ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Friday, May 4, 2007

Makna Teman Sejati & CintaSejati

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

kesenangan dan kesusahan sentiasa beriringan,kesabaran dan ketaqwaan menjadi teman sejati di perjalanan..

Makna Teman Sejati & Cinta Sejati
Bagus buat
merenung...

Kenapa kita menutup mata
ketika kita tidur?
Ketika kita menangis?
Ketika kita membayangkan?
Ketika kita berciuman?
Ini karena hal terindah di dunia TIDAK
TERLIHAT...
Kita semua agak aneh... dan hidup
sendiri juga agak aneh...
Dan ketika kita menemukan seseorang
yang keunikannya SEJALAN dengan
kita..
Kita bergabung dengannya dan jatuh ke
dalam suatu keanehan serupa
yang dinamakan
CINTA..
Ada hal2 yang tidak ingin kita
lepaskan..
Orang2 yang tidak ingin kita
tinggalkan...
Tapi ingatlah...
melepaskan BUKAN akhir
dari dunia,
melainkan awal suatu kehidupan
baru..
Kebahagiaan ada untuk mereka yang
menangis,
mereka yang tersakiti,
mereka yang telah
mencari...
dan mereka yang telah
mencoba..
Karena MEREKALAH yang bisa
menghargai
betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.
CINTA yang AGUNG?
Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan
MASIH peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu
dan kamu MASIH menunggunya
dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu MASIH bisa tersenyum
sambil berkata: "Aku
turut berbahagia untukmu"
Apabila cinta tidak berhasil...
BEBASKAN dirimu...
Biarkan hatimu kembali melebarkan
sayapnya dan terbang ke alam
bebas LAGI..
Ingatlah...bahwa kamu mungkin
menemukan cinta dan
kehilangannya..
Tapi..ketika cinta itu mati..
kamu TIDAK perlu mati
bersamanya...
Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu
menang..
MELAINKAN mereka yang tetap
tegar ketika mereka
jatuh.
Entah bagaimana...dalam
perjalanan kehidupan,
kamu belajar tentang dirimu sendiri..
dan menyadari bahwa penyesalan
tidak seharusnya ada.
HANYALAH penghargaan abadi
atas pilihan2 kehidupan
yang telah kau buat.
TEMAN SEJATI...Mengerti ketika kamu berkata 'Aku lupa..'
Menunggu selamanya ketika
kamu berkata'Tunggu
sebentar'
Tetap tinggal ketika kamu
berkata: "Tinggalkan aku sendiri"
Membuka pintu meski kamu BELUM mengetuk dan berkata: "Bolehkah saya masuk?"
MENCINTAI...
BUKANlah bagaimana kamu melupakan..melainkan bagaimana kamu MEMAAFKAN..
BUKANlah bagaimana kamu mendengarkan.. melainkan bagaimana kamu MENGERTI..
BUKANlah apa yang kamu lihat..melainkan apa yang kamu RASAKAN..
BUKANlah bagaimana kamu melepaskan..melainkan bagaimana kamu BERTAHAN..
Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati...
dibandingkan menangis tersedu2..
Air mata yang keluar dapat dihapus..
sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah
hilang..
Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG menang..
Tapi ketika CINTA itu TULUS, meskipun kalah,
kamu TETAP MENANG hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang..
LEBIH dari kamu mencintai dirimu sendiri..
Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang.
BUKAN karena orang itu berhenti mencintai kita,
MELAINKAN karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila
kita melepaskannya.
Apabila kamu benar2 mencintai seseorang, jangan lepaskan dia..
jangan percaya bahwa melepaskan SELALU berarti kamu benar2 mencintai MELAINKAN
BERJUANGLAH demi cintamu.
Itulah CINTA SEJATI.
Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan DARIPADA berjalan bersama orang
'yang tersedia'
Lebih baik menunggu orang yang kamucintai DARIPADA orang yang berada
disekelilingmu
Lebih baik menunggu orang yang tepat karena hidup ini terlalu singkat untuk
dibuang hanya dengan 'seseorang'
Kadang kala, orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING menyakiti hatimu
dan kadang kala,
teman yang membawamu ke dalam pelukannya dan menangis bersamamu adalah cinta
yang tidak kamu sadari.
And now find Ur Love ..........
PS:sebarkan puisi ini supaya semuanya tau apa itu cinta, cinta sejati dan teman
sejati karena semuanya adalah hal yang suci dan patut untuk diketahui...
=PP dalam banget ga sih....

Harum Mewangi

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

"Wahai anak manusia, setiap kali engkau meminta kepada-Ku dan mengharap dari-Ku, maka Aku akan ampunkan bagimu apa yang telah lalu dan Aku tidak peduli betapapun besar dan banyaknya dosamu. Wahai anak manusia, seandainya dosa-dosamu mencapai setinggi langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak manusia, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa setumpuk dosa sebesar bumi, kemudian engkau berjumpa dengan-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku akan memberikan ampunan sebesar bumi itu pula" (Hadits Qudsi Riwayat Turmudzi)


"Harum Mewangi"
oleh : Ratna Dewi Idrus

Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (QS. Yaasin 36:36) ����������������������

*****

"Ya Allah, siapakah gerangan sahabat sejati yang Engkau pilihkan untukku?, yang mau menemaniku merenda hari-hari untuk beribadah kepada-Mu, yang mau berbagi suka dan duka dalam mengharungi hidup ini, yang menjadikanku kokoh kuat dalam menegakkan kalimat-Mu, agar.. diriku lebih mensyukuri segala nikmat yang telah Engkau berikan, agar.. diriku lebih dekat kepada-Mu.."

Nisa tertegun mendengar do'a Ayuning di keheningan malam. Sahabatnya itu memintanya untuk menemani tidur karena orangtua Ayu ke luar kota. Do'a itupun usailah sudah, wajah Ayu bersemu merah ketika tahu Nisa terjaga dari tidurnya.

"Kamu mendengar do'aku Nisa?", Nisa tersenyum, "Apakah do'a itu yang s'lalu Ayu panjatkan pada Allah?", Ayuning diam, perlahan titik-titik embun jatuh dari kelopak matanya. "Aduhai sayang.." Ujar Nisa seraya merangkul sahabatnya, perlahan ia menyeka air mata itu, setelah agak tenang.

"Ayu.., apa yang menjadi keinginanmu adalah cita-cita seluruh wanita mukminat di dunia ini, namun jikalau ia belum terwujud, itu adalah rahasia Allah, Yang Menciptakan kita, bukankah Ia menciptakan makhluk-Nya menurut ukuran-ukuran yang telah ditetapkan? kita selaku hamba-Nya hanya bisa berusaha dan ikhtiar, dan hanya Allahlah yang menentukan.

Bukankah Ayu mencintai Allah?, rasa itu akan membuat Ayu yakin, Allah akan memilihkan yang terbaik untukmu. Demi Allah Ayu.., Allah Maha Adil terhadap hamba-hamba-Nya, karena itu, bersyukurlah bahwa Ia masih memberimu kesempatan untuk menjadi wanita yang lebih baik dari sekarang.

Ayu harus kuat dalam mengitari perputaran roda kehidupan ini, karena perkitarannya semakin hari semakin cepat. Jangan pernah berhenti sesaatpun, Ayu.. masih banyak yang perlu Ayu perhatikan, masih banyak yang memerlukan perhatianmu. Kita datang ke alam ini sendirian, Ayu.. dan kita juga akan pulang sendirian. Ayo.. jangan sedih-sedih lagi, ya.. mana senyum manisnya?.."

