis, tapi masih senang pacaran, atau minimal gaul bebas dengan lawan jenis (meski dengan sesama anak rohis), itu juga nggak bisa ditutup-tutupi karena udah nyata perbuatannya. Perbuatan yang bisa diukur sebagai pembeda mana yang ngerti ajaran Islam dan yang nggak. Selain itu, tentu saja perbuatannya yang seperti itu adalah melanggar hukum syara’. Nah, jadi kudu ati-ati deh. Gaul tentang segala hal bukan berarti kemudian mencoreng predikat santri atau anak ngaji yang ngerti Islam. Jadi, kudu tahu batasannya, dan itu standarnya adalah Islam. Tul nggak sih?

Tunjukkin kepribadian Islam kita!
Sobat muda muslim, kepribadian Islam atau syakhsiyyah islamiyah kita itu nggak bisa dinilai langsung dari pakaian yang dikenakan, lho. Sebab, itu cuma aksesoris dan bisa dipake untuk nipu bin ngibulin orang. Tapi standar penilaian kepribadian Islam adalah pemikiran dan perasaan. Pemikiran dan perasaan Islam ini akan tergambar dalam sikap dan perbuatan. Itu udah pasti. Sebab, yang namanya tingkah laku pasti ngikutin pemikiran dan perasaan. So, kalo pemikiran dan perasaannya udah islami, insya Allah perbuatan dan tingkah laku juga bakalan Islami.

Itu sebabanya, kalo ada akhwat yang kepribadiannya udah islami, maka bukan saja ia gemar mengenakan jilbab dan kerudung, tapi juga pemikiran dan perasaannya senantiasa berdasarkan ajaran Islam. Beda banget kalo yang cuma nyadar dengan simbol doang, tapi belum mantap pemikiran dan perasaannya. Mungkin cuma seneng pake kerudung doang tapi kelakuannya nggak mencerminkan seorang muslimah. Iya nggak sih?

Maka, satu-satunya jalan untuk menumbuhkan kepribadian Islam kita adalah belajar. Yakni, belajar Islam dengan rutin dan intensif biar mantap, gitu lho. Kenapa harus belajar? Karena dengan belajar diharapkan kita bisa dapetin perubahan beberapa aspek, yakni aspek kognitif alias ilmu pengetahuan (tadinya nggak tahu tentang Islam jadi tahu banyak), aspek afektif alias perasaan atau emosi (tadinya nggak mau mengenakan jilbab jadi mau mengenakan jilbab karena tahu aturan dan hukumannya--pahala dan dosa), dan aspek psikomotorik alias keterampilan (tadinya nggak bisa pake jilbab jadi mahir pakenya). Oke?

So, mari kita balajar mengkaji Islam dengan rutin dan intensif untuk membentuk kepribadian Islam kita. Rutin bisa seminggu sekali, misalnya. Intensif berarti materinya berkesinambungan. Membentuk kerangka berpikir yang utuh tentang Islam. Sehingga kita lebih mantap karena tahu ilmunya. Nggak asal ikut-ikutan tren doang. Betul nggak sih? So, jangan takut jadi pinter dan shaleh-shalihah ya! [solihin: sholihin@gmx.net]dudung.net


Untuk Qt Renungkan....


Setiap ilmu mesti ada permulaanya, tetapi sama sekali tidak ada pengakhirannya. Kita harus menyadari dan mengakui bahwa apa yang kita ketahui dari ilmu-ilmu jauh lebih sedikit daripada yang tidak kita ketahui (Ulama)


Untuk Kita Renungkan
STUDIA Edisi 256/Tahun ke-6 (8 Agustus 2005)

Baca-baca arsip lama di komputer saya ternyata asyik juga tuh. Kebetulan saya memang biasa mengoleksi banyak tulisan. Tentang apa saja dan dari siapa saja. Ada yang hasil browse sendiri dari internet, pun banyak tulisan yang dikirim via e-mail dari teman-teman ke mailing list . Semua itu akan saya pilah dan ditempatkan di folder tertentu yang sudah diberi tanda. Tujuannya, tentu sebagai bahan untuk menulis.

Nah, pas baca artikel tentang renungan yang entah siapa pembuatnya (karena ini sudah banyak dikirim oleh pengirim yang berbeda ke berbagai mailing list yang saya ikuti), saya jadi terinspirasi untuk membuat hal yang sama. Sebagian memang saya modifikasi dan kembangkan lagi, tapi jujur saja inspirasi tulisannya dari artikel tersebut. Jadi, makasih deh kepada �entah siapa� yang menjadi penulis pertama �renungan� tersebut.

Sobat muda muda muslim, barangkali inilah enaknya punya banyak teman dan bergaul dengan mereka (terutama yang baik-baik ya). Kalo ada yang pinter, insya Allah kita kebawa pinter juga. Banyak teman kita yang rajin, maka insya Allah kita pun akan kebawa rajin.

Oya, berikut ini saya tulis ulang dan sedikit dikasih tambahan beberapa kalimat atau mungkin paragraf (karena renungan itu berupa artikel singkat). Apa aja sih? Yuk, kita sama-sama renungkan dalam-dalam:

Sedekah vs belanja

Lucu ya, uang Rp 20.000-an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak amal masjid, tapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket.