Ayu tersenyum pada Nisa, dari bibir mungil itu keluar kata, "Tolong do'akan Ayu ya.." Nisa membalas senyuman tulus itu, "Ia, Ayu.. Nisa do'akan" Mereka berdua sujud syukur pada Allah, melanjutkan malam itu dengan tenggelam akan kerinduan beribadah kepada Allah. Semenjak malam itu, Nisa lama tak bertemu Ayu, iapun maklum dengan kesibukan sahabatnya.

��������������������������� *****

Fikiran Ayu menerawang, matanya menatap lekat langit-langit kamar, seketika ia terjaga saat mendengar telpon berdering, kriiing.. kriing... Samar-samar terdengar suara ibunya berbicara, "Ayu?, dari siapa ya?, tunggu sebentar." Ibu bergegas ke kamarnya, "Ayu.., ada telpon dari Herman."

Ini sudah kesekian kali pemuda itu menelponnya, kalau sudah di udara, melayang.. lupa segala-galanya. Entahlah iapun tidak tahu kenapa, ada getar-getar halus yang menyusup ke relung hatinya saat berbicara dengan sosok insan yang satu ini, hampir tak sepatah katapun yang bernilai sia-sia.

Yang mereka bicarakan seputar mencarikan jalan agar anak-anak jalanan mampu mandiri tanpa meminta-minta, menanamkan ajaran tauhid agar anak-anak tersebut terbentengi dari pihak-pihak yang ingin meracuni fikiran mereka supaya berpindah agama, yach Herman punya kepekaan sosial yang tinggi, sangat peduli terhadap nasib hamba-hamba Tuhan.

Pemuda seperti inilah yang didambakan Ayu selama ini, dan rasa itu semakin kuat saat Herman berterus terang menyukai kelembutannya, kecantikannya, dan betah berlama-lama berbicara dengannya, ah.. tetapi apakah mungkin persahabatan mereka dapat berganti menjadi sebuah ikatan perkawinan? sedangkan ia tahu kenyataannya bahwa Herman telah mempunyai calon istri?! dan apa yang ditakutinya selama ini terbukti..

"Kamu baik-baik saja kan, Ayu?.. bulan depan saya akan menikah. Sebenarnya.. Herman mencintaimu Ayu, tetapi kami telah dipertemukan lebih dulu. Seandainya saja saya lebih dulu mengenalmu.., maafkan saya, Ayu.., " Ayuning tak sanggup mendengar kelanjutan kata-kata itu, air matanya jatuh tanpa suara, ia berusaha keras menyembunyikan kesedihan dan kekecewaannya, karena ia sadar semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah, jika ia tak terima sama artinya ia melawan takdir Allah.

Ayu masih belum mampu mengendalikan diri, tak pernah diduganya akhir hubungannya akan jadi begini. Herman, pemuda yang disangkanya adalah sahabat sejati yang dipilihkan Allah untuknya, ternyata.. perlahan dibukanya Diary Merah Jambu yang berisi ungkapan rasanya dengan pemuda itu.

���������������������� *****

Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman pada hari kiamat kelak: Mana orang-orang yang saling mencinta karena Keagungan-Ku? Hari ini Ku-naungi mereka, dimana tidak ada naungan yang lain selain naungan-Ku. (HR. Muslim)

����������������������� *****

Untukmu Sahabatku,

Sahabat, tahukah engkau?, nasihatmu menduduki peringkat pertama di hatiku. Kemarin.. engkau mau mendengar keluhanku, kemarin.. engkau beri jiwaku tetesan embun, dan kemudian.. kau tinggalkan aku.

Akhirnya, diujung batas kesendirian ini, aku temukan satu jawaban, bahwa kehidupan ini akan terasa indah, jika kita senantiasa dekat dengan Allah, Ya Allah... Sahabat, kini kau datang lagi menghampiriku, dan bertanya, "Bagaimana khabarku saat ini?", sambil tersenyum aku berkata, "Alhamdulillah...", dan aku terharu saat mendengar, bahwa engkau sayang padaku.

Wahai sahabatku, janganlah engkau bosan untuk menasihatiku, jangan pula bosan untuk menyayangiku, bukankah kehidupan ini akan terasa indah jika kita saling sayang?, saling cinta?, Mencintai karena Allah. Sahabat, mencintai menjadikan kita kuat untuk tetap berpegang pada tali Allah, dan mari kita tebarkan rasa cinta ini ke segenap penjuru bumi, agar senantiasa damai hati insani.. Semoga Allah membalas segala kebaikanmu padaku, Sayangku s'lalu untukmu.

Perlahan Ayu menutup Diarynya, air mata mengucur deras dari kelopak matanya. "Ya Allah.. kenapa rasa ini harus ada?, bagaimana mungkin aku memikirkan seseorang yang bukan Engkau takdirkan untukku?!."

������������������������ *****

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah 2:216)

������������������������ *****

Dengan Nisalah Ayu selalu berbagi cerita suka dukanya, begitupun sebaliknya.��� "Semua telah berakhir, Nisa!, aku harus menerima kenyataan bahwa dia bukanlah untukku, walau terkadang aku masih berharap Allah akan merubah segalanya, namun kecintaanku pada-Nya membuat aku yakin, bahwa ini adalah yang terbaik yang diberikan-Nya.

Sebenarnya aku menaruh harapan besar pada hamba Allah yang sholeh itu, untuk menjadi sahabat yang dapat kuajak bersama mengelilingi perputaran roda ini, bagaikan Matahari dan Bulan yang silih berganti menerangi alam, menjadi khalifah bagi insan taqwa di bumi ini.

Namun sekali lagi aku sadar, apa yang menurutku baik belum tentu baik menurut-Nya, aku tidak tahu apa-apa, sedangkan Allah Maha Mengetahui segalanya. Yang terpenting bagiku kini, menjalani hidup ini bagai air yang mengalir, jika tiba saatnya nanti, insya Allah." Kata-kata mutiara itu meluncur deras dari bibirnya, terdengar begitu tegar,

"Apakah pemuda itu tahu perasaanmu, Ayu?," tanya Nisa. Ayuning tersenyum. "Ia tahu, Nisa.., dari perbincangan kami yang panjang, dari persahabatan kami yang cukup lama, aku yakin ia juga merasakan hal yang sama, tapi sudahlah.. Pemuda itu lebih dahulu mengenal wanita itu daripadaku, ia juga memutuskan untuk menikahinya karena petunjuk Allah. Semoga Allah memberkahi pernikahannya dan melimpahkan keberkahan atas pernikahannya." "Aamiin", ucap Nisa.

"Mungkin wanita itu lebih baik dan lebih taqwa dariku, ya Nisa?."� Sebelum sempat Nisa berkomentar, Ayu telah meralat ucapannya. "Tapi bukankah yang berhak menilai baik dan taqwanya seseorang hanyalah Allah?!.." "Iya, Ayu.." Nisa membenarkan ucapan sahabatnya. "Eh, sudah jam 10, kita ke rumah Ana yuk." Kedua sahabat karib itupun pergi ke rumah sahabatnya yang baru melahirkan. Di atas langit terlihat mendung.