Jujur saja, kalimat ini begitu kena banget (khususnya kepada saya sendiri). Gimana nggak, kadang seringnya di antara kita ngisi kotak amal di masjid dengan uang recehan. Makanya, kalo pas kotak amal diedarin ke jamaah yang duduk berderet rapi di shaf-nya masing-masing suka terdengar bunyi nyaring tanda uang recehan jatuh menimpa benda keras (apalagi kalo kotaknya terbuat dari kaleng, lebih keras bunyi gemerincingnya).

Mungkin uang itu pecahan seratus, lima ratus, atau seribu rupiah yang logam. Tapi bukan berarti nggak boleh beramal dengan jumlah seperti itu. Jika ikhlas, insya Allah dapet pahala juga dong. Begitu pun sebaliknya, meski yang dimasukkin pecahan lima puluh ribu tapi nggak ikhlas kan sayang juga ya? Mendingan ngasih lima puluh ribu dan ikhlas kan? Hehehe.. itu sih, bagus banget atuh ya.

Terlepas dari nilai �ikhlas�, kita coba renungkan aja dikit ya, betapa kita masih merasa �pelit� untuk bersedekah. Padahal itu buat kita juga amalannya di sisi Allah. Tapi, kita harus merasa �royal� kalo jajan or belanja di mal. Bawa uang 50 ribu rupiah aja serasa masih kurang. Iya nggak? Kalo saya pernah ngerasa demikian. Astaghfirullah�

Semoga kita, bisa seperti Abdurrahman bin �Auf dan sahabat Rasul lainnya yang seperti nggak sayang sama harta. Mereka sedekahkan hartanya untuk urusan di jalan Allah dengan sangat banyak (menurut kita).

Ngaji vs nonton sepakbola

Lucu ya, 45 menit terasa terlalu lama untuk dengerin pengajian, tapi betapa pendeknya waktu itu untuk nonton pertandingan sepakbola

Yap, memang kadang lucu abis, kalo dengerin pengajian mah rata-rata dari kita baru lima menit berlalu aja mata kita udah merem-melek. Ngantuk! Apalagi kalo sampe harus 45 menit, wah jarang-jarang deh yang bisa bertahan dengan penuh semangat dan aktif dengerin dan bertanya kepada narasumber pengajian.

Tapi kalo kita nonton pertandingan sepakbola di televisi, waktu �setengah main� itu terasa pendek banget. Kita terhipnotis oleh aksi bintang-bintang lapangan hijau pujaan kita. Kita pun betah menikmatinya. Nggak terasa, 45 menit berlalu singkat banget. Lucu ya?

Doa vs ngobrol

Lucu ya, seringnya kita susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa kepada Allah Swt., tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila ketemu teman dan kata-kata dari mulut kita begitu lancar mengalir.

Hmm� abis sholat aja, kadang banyak di antara kita yang buru-buru pulang dari masjid atau mushola. Berdoa seperlunya dan mungkin doanya monoton alias yang diucapkan yang itu-itu aja (bosen nggak sih?).

Okelah, mungkin di antara kita ada keperluan sehingga begitu selesai sholat berjamaah, berdoa sebentar dan keluar dari masjid. Nggak apa-apa, karena sebetulnya berdoa sunnah hukumnya. Cuma, di sini kita sedikit aja merenung dan evaluasi diri: �Apa iya kalo kita berdoa meminta kepada Allah begitu singkatnya? Begitu buru-burunya? Dan nggak pandai merangkai kata dalam berdoa untuk �memikat' Allah Swt.?�

Emang iya sih, Allah Mahatahu apa yang diinginkan hambaNya dalam berdoa, tapi adabnya kan kita kudu sopan. Wong sama orang aja kita sopan dan menghargai. Iya nggak?

Tapi lucunya pas kita ngobrol bareng teman-teman, rangkaian kata dari mulut kita mengalir deras. Nggak ada beban dan lepas aja, gitu. Lain kali ye hawanya? Lucu juga tuh.

Sepakbola vs sholat

Lucu ya, betapa serunya perpanjangan waktu di pertandingan sepakbola favorit kita, tapi betapa bosannya kita bila imam sholat tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.

Eh, jujur aja nih, terutama kalo nonton sepakbola di pertandingan final. Kalo hasilnya seri di waktu normal, maka diadakan perpanjangan waktu. Nah, banyak di antara kita yang betah menikmatinya. Apalagi kalo sampe nontonnya berjamaah di kafe. Dijamin seru abis.

Tapi, kalo bacaan ayat dari sang imam pas sholat tarawih panjang dikit aja, kita langsung pegel-pegel, dan nekat ngejatuhin �talak tiga' untuk nggak sholat di masjid itu lagi kalo imamnya orang tersebut. Walah?

Itu sebabnya, masjid or mushola yang melaksanakan sholat tarawih berjamaah dengan imam sholatnya yang biasa ngebut dengan kecepatan tinggi dalam membaca ayat, pasti membludak jamaahnya. Ckckck.. betapa banyak dari kita yang pengennya instan dan serba cepat dalam hal ibadah.

Baca al-Quran vs baca novel

Lucu ya, susah banget baca al-Quran 1 juz saja, tapi baca novel best sellers 100 halaman pun habis dilalap dalam sekejap dan kita merasa enjoy .

Hihihi.. iya juga ya? Waktu sekolah dulu saya bareng temen-temen pernah baca Wiro Sableng yang judulnya �Petaka Gundik Jelita� dan �Lima Iblis dari Nanking� antara 1 sampe 2 jam. Dan itu harus ngorbanin baca Fessenden & Fessenden yang nulis Kimia Organik. Padahal besoknya mo ujian kimia. Baca al-Quran? Hmm.. satu halaman kayaknya udah merasa �beruntung� deh. Ckckck� kenapa ya? Lucu sekaligus sedih kalo mengenang ini.

Rahasianya apa? Mungkin kalo bacaan al-Quran cepet bosen karena nggak ngerti artinya. Mugkin juga. Eh, tapi ada juga teman yang asyik banget baca Harry Potter edisi bahasa Inggris-nya sampe berjam-jam kok. Ya, kita sih khusnudzan saja, mungkin juga baca al-Quran pun doi sanggup berjam-jam dan berjuz-juz. Tapi umumnya, kita suka cepet bosen kan baca al-Quran lama-lama? Lebih sregep baca novel, baca komik, atau lainnya.

Eh, bukan berarti nggak boleh lho. Silakan aja baca novel. Ini juga sekadar renungan, bahwa ternyata kita lebih susah dan lebih banyak malasnya untuk baca al-Quran ketimbang baca bacaan lainnya. Tul nggak?

Konser musik vs shalat jumat

Lucu ya, orang-orang pada berebut untuk dapetin tempat di barisan paling depan ketika nonton konser musik, tapi berebut cari shaf paling belakang bila shalat jumat agar bisa cepat keluar.

Coba deh tengok acara konser musik di televisi, banyak orang rebutan untuk mendapatkan �shaf' terdepan biar bisa ngelihat dengan jelas bintang pujaannya, syukur-syukur kalo sampe bisa salaman.

Kalo pun harus bayar, banyak di antara kita yang rela ngeluarin duit untuk nebus tempat strategis di arena konser. Tapi pas sholat jumat mah , nyari tempat di shaf paling belakang biar cepet keluar, atau paling nggak nyari dinding or tiang untuk nyender. Lucu ya?

Dakwah vs gossip

Lucu ya, susahnya orang diajak untuk partisipasi dalam dakwah, tapi mudahnya orang berpartisipasi dalam menyebar gossip.

Ckckck� untuk ngajak dakwah susahnya setengah hidup. Alasannya macem-macem. Entah dengan alasan karena belum cukup ilmu, atau karena malu. Sehingga bikin lidah kelu. Tapi begitu ada yang ngomporin untuk ngegossip, lidahnya langsung fasih dan ikut nyebarin lagi. Wuih, aneh ya? Lucu ya?

Padahal, tentu saja, nilai perbuatannya lain banget. Kalo dakwah insya Allah dapet pahala, tapi ngegossip? Selain dibenci orang, juga dibenci Allah Swt. Amit-amit deh. Tapi, kenapa banyak di antara kita yang hobi ngegossip ketimbang semangat dakwah? Semoga menjadi renungan�

Media massa vs al-Quran

Lucu ya, kita begitu percaya banget pada apa yang disampaikan media massa, tapi kita sering mempertanyakan apa yang disampaikan al-Quran.

Jujur saja, media massa saat ini menjadi salah satu kekuatan untuk melakukan perubahan sosial, politik, ekonomi dsb. Banyak dari kita yang percaya begitu saja dengan apa yang disampaikan media massa. Kasus peledakkan bom di London awal Juli lalu, media massa hampir di seluruh dunia langsung �menuding� Islam dan kaum muslimin berada di balik serangan tersebut.

Eh, kita yang baca, banyak juga yang kemudian terprovokasi dan ikut-ikutan menjatuhkan vonis kepada Islam dan umatnya. Apa nggak bahaya banget tuh?

Tapi kita, kaum muslimin, ada juga yang masih mempertanyakan apa yang disampaikan oleh al-Quran. Isinya diutak-atik dan dipersepsi sendiri demi keuntungan dan tujuan tertentu. Kebalik-balik memang. Padahal, dalam surat al-Baqarah ayat 2 saja Allah Swt. sudah menjamin bahwa al-Quran itu �laaroiba fiihi� alias tidak ada keraguan di dalamnya. Nggak cuma itu, ayat tersebut melanjutkan (yang artinya): �petunjuk bagi mereka yang bertakwa�.

Yap, al-Quran itu pasti kebenarannya, dan sekaligus petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Jadi, mengapa harus mempertanyakan lagi apa yang disampaikan Allah dalam al-Quran? Tapi dalam waktu bersamaan, kita lebih percaya kepada media massa (bahkan ada yang sampe nggak perlu ngecek kebenarannya), padahal nggak jarang isinya berupa �kabar burung' dan juga informasi yang sesat dan menyesatkan.