������������������������ *****

"Subhanallah lucunya..," mata Ayu dan Nisa berbinar melihat bayi mungil Ana, buah hati itu terlihat sehat, kulitnya putih dan rambutnya lebat sekali. Ayu sebenarnya ingin menggendong, tapi khawatir terjadi apa-apa karena si mungil baru berusia 5 hari, sementara di luar sana hujan turun dengan derasnya.

Ana begitu antusias menceritakan pengalaman melahirkannya, dan Ayu begitu menikmatinya, sesekali ia tampak merinding. Menghadapi masa-masa menstruasi saja sudah sedemikian menderita, apalagi kalau melahirkan ya?, bathinnya. Perasaan cemas itu semakin menjadi-jadi saat ia teringat Firman Allah yang menceritakan betapa sakitnya Maryam melahirkan Nabi Isa, a.s. sehingga ia berkata;

"Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan." (QS. Maryam 19:23)

"Sebenarnya aku pingin operasi caesar, supaya nggak sakit, tapi.. mulut ini mau bicara susahnya minta ampun, akhirnya kupikir sudahlah, pasrah saja..," Ana terlihat menarik nafas. "Melihat si mungil lahir, Subhanallah.. rasa sakitku mendadak hilang... Maha Besar-Nya Allah, ya.." Ungkap Ana melukiskan kebahagiaannya.

Mendengar penuturan sahabatnya, ada sesuatu yang menusuk hati Ayuning. Terkadang ia masih dihantui rasa takut jika nanti sudah menikah. Membayangkan dirinya akan hamil dan punya anak. Iapun menyadari kesibukannya dengan berbagai penelitian tumbuh-tumbuhan sampai terkadang lupa waktu, mengurus diri sendiri saja sudah kalang kabut, apalagi mengurus suami dan anak-anak? fikirnya.

Tapi rasa itu selalu ditangkisnya, bukankah melahirkan adalah kodrat perempuan?!, bukankah anak adalah rezeki yang tak ternilai?!, sementara banyak terjadi pasangan, akibat menunda kehamilannya di awal pernikahan, beresiko tinggi tidak dianugerahi keturunan.

Yach.., mungkin Allah murka pada mereka. "Duhai Allah, jadikanlah aku hamba-Mu yang bersyukur atas segala karunia-Mu," Ayu berdo'a dalam hati.

"Kok melamun sich Ayu?," tanya Ana menyadarkannya. "Eh.. bagaimana dengan pemuda itu?," Ayu sempat cerita pada Ana tentang kedekatannya dengan Herman, mendengar pertanyaan Ana, wajah Ayu berubah sendu, perlahan ia mulai menjelaskan,

"Ternyata dia bukan jodohku Ana, ia akan menikah bulan depan." Melihat kedukaan Ayu, Nisa berusaha mendinginkan suasana, "Ah.. kalau ada jodoh tak akan lari kemana..," serunya. "Hush.. aku belum siap jadi istri kedua!," sungut Ayu pura-pura marah, diiringi tawa kedua sahabatnya. "Kalau kamu sudah punya calon Sa?," tanya Ana hati-hati, "Nisa sich menunggu pangeran dari langit," ucapnya ringan.

Sejenak obrolan mereka terhenti melihat kehadiran suami Ana, ia begitu perhatian sekali terhadap istri dan anaknya. Karena tak ingin mengusik terlalu lama, iapun segera pergi.

"Punya suami itu enak lho Ayu, Nisa.. ada tempat untuk berbagi, beda saat masih sendiri, perasaan kita selalu gelisah, ada aja yang difikirkan. Bathin orang yang sudah menikah itu jauh lebih tenang, karena arah tujuan hidup mereka jelas."

"Ah.. Ana, kamu bisa aja!," celoteh Ayu. "Nggak percaya?, buktikan aja sendiri!," Kata Ana meniru iklan televisi, dengan maksud meyakinkan kedua sahabatnya.

Diam-diam Ayu asyik memperhatikan bayi mungil Ana yang tertidur lelap, ada rasa keibuan yang mendorongnya untuk memberanikan diri menggendong bayi itu, pelan dan sangat hati-hati. Nisa dan Ana membantu, keduanya saling berpandangan.

Saat si mungil ada dipelukannya, perasaan Ayu berbunga, sulit diungkap dengan kata-kata, yang jelas hatinya begitu bahagia. Pelan diciumnya lembut bayi itu. Melihat sahabatnya, Nisa tak enak hati mengganggu, tapi mereka masih akan pergi ke beberapa tempat, sedangkan hari sudah siang, "Yu.. kita pulang yuk?.." katanya pelan, sementara hujan di luar sana telah reda. Merekapun pamit, "Makasih ya, Ayu.. Nisa.. hati-hati di jalan." Ketika keduanya hampir di mulut pintu, "Sa.. nanti lihat-lihat ke atas ya.. kali aja pangerannya nyangkut di pohon," canda Ana.

������������������������� *****

Pulang dari rumah Ana, mereka singgah ke masjid terdekat untuk shalat Dzhuhur, kemudian melanjutkan perjalanan, Ayu mengajak Nisa ke supermarket. Macam-macam yang dibelikannya untuk orangtua.

Nisa sudah sangat memahami sahabatnya itu, seperti dirinya juga, Ayu sangat memperhatikan orangtua terutama ibunya, karena melalui perantara wanita mulia itulah mereka mengerti betapa besar kasih sayang Allah kepadanya. Mereka selalu ingin mensyukuri nikmat Allah dengan berbuat baik pada orangtua yang telah mengandung, mendidik dan membesarkannya.

Tiba-tiba Nisa kehilangan sahabatnya, cukup lama juga ia mencari kesana kemari, rupanya Ayu sedang asyik memperhatikan baju-baju hamil yang dipajang di etalase. "Aduh Yu.. kirain hilang.. rupanya di sini, mau beliin untuk siapa?," tanya Nisa, Ayu sedikit tersipu ditanya begitu, malu-malu ia berkata,

"Nggak untuk siapa-siapa kok Sa.. Ayu senang aja," katanya sambil masih sibuk memperhatikan. "Sa.. Ayu kok pingin pake baju ini ya?!", "Hah?!" Nisa kaget, "Ini kan baju hamil,"

������������������������� *****

Setelah memesan menu makan siang di warung langganan, kedua gadis itu duduk tenang di bawah pepohonan rindang, tempatnya teduh jauh dari polusi. Jam makan siang sudah lewat, warung tampak sepi, sehingga keduanya merasa betah berlama-lama.�

"Ayu.. Ayu.. kok jadi aneh begini sich?!," Nisa tersenyum seraya geleng-geleng kepala membayangkan polah sahabatnya, Nisa jadi teringat Nini, sudah pernah diceritain belum, ya?.. " Nini yang bernama lengkap Cahyani adalah adik Nisa yang sudah menikah dalam usia yang masih sangat muda, 18 tahun.

"Dia itu paling seneng sama anak kecil, lho Yu.., entah apa penyebabnya suatu ketika ia merengek manja pada Nisa, "Mba'.. Aku pingin hamil.. tapi bagaimana mungkin.. akukan belum punya suami..., carikan aku dong Mba'..."

Ya Allah, mulanya Nisa kaget juga, ada apa dengan adikku?, kecil-kecil pingin hamil, punya anak?, ah, mungkin cuma bercanda, "Nanti Mba' carikan ya sayang.. ," Nisa coba menghibur hatinya.

Sejak saat itu dia rajin Qiyamullail, berdo'a siang malam agar diberikan Allah jodoh yang baik dan anak yang shaleh, Ninipun rajin mengaji, Nisa sampai terharu melihatnya.