Surga pengen, beramal ogah

Lucu ya, pengen masuk surga, tapi ogah beramal. Hmm.. ini sih bukan hanya lucu, tapi juga aneh bin ajaib. Emangnya surga gratis? Nggak lha yauw. Kita-kita aja masih was-was, khawatir amalan baik selama ini nggak keterima karena mungkin nggak ikhlas. Lebih sedih lagi seharusnya jika kita berharap surga tapi nggak pernah (atau sedikit) beramal baik.

Sobat muda muslim, banyak di antara kita yang kepengen masuk surga, tapi diminta untuk sholat aja susahnya setengah mati. Banyak juga di antara kita yang pengen dapetin surgaNya, tapi diminta untuk taat dan patuh sama ajarannya aja ogah. Itu sih sama artinya ngarepin dapet uang pensiun tapi tanpa kerja selagi usia produktif. Lucu dan aneh banget kan?

Pengen masuk surga tapi tanpa beriman dan tanpa beramal sholeh, kira-kira mungkin nggak? Mimpi kali ye!

Ini sedikit renungan aja buat kita semua. Semoga kita mulai berbenah dalam hidup ini. Mumpung masih muda. Selagi mudah untuk melakukan berbagai amal kebaikan, jangan sia-siakan waktu kita. Kita bisa berbuat lebih banyak. Karena kita nggak pernah tahu kapan kita dijemput oleh Malaikat Ijroil untuk menghadap Allah Swt. dan mempertanggung-jawabkan perbuatan kita selama di dunia. Mumpung masih ada waktu, sebisa mungkin kita mengumpulkan banyak amal baik untuk bekal di akhirat kelak.

Rasul mulia saw. telah bersabda: �Bersegeralah menunaikan amal-amal kebajikan. Karena, saatnya nanti akan datang banyak fitnah, bagaikan penggalan malam yang gelap gulita. Betapa bakal terjadi seseorang yang di pagi hari dalam keadaan beriman, di sore harinya ia menjadi kafir. Dan seseorang yang di waktu sore masih beriman, keesokan harinya menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan komoditas dunia.� (HR Bukhari dan Muslim)

Semoga kita semua dimudahkan oleh Allah Ta'ala untuk melakukan amalan yang baik sesuai ajaran Islam. Ditanamkan dalam hati kita untuk gampang menerima kebenaran dan mengamalkannya. Semoga. [solihin]


Motivasi dari dalam diri

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Motivasi dari Dalam Diri
Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR

SEMOGA Allah Yang Maha Pembuka Hati, mengaruniakan kepada kita hati yang bersemangat untuk mengubah diri menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Dan jikalau kita mencari-cari picu sebuah motivasi, tiada motivasi yang timbul tanpa seizin Allah. Karena itu, motivasi adalah persoalan meledakkan hati (quantum qolbu). Namun, takkan pernah terpicu sebuah ledakan tanpa api makrifatullah yaitu dekatnya seorang manusia kepada Khaliknya.

Saudaraku, motivasi itu muncul karena masalah. Karena itu, alangkah naifnya orang yang merasa rugi diberi masalah. Kalau tidak ada masalah sempitnya peluang kerja, tidak akan mungkin ada motivasi untuk meningkatkan keahlian agar mudah diterima bekerja. Kalau tidak ada masalah kurang nikmatnya menjadi orang gajian, tidak akan mungkin ada motivasi untuk menjadi entrepreneur. Kalau tidak ada masalah yang bisa menghancurkan bangunan keluarga, tidak akan mungkin ada motivasi untuk menjadi keluarga yang sakinah. Jadi, masalah adalah rahmat dan karunia Allah agar hati seseorang dihidupkan dengan motivasi untuk menjemput kebaikan dan keberkahan.

Saudaraku, tidak usah dimungkiri kalau manusia hidup motivasinya untuk mendapatkan keberuntungan. Rasulullah saw. secara sederhana dan gamblang menyebutkan: "Orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin." Memang tidak perlu kening berkerut untuk memahami ucapan Rasul saw. ini. Rugi saja kalau kemarin kita tidak melakukan perbuatan buruk, tetapi hari ini justru diperbuat. Rugi sekali, kalau kemarin kita punya kesempatan mendapatkan ilmu, tetapi hari ini justru dihabiskan tanpa ilmu. Karena itu, kalau ada motivasi untuk menjadi pribadi yang unggul, tentu bukan keinginan yang keliru. Siapa yang tidak mau disebut unggul dan memang benar-benar unggul?

Sebenarnya, sesuai dengan firman Allah SWT bahwa manusia itu diciptakan dengan sebaik-baik bentuk. Jadi, piranti unggul itu sudah ada pada makhluk yang bernama manusia yaitu yang terutama adalah akal dan pikiran. Jika kemudian tidak bertumbuh dan berkembang dengan baik, itu lain lagi masalahnya. Karena itu, Saudara layak termotivasi kalau Saudara sebenarnya manusia unggul. Mungkin kita kurang unggul karena belum memaksimalkan potensi akal dan pikiran kita sebagai karunia Allah yang luar biasa.

Ada 7 jalan motivasi menjadi pribadi unggul, yang saya sarikan berikut ini.