Tak lama kemudian Allah mengabulkan permintaannya, ia diperkenalkan dengan seorang ikhwan yang kebetulan sedang mencari calon istri, keluarganyapun sayang pada Nini, akhirnya mereka menikah. Nini diboyong suaminya ke Jakarta. Alhamdulillah, tiga bulan kemudian Allah mewujudkan impiannya untuk memperoleh anak. Suatu hari ia curhat lagi,

"Mba'.. ternyata hamil itu rasanya begini ya.. serba salah. Seperti inilah dulu Bunda mengandungku ya..," katanya, dan kalau bicara sama ibu, ia selalu menangis, "Bunda.. kalau Nini punya salah, mohon dimaafkan ya..," katanya terisak.

Alhamdulillah, akhirnya Nini melahirkan dengan selamat, bayinya perempuan, namanya Mira, manis sekali. Sebulan, dua bulan Nini begitu menikmati menjadi seorang ibu. Namun kemudian,�

"Bunda.. kok Mira hidungnya pesek?, setiap pagi dipencet tapi nggak mancung-mancung juga, sudah gitu matanya sipit lagi. Ada yang ngeledekin, Mira nanti sudah besar, kalau tertawa, nanti teman-temannya sudah pada ilang, Miranya baru sadar, Ninikan jadi sebel. Kok Mira nggak cantik kayak ibunya sich?!."

Mendengar keluhan Nini, ibu buru-buru menasihatinya, alhamdulillah ia cepat istighfar dan kembali bersyukur pada Allah. Kalau ingat Mira, Nisa jadi kangen sekali," Nisa berguman sambil mengeluarkan sebuah foto dari dompetnya.�

"Coba lihat Yu.., lucukan?!," Ayu menatap kagum foto yang ditunjukkan sahabatnya. "Mau tahu panggilan sayang Nisa padanya?, "Boneka Jepang." Kata Nisa sembari tersenyum bahagia.

������������������������ *****

"Aduh.. belum sore begini kok jalanan sudah macet ya Yu?!," keluh Nisa. Sementara jauh di depan mereka banyak orang-orang mengerumuni sebuah tong sampah yang berada di depan klinik bersalin.

"Wanita tak bermoral, dikasi rezeki sama Allah malah dibuang!, kalau nggak siap jadi ibu ya jangan menikah!," umpat segerombolan ibu-ibu yang entah ditujukan pada siapa,

"Ada apa ya Yu?!," Nisa bertanya-tanya. Jalanan kembali normal, kedua sahabat itu hampir tak merasakan kalau habis terjebak kemacetan. Mereka tidak tahu ada peristiwa apa yang terjadi barusan. Klinik tampak sepi, yang berbekas hanya tumpukan sampah-sampah yang berserakan.

������������������������ *****

Sesungguhnya rugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezekikan kepada mereka, (semata-mata) mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka itu sesat dan mereka tidak mendapat petunjuk. (QS. Al An 'am 6:140)

Janganlah kamu membunuh anak-anakmu (karena takut) dari kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. (QS. Al An 'am 6:151) ����������������������

*****

"Innalillaahi..," Ayu sedikit histeris saat membaca berita pagi yang ada di genggamannya. Tubuhnya lemas saat mengetahui peristiwa sesungguhnya yang terjadi kemarin. "Orok Bayi Ditemukan di Rumah Sakit Bersalin X". "Ya Allah, kenapa bisa tega seorang ibu membunuh darah dagingnya sendiri, bukankah Engkau titipkan ia rahim dan kelebihan rasa untuk lebih peka akan kasih sayang dan pengorbanan?," ucap Ayu sambil terus melanjutkan bacaannya,

Sementara pasangan lain bertahun-tahun mendamba buah hati, lain halnya dengan pasangan "TB", mereka berusaha keras untuk menghindari kelahiran anak dengan alasan ekonomi, Namun Allah berkehendak lain, ibu B dinyatakan positif, maka terjadilah peristiwa tragis ini.

���������������������� *****

Sore yang cerah, usai membahas kasus mengharukan, Ayu mengajak Nisa ke tempat favorit keluarga, taman bunga. Ia mengambil peralatan menyiram kembang-kembang kesayangan ibunya. Di tengah keasyikan bekerja, Ayu mencurahkan isi hatinya pada Nisa.

"Sa.. kalau difikir-fikir, merawat anak itu sama seperti merawat tanaman-tanaman ini ya.., harus telaten, disirami, dikasi pupuk, dibersihkan dari rumput-rumput, lengah dikit aja, mereka tumbuh tak karu-karuan.

Ayu teringat dulu ketika kuliah, Ayu rajin mengurus tanaman penelitian, ditinggal bentar aja, eh.. mereka pada layu, mungkin karena sering diperhatikan ya? jadi manja. Sementara waktu mepet sekali.

Menurut penelitian, tanaman senang mendengar musik klasik, hal itu akan membuat pertumbuhan mereka lebih baik, karena itu Ayu bawa radio dari rumah ke kebun untuk mutarin mereka, ternyata benar, mereka subur kembali.

Begitupula menurut penelitian para ilmuwan dan musisi, bahwa musik klasik sangat baik untuk pertumbuhan bayi, karena dalam musik itu terdapat lompatan-lompatan nada yang bisa merangsang otaknya, pantaslah saja selama ini para kiyai dan ustadz selalu menyarankan para ibu yang mengandung supaya lebih banyak mengaji ya.. sebab alunan suara Qur'an membawa dampak yang sangat luar biasa bagi anaknya.

Oh ya Nisa, dulu Ayu pernah sampai nangis lho ketika makan jagung, Ayu membayangkan pertama kali saat menanaminya, dari biji, tumbuh tunas, daun dan tiba-tiba sebesar ini. Perasaanku sangat bahagia sekali melihat perkembangan mereka, seperti ada ikatan bathin, mungkin rasa inilah yang dimiliki orangtua kita pada anak-anaknya, ya..

Ucap Ayu, sejenak ia menghentikan kalimatnya, "Sa, kini Ayu mulai menyadari kenapa Allah belum mengizinkan Ayu menikah, Ia ingin Ayu mengabdi dulu pada orangtua. Ayu juga mulai memahami kenapa Allah menghendaki Ayu masih sendiri, agar Ayu lebih menempa diri untuk menjadi seorang ibu di bumi ini!.."

Subhanallah. (Nisa membathin), ia kagum pada kecerdasan sahabatnya membaca Firman Allah dan rahasia cobaan Allah. Tiba-tiba matanya tertegun melihat serumpun Melati yang tumbuh subur di taman itu, dalam hati ia berkata, Melati itu semakin harum mewangi, Ya Allah.. aku memohon pada-Mu, berikanlah yang terbaik bagi-Mu untuknya, Aamiin.�

Sejenak Ayu dan Nisa tertegun mendengar syair lagu dari balik jendela kamar Ayu yang persis menghadap taman, lagu di radio itu, lagu yang punya arti tersendiri bagi keduanya.

"Kau bunga di tamanku,
di lubuk hati ini,
Mekar dan harum mewangi,
Melati suntingan hati.
Bersemilah di tamanku, di lubuk hati ini,
Agar dapat ku resapi, hadirmu bagiku.
Kau Melati, Putih nan bersih,
kau tumbuh di antara belukar berduri,
Seakan tak perduli lagi,
meski dalam hidupmu kau hanya memberi,
Kau sebar harum s'bagai tanda,
cinta yang t'lah kau hadapi,
Di sepanjang waktu.