1. Percepatan diri. Cepat saja tidak cukup untuk zaman yang serbacanggih saat ini sehingga seseorang memerlukan lompatan alias percepatan. Pada detik, menit, atau jam yang sama, hendaknya kita bisa meraih lebih daripada yang dapat diraih orang lain. Jangan heran saat ini: ada anak kecil yang sudah mampu menulis buku; ada seorang direktur maskapai penerbangan yang masih berusia 21 tahun; ada dai yang masih muda sudah memiliki jemaah ribuan bahkan jutaan orang. Ini bukti sudah terjadi percepatan dan kalau kita hanya menjadi orang yang terperangah melihat sesuatu terjadi, bersiaplah untuk tersisih.

2. Efisiensi waktu. Orang yang paling efektif memanfaatkan waktunya adalah manusia unggul. Setiap orang diberi jatah 24 jam sehari oleh Allah SWT, tidak ada yang lebih atau kurang. Keunggulan seseorang akan terbukti bagaimana 24 jam baginya benar-benar menghasilkan manfaat bagi dirinya dan orang lain secara optimal.

3. Rapi dan tertib. Ketidakrapian dan ketidaktertiban adalah si pencuri waktu. Manusia unggul akan mampu menutup peluang habisnya waktu karena harus merapikan dan menertibkan. Jadi, tidak dapat dikesampingkan pola hidup disiplin sebagai bagian dari perencanaan hidup penuh motivasi.

4. Lingkungan kondusif. Ingin terus termotivasi, tetapi berada dalam lingkungan orang minus motivasi takkan membuat kita bisa berubah. Pribadi yang unggul selalu mencari jalan motivasi dengan mendatangi (berjalan) berbagai majelis ilmu, bersilaturahmi dengan berbagai kalangan untuk mendapatkan ilmu, dan bertekad keluar dari lingkungan negatif yang memadamkan motivasi. Pada dasarnya dalam hidup ini kita akan dihadapkan pada pilihan. Pilihlah lingkungan yang kondusif, baik itu sekolah, rumah, maupun tempat kerja yang membawa kita kepada keadaan lebih baik.

5. Persaingan positif. Kompetisi adalah bagian dari rahmat Allah bahwa manusia harus berikhtiar berlomba-lomba menjadi dan mendapatkan yang terbaik. Kalau mental manusia lemah dan lembek, cenderung akan menghindari kompetisi atau persaingan. Kalau kita kalah dalam persaingan, itulah obat mujarab untuk motivasi. Bukan untuk membenci atau membalas pesaing, melainkan pesaing itu menjadi inspirasi bagi kita.

6. Tawadu. Boleh saja motivasi menggebu untuk menjadi yang terbaik, tetapi hati harus tetap tunduk dalam kerendahan sikap. Sombong itu adalah bumbu yang menjadi racun bagi motivasi. Fase setelah sombong adalah takabur dan akhirnya kita pun terbujur dalam kubur tanpa syukur. Naudzubillahi min dzalik. Tetaplah yang terbaik itu "ilmu padi" makin berisi makin merunduk. Padi yang berasal dari bibit unggul merunduknya lebih dalam karena lebih berisi.

7. Hati yang bersih. Barang siapa yang mengotori motivasinya dengan niat tidak terpuji, dapat berakibat fatal bagi perkembangan psikologis seseorang. Bayangkan karena motivasi yang menggebu untuk jadi yang terbaik, seseorang bisa dihinggapi penyakit hati: buruk sangka, benci, tega, iri, atau rakus. Lalu, lahirlah rencana busuk dari motivasi berhati busuk tadi sehingga alih-alih ia menjadi bermanfaat untuk orang lain malah menjadi laknat yang tidak diharapkan adanya. Naudzubillahi min dzalik!

Betul Sahabat, masalah dalam hidup ini harus kita taklukkan. Namun, sebelum menaklukkan masalah, tata hati lebih dulu untuk siap menghadapi masalah. Sebelum meledakkan motivasi, perhatikan akibat ledakan tersebut yang dapat diantisipasi dan dilokalisasi agar tidak malah merugikan orang lain. Banyak hal yang bisa kita jadikan sumbu untuk membakar dan kemudian meledakkan motivasi. Namun, kunci dari semua sumbu adalah hati atau qolbu. Motivasi bermuara pada hati. Meledakkan motivasi adalah fase selanjutnya dari meledaknya qolbu (quantum qolbu) dalam arti positif seseorang sudah siap: mengenal diri, membersihkan hati, mengendalikan diri, mengembangkan diri, dan makrifatullah.***PR.Bdg

Sunday, June 17, 2007

Sesuai Rencana Kok Bangga......


Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

"Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulillah saw beliau berkata:"Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum aku lihat saat ini; pertama, satu kaum yang membawa cemeti (cambuk) seperti ekor sapi. Mereka memukul manusia dengan cemeti tersebut. Kedua, wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang (nisa'un kasiyatun 'ariya�t). Mereka berlengang-lenggok dan menggoyang-goyangkan kepala mereka seperti ponok unta yang condong. Wanita-wanita tersebut tidak akan masuk surga dan tidak dapat mencium baunya pun. Padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak sekian dan sekian"(HR. Muslim).





Sesuai dengan Rencana Kok Bangga

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

Perencanaan itu penting, namun hidup tidak sesuai dengan rencana jauh lebih penting. Sebab hidup ini sangat misteri positif. Allah swt berfirman; “Mungkin engkau menyukai sesuatu namun tidak baik menurut Allah dan mungkin engkau tidak menyukai sesuatu namun baik menurut Allah”

Kalau dilihat dari pesan spiritual tadi, ada sebuah kedsyatan hidup, yaitu:”Jangan bangga hidup sesuai dengan rencana”. Mengapa tidak boleh bangga, hidup sesuai dengan rencana? Jawabannya sangat sederhana, yaitu rencana Allah jauh lebih jitu dibanding dengan rencana kita.

Apabila ada seseorang yang mengajukan pertanyaan lagi:”Kalau begitu kita tidak usah membuat rencana dong?”. Maka jawabannya adalah:”Harus punya rencana, sebab hidup tidak punya rencana yang baik, kita tidak akan pernah tahu bahwa Allah swt akan memberikan rencana dan hasil yang terbaik dibanding dengan rencana kita yang baik itu”.

Kemudian apa rencana terbaik menurut Allah swt?

Rencana terbaik menurut Allah swt adalah:”Mungkin engkau menyukai sesuatu namun tidak baik menurut Allah swt dan mungkin engkau tidak menyukai sesuatu namun baik menurut Allah swt”.

Ada sebuah kisah nyata, beberapa tahun yang lalu seseorang mempunyai uang deposito Rp. 500.000.000, (Lima ratus juta rupiah) kemudian ada seseorang yang menawarkan kerjasama mengembangkan perumahan dengan bagi hasil jauh lebih besar dibanding bagi hasil dari deposito.

Namun, karena sesuatu hal, perumahan ini berjalan tersendat-sendat, sehingga pemilik uang tidak mendapatkan bagi hasil perbulan yang jauh lebih besar dibanding ketika disimpan di bank serta sering juga tidak mendapat bagi hasil dan bahkan pengembangnya meninggal dunia.

Pemilik uang itu sangat marah kepada orang yang menghubungkan dengan pengembang tadi dan bahkan mengancam akan memperkarakan di pengadilan. Begitu juga pemilik uang juga marah kepada yang bertanggungjawab kelanjutan perumahan setelah pimpinannya meninggal, terutama marah kepada keluarga pengembang yang ditinggalkannya

Karena sangat marah, kemudian diadakan perjanjian kedua belah pihak, akhirnya diputuskan bahwa uang tidak bisa dikembalikan dan diganti dengan beberapa kavling perumahan yang belum jadi, kemudian dihargakan dengan pinjaman tanpa dihitung bagi hasil.

Sebenarnya pemilik uang agak keberatan, namun karena keadaan yang tidak memungkinkan maka beberapa kavling rumah itu akhirnya tetap diterima dengan sisa-sisa goresan keberatan hati.

Akhir-akhir ini, dirinya bersyukur, sebab bank yang selama ini tempat menyimpan deposito, pemiliknya kabur, dan ribuan nasabah sampai sekarang uangnya tidak kembali. Mungkin sahabat tahu, akhir-khirnya ini ada beberapa bank kelas teri yang menjanjikan bunga bank sangat fantastis dan anehnya yang tertipu sangat banyak dari golongan terdidik dan berpangkat.

Sahabat CyberMQ

Walaupun sampai sekarang, penggatian uang dalam bentuk kavling rumah semuanya belum laku terjual, namun ini jauh lebih bagus dibanding kalau dulunya disimpan di bank dan sampai sekarang uangnya tidak kembali, walaupun beberapa nasabah sekarang sedang mengajukan ke pengadilan. Namun, walaupun kepengadilan dan menang, uangnyapun juga tidak ada.

Terakhir saya dapat kabar, beberapa kavling rumah sudah ada yang akan membeli dan kalau mau melepas sesuai dengan permintaan konsumen saja, separuh dari beberapa kavling yang dijual itu sudah sama dengan uang depositonya. Bagaimana kalau laku semua, tentu dua kali lipat dari depositonya.

Berani hadapi tantangan, hidup tidak sesuai dengan rencana kita dan menikmati rencana hidup sesuai dengan rencana Allah swt!!! Bagaimana pendapat sahabat ???

test icon

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.



The Top Iconator Buddy Icons



Visit Iconator.com
Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Saturday, June 16, 2007

icon itom

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.



Terbukalah Tabir Cinta Pertama

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.


Terbukalah Tabir Cinta Pertama

CINTA itu buta, tetapi jangan sampai dibutakan cinta, ujar sebuah moto. Jadi, sebagai makhluk berakal, dalam menghadapi cinta upayakanlah emosi dan rasio bisa seimbang.

**

CINTA sudah setua dunia. Banyak ragam kisah nyata dan cerita fiksi tentangnya. Tema cinta selalu menjadi objek menarik untuk disimak. Kisah cinta banyak mengilhami para pujangga dan perupa untuk berkarya. Ketika menghadapi cinta kadang akal menjadi tak berdaya. Dan, emosi menjadi raja saat bercinta. Ini yang menjadi kebingungan Nyonya Celinda Fitra (29). Ketika sudah menjadi ibu dari putra putrinya, ia masih berkutat dalam masalah cinta pertamanya.