Diam Itu Emas

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Rasulullah saw bersabda, "Waspadalah terhadap perbuatan kezaliman karena kezaliman adalah kegelapandi hari kiamat. Jauhilah kekikiran karena kekikiran telah membinasakan orang-orang sebelum kamu, mengantarkan mereka kepada pertumpahan darah di antara mereka dan menghalalkan segala cara." (HR Muslim dari Jabir bin Abdullah r.a)

Diam Itu Emas
Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga juga memelihara lisan dengan baik dan benar. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata benar atau diam.", hadits diriwayatkan oleh Bukhari.

1. Jenis-jenis Diam
Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada yang dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam malah menjadi masalah. Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam:

a. Diam Bodoh
Yaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara sok tahu.

b. Diam Malas
Diam jenis merupakan keburukan, karena diam pada saat orang memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak mood, tidak berselera atau malas.

c. Diam Sombong
Ini pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya.

d. Diam Khianat
Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji.

e. Diam Marah
Diam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah jauh lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana. Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah masalah.

f. Diam Utama (Diam Aktif)
Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa engan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih besardibanding dengan berbicara.

2. Keutamaan Diam Aktif

a. Hemat Masalah
Dengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah.

b. Hemat dari Dosa
Dengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi dosapun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan Allah.

c. Hati Selalu Terjaga dan Tenang
Dengan diam aktif berarti hati akan terjaga dari riya, ujub, takabbur atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan mematikan hati kita.

d. Lebih Bijak
Dengan diam aktif berarti kita menjadi pesdengar dan pemerhati yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh lebih mendaam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.

e. Hikmah Akan Muncul
Yang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan diri dengan diam aktif adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah swtakan menyelimuti hati, lisan, serta sikap dan perilakunya.

f. Lebih Berwibawa
Tanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk mempermainkan atau meremehkan.


Selain itu, diam aktif merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal, seperti:

1. Diam dari perkataan dusta
2. Diamdari perkataan sia-sia
3. Diam dari komentar spontan dan celetukan
4. Diam dari kata yang berlebihan
5. Diam dari keluh kesah
6. Diam dari niat riya dan ujub
7. Diam dari kata yang menyakiti
8. Diam dari sok tahu dan sok pintar

Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Semoga pula Allah ridha hingga akhir hayat nanti, saat ajal menjemput, lisan ini diperkenankan untuk mengantar kepergian ruh kita dengan sebaik-baik perkataan yaitu kalimat tauhiid "laa ilaha illallah" puncak perkataan yang menghantarkan ke surga. Aamiin


Doa Malaikat Kecilku

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

"Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar".(Umar bin Khattab)

Doa Malaikat Kecilku

Ya Allah, berilah mama kesehatan� sembuhkanlah mama supaya mama bisa ke kantor lagi, aamiiin�

Bocah kecil berusia empat tahun, dengan mata berkaca-kaca� tangan tertengadah� berdoa kepada Tuhannya, untuk kesembuhan sang Bunda. Sesaat selepas berdoa, ia menoleh kepada Bunda untuk memberikan senyum kecil nan tulus. Matanya yang bulat bening, seolah mengatakan bahwa ia sangat berharap Bunda dapat sehat kembali, supaya dapat beraktifitas seperti sedia kala.

Aku terharu. Sama sekali tidak pernah menyangka bahwa dia adalah malaikat kecil, yang dianugerahkan Allah Yang Pemurah kepada kami.

Badanku yang terbaring lemas tanpa daya di atas pembaringan ini, secepat kilat seakan mendapat kekuatan baru mendengar barisan doa itu. Perlahan aku beringsut dari posisi tidurku, lantas duduk bersandar. Masih di pembaringan.

�Makasih, ya Kak... Kakak sangat baik sama Mama,� ucapku tak kalah tulus.

�Iya, sama-sama... Mama juga sangat baik sama Iq,� sahutnya, sembari datang memelukku.

Ah... Tuhan, indah sekali moment seperti ini. Pintar sekali dia, bak seorang dewasa saja tingkahnya. Terima kasih! Seruku dalam hati.

Anak kecil itu, memang masih sangat kecil jika diajak untuk berbicara banyak hal yang rumit. Namun Subhannallah... betapa ia sudah peka dengan yang terjadi di sekelilingnya, termasuk untuk mendoakan mamanya yang sedang sakit. Padahal, jika pun aku sembuh... waktuku tak banyak kuberikan padanya.

***

Sejak dokter kandungan menyatakan bahwa aku mengandung anak kedua tiga bulan lalu, daya tahan tubuhku agak menurun. Seringkali mudah terserang sakit. Lebih cepat lelah. Dan kadang, kurasakan mual. Jika dibandingkan dengan kehamilan pertama, aku memang harus banyak bersyukur karena kali ini tak serepot dahulu. Jika dulu aku sempat tak doyan makan nasi hingga usia kandungan tiga bulan, kini nafsu makanku malah meningkat. Aku juga tak sampai muntah. Alhamdulillah...

Namun mungkin, karena merasa lebih sehat dari dulu, aku lepas kontrol. Bekerja terlalu keras, bahkan seringkali lembur, hingga pulang ke rumah larut malam. Memang sih, di awal tahun begini, pekerjaanku seringkali menumpuk. Maka jadilah kemudian aku ambruk!

Suatu pagi, dua hari lalu, aku merasakan tubuhku teramat lunglai. Ketika kupaksakan bangun, mataku berkunang-kunang dan hampir terjatuh. Beruntung ada suami di belakangku, yang kemudian memapahku kembali ke kamar.

Dan sejak saat itu pula, aku nyaris tidak mengerjakan suatu pekerjaan apa pun, kecuali berbaring. Tiduran. Walau tak bisa juga aku tidur. Berdasarkan pemeriksaan dokter, aku kecapekan. Diminta untuk banyak beristirahat. Hmm... Meski begitu, pikiranku masih saja melayang ke kantor, menuju pekerjaan yang pasti kian hari kian terbengkalai karena belum tersentuh.

Dan kesibukanku sebagai ibu rumah tangga sekaligus perempuan bekerja, membuat waktu terasa begitu sempit untuk berbagi dengannya. Meskipun demikian, bocah suci itu... selalu saja periang. Mudah memaafkan. Dan tak pernah menyimpan setitik amarah pun dalam hati putihnya.

Kini, setelah mendengar doanya, aku baru menyadari. Bahwa selama empat tahun ia diamanahkan kepada kami, aku belum begitu bisa menjaganya.

Seringkali ketika ia meminta perhatian, dengan tiba-tiba duduk di pangkuanku, misalnya. Aku malah mengusirnya. Memintanya duduk sendiri, dengan alasan dia sudah semakin besar. Atau ketika dia datang dengan setumpuk buku cerita di tangan mungilnya untuk dibacakan, seribu satu alasan kuberikan padanya. Aku amat paham bahwa ia sangat sayang padaku. Namun jahatnya, aku seringkali menggunakan belas kasihnya sebagai dalih.

�Nanti malam saja, Sayang. Mama masih capek, baru datang dari kantor. Lagipula tenggorokan mama gatal, jadi... nanti malam saja ceritanya, ya... �

Dan seperti yang sudah-sudah, alasan kecapekan atau sakit, selalu ia terima dengan senyuman. Ia pun pergi dengan tumpukan bukunya.