"Saya lahir dari keluarga berkecukupan. Meskipun tidak kaya raya, kami jauh dari kemiskinan. Apalagi karena kami hanya keluarga kecil. Ayah dan ibu yang sama-sama bekerja, mampu menyekolahkan saya dan adik sampai menjadi sarjana. Bahkan ketika kami sudah berumah tangga, uluran tangan beliau berdua masih kami terima. Tetapi begitulah, yang namanya manusia selalu tak sempurna. Ada saja kurangnya," katanya memulai curahan hatinya kepada Pengasuh.

Wanita berambut ikal ini pernah saling mencinta dengan temannya semasa SMA. Kisah kasih sepasang remaja memang paling indah. Rasanya dunia milik mereka berdua, padahal hidup pun baru akan dimulai. Ia merasa cintanya sudah tercurah untuk kekasih seorang. Seperti kata sebuah syair, kucurahkan seluruh hidupku, hanya untukmu.

"Saya benar-benar mencintainya. Rasanya ia akan menjadi suami saya kelak, bahkan jadi teman selama hidup. Namun tidak demikian baginya. Ia memang sangat mencintai saya. Tetapi ketika kami lulus dari SMA dan kuliah di perguruan tinggi berbeda, pindah pula cintanya. Padahal saya masih tetap mengharapkan kedatangannya. Ia malah menganggap itu sebagai cinta monyet. Perasaan remaja yang tak perlu diartikan sebagai sesuatu yang terlalu serius. Ia menemukan cinta di kampusnya. Sedangkan saya masih tetap mencintai dan memujanya. Kata "putus" tidak pernah diucapkannya, sampai saat kami bertemu terakhir usai perkenalan mahasiswa baru di kampus masing-masing."

Ketika suatu hari wanita berparas cantik ini berpapasan dengan mantan kekasih yang menggandeng pacar barunya, hatinya bergolak. Panas, marah, dan cemburu galau menjadi satu. Ia sendiri menertawakan kelakuannya itu. Mengapa harus marah? Tak ada undang-undang yang mengharuskan cinta pertama berakhir di pelaminan.

"Saya sampai jatuh sakit memikirkan dia. Mungkin ayah dan ibu kasihan melihat saya. Beliau menyuruh saya istirahat setahun. Menjelang semester empat, saya cuti kuliah. Sakit batin ini merembet ke fisik. Tubuh saya lemah dan daya berpikir saya pun menumpul. Akhirnya saya tetirah di rumah Tanteu. Malu rasanya saya kepada mereka, bahkan kepada diri sendiri. Bagaimana mungkin seorang calon intelektual bisa berpikir sedangkal itu. Saya diajak untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Saya melanjutkan kuliah sampai selesai. Tapi, namanya tetap melekat di hati saya. Sudah saya coba mencintai beberapa pria yang naksir, di hati ini tetap melekat namanya. Kisah manis selama tiga tahun di SMA terus membayang dalam ingatan. Ia memang cakep, keren, dan jangkung. Terutama matanya yang indah terus melekat di ingatan. Saya berpikir mungkin kalau sudah menikah, hal itu akan pupus dengan sendirinya," ujarnya pula.

Tetapi ternyata tidak. Ketika seorang jejaka, kakak sekampus dengannya datang melamar, langsung diterimanya. Selama hampir setahun ia sudah mencoba menerima cinta pria itu. Walaupun di hatinya tak pernah ada cinta sebesar yang ia berikan kepada si dia, namun ia mencoba memupuknya.

"Pilihan ibu tidak meleset. Suami saya selain ganteng, jangkung, berkarier bagus, juga sangat baik hati dan setia. Semua penghasilannya ia berikan kepada saya. Karena kami sama-sama bekerja, ditambah bantuan dari ayah dan ibu, belum setahun kami sudah punya rumah sendiri walaupun mencicil. Sengaja kami memilih lokasi tak jauh dari rumah ibu. Kami sadar secara psikis belum berani mandiri.

Suatu ketika ibu mengabarkan bahwa sepupu ibu sekaligus sahabatnya semasa kecil akan menikahkan putrinya. Kami "diwajibkan" ikut. Kata ibu, mereka sudah lama tak jumpa, tentu ingin melihat keadaan keluarga masing-masing. Saya sendiri ingat-ingat lupa kepada beliau. Akhirnya kami putuskan untuk ikut walaupun tanpa suami. Ia harus menghadiri meeting di kantornya. Alangkah kaget waktu saya melihat pengantin pria. Ternyata dia bekas pacar saya. Ia juga tampak terkejut. Kambuh lagi "penyakit" saya. Kata adik saya, penyakit "malarindu tropikangen" itu datang lagi.

Keadaan bertambah parah, ketika setahun kemudian ia bersama ibunya menengok kelahiran anak kedua Celinda. Dalam sebuah kesempatan berbicara empat mata, mantan pacarnya menanyakan mengapa dulu ia memutuskan hubungan. Bahkan lima suratnya tak satu pun dibalas oleh Celinda. Setelah itu mantan pacar dan keluarganya pindah ke luar Jawa, hingga mereka tak pernah bertemu lagi.

"Saya kaget. Kapan saya memutuskan hubungan? Kapan surat itu ia berikan, satu pun tak pernah saya terima. Waktu ia menyebutkan surat itu ia titipkan kepada sahabat, saya makin kaget. Katanya ia patah hati, lalu memacari beberapa teman kuliahnya tanpa cinta. Nama perempuan yang dititipi surat itu tak asing bagi saya. Ia sahabat baik, seiring sejalan ke tempat kuliah. Teungteuingeun, sahabat. Ah, konyol rasanya seorang wanita karier yang memegang ijazah sarjana masih berkutat masalah cinta yang gagal. Malu saya. Tetapi ini nyata. Di hati ini selalu tersemat namanya. Semakin jauh ia pergi, menghindari saya, semakin lekat namanya di hati. Saya merasa berdosa kepada suami yang begitu baik. Bahkan ketika akhirnya saya berterus terang kepadanya, ia hanya tersenyum. Dengan lirih ia berkata, berdoalah kepada pemilik cinta, Tuhan yang menggerakkan hati kita semua. Mintalah Dia untuk memadamkan cinta itu. Nanti saya bantu berdoa, katanya. Saya menangis di pangkuannya. Ya Tuhan, suami macam apa lagi yang lebih baik dari dia. Mengapa di hati masih tetap tersemat namanya? Namun, atas bantuan dan kesalehan suami, lambat laun nama itu terkikis dari hati saya," ujarnya mengakhiri kisahnya. ***

Dari Pengasuh

ANANDA Al (11) lulus dari SD dengan nilai rata-rata delapan. Ia diterima di sebuah SMP negeri. Namun, ternyata uang masuknya sangat mahal bagi kantong mereka. Ia harus membayar Rp 1,5 juta ditambah uang seragam, dsb. sebesar Rp 500.000,00, jadi semuanya Rp 2 juta. Walaupun sebagian bisa dicicil, tetap tak akan terjangkau oleh ayahnya. Anak yang selalu mencapai peringkat tinggi di sekolahnya ini kebingungan. Ia ingin sekali meneruskan sekolah. Ayahnya loper koran yang penghasilannya hanya Rp 5.000,00 sehari. Walaupun ia sering mencari kerja serabutan yang kadang ada kadang tidak, hidup mereka tetap miskin. Ia mohon pertolongan pembaca yang dermawan agar bisa meneruskan sekolah. Anak pandai ini ingin menjadi orang agar kelak bisa menopang kehidupan kedua orang tuanya.

BUNG Tedy (47), hidup cukup mapan. Ia sudah memiliki rumah dan tempat usaha yang cukup maju. Namun ia belum mempunyai pendamping hidup. Setelah dikhianati pacarnya, ia trauma untuk mencari kekasih baru. Namun, kini ia sadar bahwa hidup harus punya pendamping. Ia mencari seorang gadis yang berusia antara 20 s.d. 25 tahun, bersifat bageur, dan suka bekerja.

"Mengapa saya mencari yang muda, karena saya ingin punya anak untuk kelak mewarisi segala yang saya miliki. Selain itu, saya perlu pendamping yang kuat dan sehat untuk bersama-sama mengelola usaha saya," katanya.

Kepada pembaca yang ingin menanggapi salah satu dari mereka, silakan hubungi yang bersangkutan d.a. Pengasuh ke Kantor Redaksi Pikiran Rakyat, Jalan Soekarno-Hatta 147 Bandung. Terima kasih. ***

Asuhan : Aam Amalia

Jika Kata Mengambang


Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

apakah arti kata cinta untukmu?
apakah hanya sebuah kata-kata untuk mengungkapkan perasaan kecilmu pada seorang lelaki?
dan apakah arti kata rindu yang kau katakan padaku?
apakah hanya sebuah guratan lidah untuk membuat perasaanku senang?
cinta, rindu adalah sebuah kata-kata yang takkan pernah berarti bagiku, jikala kata kata itu hanya engkau katakan berulang kali, dan tak pernah berbuat apapun untuk membuktikan hal itu

adakah kekuatan yang lebih menakutkan dirimu selain cinta?
apakah ada orang yang mampu mengatur jiwa dan ragamu selain cinta?
sepasang kaki dan tanganmu tak terbelenggu apapun untuk mendatangi diriku yang kau cintai
dan mengapakah engkau takut kepada mereka ?
apakah cintamu hanya berakhir pada sebuah ketakutan kepada seseorang?

jika aku mengetahui keberadaanmu sekarang, aku akan menyusulmu saat ini, dimanapun itu
perasaan ku telah membuat jiwaku gila karenamu
sebuah ungkapan perasaan yang tak bisa diartikan siapapun termasuk diriku

aku teramat merinduimu
aku rindu..

myspace codes
Myspace Codes: MyNiceSpace.com

Jika Kata Mengambang

jika kata mengambang
biarkan saja
angin akan membawanya
ke sudut lembah
biarkan diam tak berkata
jika sempat memandang
lihat saja
biar sekilas tanpa senyum
seperti telah maklum
rindu ini punya awan
dan angin dalam ingin
jika kata mengambang
ragumu tetap menghadang?

ilmu adalah investasi tiada henti