Dan selama itu pula, aku tak pernah menyesal. Padahal aku mungkin telah mengecewakannya begitu rupa.

Sekarang... doa tulusnya telah berhasil membangunkan aku dari kekhilafan. Aku berharap, dan akan berjuang keras... untuk tidak menolak keinginan baiknya. Untuk menyambut perhatian yang ia damba dari bundanya.

Semoga Allah memberikan kekuatan kepadaku, untuk dapat berubah menjadi bunda yang lebih baik buatnya. Karena Allah telah begitu sayang kepadaku, dengan memberikan putra yang demikian sholih... hingga dalam usianya yang relatif sangat sangat muda, doa tulusnya telah mengalir buatku.

Dan semoga kelak ia menjadi anak yang sholih, yang bisa menerangi kubur dan mengangkat derajat kami di Syurga, dengan doa-doa panjangnya yang melimpah, aamiiin...

�Apabila anak cucu Adam itu wafat, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholih yang mendoakan orang tuanya.� (HR Muslim, dari Abu Hurairah ra).

�Akan diangkat derajat seorang hamba yang sholih di Syurga. Lalu ia akan bertanya-tanya: Wahai Allah, apa yang membuatku begini? Kemudian dikatakan kepadanya, Permohonan ampun anakmu untukmu.� (HR Ahmad, dari Abu Hurairah ra).

-------------
Ummu Thariq (antariksa at eramuslim dot com)

Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam... yang telah menganugerahkan kepada kami, malaikat kecil penyejuk hati. Terima kasih, Nak...



Dahsyatnya Sedekah

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Gunakanlah setiap kesempatanmu hari ini. Anda tidak boleh bergantung pada hari esok. Perhatikanlah hari ini!


Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :

Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"

Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).

Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"

Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).

Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?"

Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).

"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para malaikta.

Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).

Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"

Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."

Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.

Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.

Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.

Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.

Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.

Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.

Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.

Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.

Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.

Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).

Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."

"Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab Rasulullah.

Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya.

Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.

Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!

Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!

Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini.***

Bunga Rampai Nasihat

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Cara terbaik untuk menghilangkan musuh-musuhmu adalah dengan mencintai mereka.

Bunga Rampai Nasihat

Mudah-mudahan Allah yang Maha Menguasai segala-galanya selalu membukakan hati kita agar bisa melihat hikmah dibalik setiap kejadian apapun yang terjadi. Yakinlah tidak ada satu kejadian pun yang sia-sia, tidak ada suatu kejadian pun yang tanpa makna, sangat rugi kalau kita menghadapi hidup ini sampai tidak mendapat pelajaran dari apa yang sedang kita jalani. Hidup ini adalah samudera hikmah tiada terputus. Seharusnya apapun yang kita hadapi, efektif bisa menambah ilmu, wawasan, khususnya lagi bisa menambah kematangan, kedewasaan, kearifan diri kita sehingga kalau kita mati besok lusa atau kapan saja, maka warisan terbesar kita adalah kehormatan pribadi kita, bukan hanya harta semata. Rindukanlah dan selalu berharap agar saat kepulangan kita nanti, saat kematian kita adalah saat yang paling indah.

Harusnya saat malaikat maut menjemput, kita benar-benar dalam keadaan siap, benar-benar dalam keadaan khusnul khatimah. Harus sering dibayangkan kalau saat meninggal nanti kita sedang bagus niat, sedang bersih hati, keringat sedang bercucuran di jalan Allah SWT. Syukur-syukur kalau nanti kita meninggal, kita sedang bersujud atau sedang berjuang di jalan Allah. Jangan sampai kita mati sia-sia, seperti yang diberitakan koran-koran tentang seorang yang meninggal sedang nonton di bioskop. Terang saja buruk sekali orang yang meninggal di bioskop, apalagi misalnya film yang ditontonnya film (maaf) “Gairah Membara”, film maksiat, na’
udzubillah. Dia akan “membara” betulan di neraka nanti. Ingat maut adalah hal yang sangat penting.

Tiada kehormatan dan kemuliaan kecuali dari Engkau wahai Allah pemilik alam semesta, yang mengangkat derajat siapa pun yang Engkau kehendaki dan menghinakan siapa pun yang Engkau kehendaki, segala puji hanyalah bagi-Mu dan milik-Mu. Shalawat semoga senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah, panutan kita semua Rasulullah SAW.

Sahabat, percayalah sehebat apapun harta, gelar, pangkat, kedudukan, atau atribut duniawi lainnya tak akan pernah berharga jikalau kita tidak memiliki harga diri. Apalah artinya harta, gelar, dan pangkat, kalau pemiliknya tidak punya harga diri.

Hidup di dunia hanya satu kali dan sebentar saja. Kita harus bersungguh-sungguh meniti karier kehidupan kita ini menjadi orang yang memiliki harga diri dan terhormat dalam pandangan Allah SWT juga terhormat dalam pandangan orang-orang beriman. Dan kematian kita pun harus kita rindukan menjadi sebaik-baik kematian yang penuh kehormatan dan kemuliaan dengan warisan terpenting kehidupan kita adalah nama baik dan kehormatan kita yang tanpa cela, kehinaan.

Langkah awal yang harus kita bangun dalam karier kehidupan ini adalah tekad untuk menjadi seorang muslim yang sangat jujur dan terpercaya sampai mati. Seperti halnya Rasulullah SAW memulai karier kehidupannya dengan gelar kehormatan Al Amin (seorang yang sangat terpercaya).

Kita harus berjuang mati-matian untuk memelihara harga diri kehormatan kita menjadi seorang muslim yang terpercaya, sehingga tidak ada keraguan sama sekali bagi siapapun yang bergaul dengan kita, baik muslim maupun non muslim, baik kawan atau lawan, tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan, janji, maupun amanah yang kita pikul.

Oleh karena itu, pertama, jaga lisan kita. Jangan pernah berbohong dalam hal apapun. Sekecil dan sesederhana apapun, bahkan betapa pun terhadap anak kecil atau dalam senda gurau sekalipun. Harus benar-benar bersih dan meyakinkan, tidak ada dusta, pastikan tidak pernah ada dusta! Lebih baik kita disisihkan karena kita tampil apa adanya, daripada kita diterima karena berdusta. Sungguh tidak akan pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang pendusta. (Tentu saja bukan berarti harus membeberkan aib-aib diri yang telah ditutupi Allah, ada kekuasaan tersendiri, ada kekhususan tersendiri. Jujur bukan berarti bebas membeberkan aib sendiri).

Kedua, jaga lisan, jangan pernah menambah-nambah, mereka-reka, mendramatisir berita, informasi, atau sebaliknya meniadakan apa yang harus disampaikan. Sampaikanlah berita atau informasi yang mesti disampaikan seakurat mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kita terkadang suka ingin menambah-nambah sesuatu atau bahkan merekayasa kata-kata atau cerita. Jangan lakukan! Sama sekali tidak akan menolong kita, nanti ketika orang tahu informasi yang sebenarnya, akan runtuhlah kepercayaan mereka kepada kita.

Ketiga, jangan sok tahu atau sok pintar dengan menjawab setiap dan segala pertanyaan. Nah, orang yang selalu menjawab setiap pertanyaan bila tanpa ilmu akan menunjukkan kebodohan saja. Yakinlah kalau kita sok tahu tanpa ilmu itulah tanda kebodohan kita. Yang lebih baik adalah kita harus berani mengatakan “tidak tahu” kalau memang kita tidak mengetahuinya, atau jauh lebih baik disebut bodoh karena jujur apa adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.

Keempat, jangan pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi membeberkan aib orang lain. Jangan sekali-kali melakukannya. Ingat setiap kali kita ngobrol dengan orang lain, maka obrolan itu jadi amanah buat kita. Bagi orang yang suka membocorkan rahasia akan jatuhlah harga dirinya. Padahal justru kita harus jadi kuburan bagi rahasia dan aib orang lain. Yang namanya kuburan tidak usah digali-gali lagi kecuali pembeberan yang sah menurut syariat dan membawa kebaikan bagi semua pihak. Ingat, bila ada seseorang datang dengan menceritakan aib dan kejelekan orang lain kepada kita, maka jangan pernah percayai dia, karena ketika berpisah dengan kita, maka dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan kita kepada yang lain lagi.

Kelima, jangan pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji. Pastikan setiap janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan dan berjuanglah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepati janji walaupun dengan pengorbanan lahir batin yang sangat besar dan berat. Ingat, semua pengorbanan menjadi sangat kecil dibandingkan dengan kehilangan harga diri sebagai seorang pengingkar janji, seorang munafik, na’udzubillah. Tidak artinya. Semua pengorbanan itu kecil dibanding jika kita bernama si pengingkar janji. Rasulullah SAW pernah sampai tiga hari menunggu orang yang menjanjikannya untuk bertemu, beliau menunggu karena kehormatan bagi beliau adalah menepati janji.***


Bila Hati Bercahaya

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

"Jika Allah menahan pemberian-Nya padamu, maka pahamilah bahwa itu adalah suatu (kemuliaan) untukmu selama kau pertahankan keislaman dan keimananmu, higga segenap apa yang dilakukan Allah kepada dirimu menjadi karunia pula kepadamu".(Ibnu Athaillah)

Bila Hati Bercahaya

Adakah diantara kita yang merasa mencapai sukses hidup karena telah berhasil meraih segalanya : harta, gelar, pangkat, jabatan, dan kedudukan yang telah menggenggam seluruh isi dunia ini? Marilah kita kaji ulang, seberapa besar sebenarnya nilai dari apa-apa yang telah kita raih selama ini.

Di sebuah harian pernah diberitakan tentang penemuan baru berupa teropong yang diberi nama telescope Hubble. Dengan teropong ini berhasil ditemukan sebanyak lima milyar gugusan galaksi. Padahal yang telah kita ketahui selama ini adalah suatu gugusan bernama galaksi bimasakti, yang di dalamnya terdapat planet-planet yang membuat takjub siapa pun yang mencoba bersungguh-sungguh mempelajarinya. Matahari saja merupakan salah satu planet yang sangat kecil, yang berada dalam gugusan galaksi di dalam tata surya kita. Nah, apalagi planet bumi ini sendiri yang besarnya hanya satu noktah. Sungguh tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan lima milyar gugusan galaksi tersebut. Sungguh alangkah dahsyatnya.

Sayangnya, seringkali orang yang merasa telah berhasil meraih segala apapun yang dirindukannya di bumi ini – dan dengan demikian merasa telah sukses – suka tergelincir hanya mempergauli dunianya saja. Akibatnya, keberadaannya membuat ia bangga dan pongah, tetapi ketiadaannya serta merta membuat lahir batinnya sengsara dan tersiksa. Manakala berhasil mencapai apa yang diinginkannya, ia merasa semua itu hasil usaha dan kerja kerasnya semata, sedangkan ketika gagal mendapatkannya, ia pun serta merta merasa diri sial. Bahkan tidak jarang kesialannya itu ditimpakan atau dicarikan kambing hitamnya pada orang lain.

Orang semacam ini tentu telah lupa bahwa apapun yang diinginkannya dan diusahakan oleh manusia sangat tergantung pada izin Allah Azza wa Jalla. Mati-matian ia berjuang mengejar apa-apa yang dinginkannya, pasti tidak akan dapat dicapai tanpa izin-Nya. Laa haula walaa quwwata illaabillaah! Begitulah kalau orang hanya bergaul, dengan dunia yang ternyata tidak ada apa-apanya ini.

Padahal, seharusnya kita bergaul hanya dengan Allah Azza wa Jalla, Zat yang Maha Menguasai jagat raya, sehingga hati kita tidak akan pernah galau oleh dunia yang kecil mungil ini. Laa khaufun alaihim walaa hum yahjanuun! Samasekali tidak ada kecemasan dalam menghadapi urusan apapun di dunia ini. Semua ini tidak lain karena hatinya selalu sibuk dengan Dia, Zat Pemilik Alam Semesta yang begitu hebat dan dahsyat.

Sikap inilah sesungguhnya yang harus senantiasa kita latih dalam mempergauli kehidupan di dunia ini. Tubuh lekat dengan dunia, tetapi jangan biarkan hati turut lekat dengannya. Ada dan tiadanya segala perkara dunia ini di sisi kita jangan sekali-kali membuat hati goyah karena toh sama pahalanya di sisi Allah. Sekali hati ini lekat dengan dunia, maka adanya akan membuat bangga, sedangkan tiadanya akan membuat kita terluka. Ini berarti kita akan sengsara karenanya, karena ada dan tiada itu akan terus menerus terjadi.

Betapa tidak! Tabiat dunia itu senantisa dipergilirkan. Datang, tertahan, diambil. Mudah, susah. Sehat, sakit. Dipuji, dicaci. Dihormati, direndahkan. Semuanya terjadi silih berganti. Nah, kalau hati kita hanya akrab dengan kejadian-kejadian seperti itu tanpa krab dengan Zat pemilik kejadiannya, maka letihlah hidup kita.

Lain halnya kalau hati kita selalu bersama Allah. Perubahan apa saja dalam episode kehidupan dunia tidak akan ada satu pun yang merugikan kita. Artinya, memang kita harus terus menerus meningkatkan mutu pengenalan kita kepada Allah Azza wa Jalla.

Di antara yang penting yang kita perhatikan sekiranya ingin dicintai Allah adalah bahwa kita harus zuhud terhadap dunia ini. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barangsiapa yang zuhud terhadap dunia, niscaya Allah mencintainya, dan barangsiapa yang zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya manusia mencintainya."

Zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat duniawi, melainkan kita lebih yakin dengan apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di tangan kita. Bagi orang-orang yang zuhud terhadap dunia, sebanyak apapun yang dimiliki sama sekali tidak akan membuat hati merasa tentram karena ketentraman itu hanyalah apa-apa yang ada di sisi Allah.

Rasulullah SAW bersabda, "Melakukan zuhud dalam kehidupan di dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula memboroskan kekayaan. Zuhud terhadap kehidupan dunia itu ialah tidak menganggap apa yang ada pada dirimu lebih pasti daripada apa yang ada pada Allah." (HR. Ahmad, Mauqufan)

Andaikata kita merasa lebih tentram dengan sejumlah tabungan di bank, maka berarti kita belum zuhud. Seberapa besar pun uang tabungan kita, seharusnya kita lebih merasa tentram dengan jaminan Allah. Ini dikarenakan apapun yang kita miliki belum tentu menjadi rizki kita kalau tidak ada izin Allah.

Sekiranya kita memiliki orang tua atau sahabat yang memiliki kedudukan tertentu, hendaknya kita tidak sampai merasa tentram dengan jaminan mereka atau siapa pun. Karena, semua itu tidak akan datang kepada kita, kecuali dengan izin Allah.

Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apapun yang dimilikinya tidak menjadi jaminan. Ia lebih suka dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak dan tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala kebutuhan kita.jangan ukur kemuliaan seseorang dengan adanya dunia di genggamannya. Sebaliknya jangan pula meremehkan seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa. Kalau kita tidak menghormati seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa. Kalau kita menghormati seseorang karena kedudukan dan kekayaannya, kalau meremehkan seseorang karena ia papa dan jelata, maka ini berarti kita sudah mulai cinta dunia. Akibatnya akan susah hati ini bercahaya disisi Allah.

Mengapa demikian? Karena, hati kita akan dihinggapi sifat sombong dan takabur dengan selalu mudah membeda-bedakan teman atau seseorang yang datang kepada kita. Padahal siapa tahu Allah mendatangkan seseorang yang sederhana itu sebagai isyarat bahwa Dia akan menurunkan pertolongan-Nya kepada kita.

Hendaknya dari sekarang mulai diubah sistem kalkulasi kita atas keuntungan-keuntungan. Ketika hendak membeli suatu barang dan kita tahu harga barang tersebut di supermarket lebih murah ketimbang membelinya pada seorang ibu tua yang berjualan dengan bakul sederhananya, sehingga kita mersa perlu untuk menawarnya dengan harga serendah mungkin, maka mulailah merasa beruntung jikalau kita menguntungkan ibu tua berimbang kita mendapatkan untung darinya. Artinya, pilihan membeli tentu akan lebih baik jatuh padanya dan dengan harga yang ditawarkannya daripada membelinya ke supermarket. Walhasil, keuntungan bagi kita justru ketika kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain.

Lain halnya dengan keuntungan diuniawi. Keuntungan semacam ini baru terasa ketika mendapatkan sesuatu dari orang lain. Sedangkan arti keuntungan bagi kita adalah ketika bisa memberi lebih daripada yang diberikan oleh orang lain. Jelas, akan sangat lain nilai kepuasan batinnya juga.

Bagi orang-orang yang cinta dunia, tampak sekali bahwa keuntungan bagi dirinya adalah ketika ia dihormati, disegani, dipuji, dan dimuliakan. Akan tetapi, bagi orang-orang yang sangat merindukan kedudukan di sisi Allah, justru kelezatan menikmati keuntungan itu ketika berhasil dengan ikhlas menghargai, memuliakan, dan menolong orang lain. Cukup ini saja! Perkara berterima kasih atau tidak, itu samasekali bukan urusan kita. Dapatnya kita menghargai, memuliakan, dan menolong orang lain pun sudah merupakan keberuntungan yang sangat luar biasa.

Sungguh sangat lain bagi ahli dunia, yang segalanya serba kalkulasi, balas membalas, serta ada imbalan atau tidak ada imbalan. Karenanya, tidak usah heran kalau para ahli dunia itu akan banyak letih karena hari-harinya selalu penuh dengan tuntutan dan penghargaan, pujian, dan lain sebagainya, dari orang lain. Terkadang untuk mendapatkan semua itu ia merekayasa perkataan, penampilan, dan banyak hal demi untuk meraih penghargaan.

Bagi ahli zuhud tidaklah demikian. Yang penting kita buat tatanan kehidupan ini seproporsional mungkin, dengan menghargai, memuliakan, dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Inilah keuntungan-keuntungan bagi ahli-ahli zuhud. Lebih merasa aman dan menyukai apa-apa yang terbaik di sisi Allah daripada apa yang didapatkan dari selain Dia.

Walhasil, siapapun yang merindukan hatinya bercahaya karena senantiasa dicahayai oleh nuur dari sisi Allah, hendaknya ia berjuang sekuat-kuatnya untuk mengubah diri, mengubah sikap hidup, menjadi orang yang tidak cinta dunia, sehingga jadilah ia ahli zuhud.

"Adakalanya nuur Illahi itu turun kepadamu," tulis Syaikh Ibnu Atho’illah dalam kitabnya, Al Hikam, "tetapi ternyata hatimu penuh dengan keduniaan, sehingga kembalilah nuur itu ke tempatnya semula. Oleh sebab itu, kosongkanlah hatimu dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Allah akan memenuhinya dengan ma’rifat dan rahasia-rahasia."

Subhanallaah, sungguh akan merasakan hakikat kelezatan hidup di dunia ini, yang sangat luar biasa, siapapun yang hatinya telah dipenuhi dengan cahaya dari sisi Allah Azza wa Jalla. "Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing (seorang hamba) kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki ..." (QS. An Nuur [24] : 35).

Bersandar Hanya Kepada Allah

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Tiada keberuntungan yang sangat besar dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak memiliki sandaran, selain bersandar kepada Allah. Dengan meyakini bahwa memang Allah-lah yang menguasai segala-galanya; mutlak, tidak ada satu celah pun yang luput dari kekuasaan Allah, tidak ada satu noktah sekecil apapun yang luput dari genggaman Allah. Total, sempurna, segala-galanya Allah yang membuat, Allah yang mengurus, Allah yang menguasai.

Adapun kita, manusia, diberi kebebasan untuk memilih, "Faalhamaha fujuraha wataqwaaha", "Dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana kebaikan dan mana keburukan". Potensi baik dan potensi buruk telah diberikan, kita tinggal memilih mana yang akan kita kembangkan dalam hidup ini. Oleh karena itu, jangan salahkan siapapun andaikata kita termasuk berkelakuan buruk dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk, naudzubillah.

Sedangkan keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah mengakibatkan dunia ini, atau siapapun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran baginya. Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut tiangnya diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada sebuah kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam kehidupan ini karena dia bersandar kepada kedudukannya, bersandar kepada hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya, bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran yang lainnya.

Padahal, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘
sangat mudah’ juga ini terlalu kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar kepada Allah yang menguasai setiap kejadian, "laa khaufun alaihim walahum yahjanun’, kita tidak pernah akan panik, Insya Allah.

Jabatan diambil, tak masalah, karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan, kedudukan di kantor, di kampus, tapi kedudukan itu malah memperbudak diri kita, bahkan tidak jarang menjerumuskan dan menghinakan kita. kita lihat banyak orang terpuruk hina karena jabatannya. Maka, kalau kita bergantung pada kedudukan atau jabatan, kita akan takut kehilangannya. Akibatnya, kita akan berusaha mati-matian untuk mengamankannya dan terkadang sikap kita jadi jauh dari kearifan.

Tapi bagi orang yang bersandar kepada Allah dengan ikhlas, ‘ya silahkan ... Buat apa bagi saya jabatan, kalau jabatan itu tidak mendekatkan kepada Allah, tidak membuat saya terhormat dalam pandangan Allah?’ tidak apa-apa jabatan kita kecil dalam pandangan manusia, tapi besar dalam pandangan Allah karena kita dapat mempertanggungjawabkannya. Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian, penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah SWT. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta, tidak sulit bagi Allah sehingga kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah diberi penyakit seharga 16 juta, sudah tekor itu.

Oleh karena itu, jangan bersandar kepada gaji atau pula bersandar kepada tabungan. Punya tabungan uang, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup saja dibuat urusan sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan kita. Demi Allah, tidak ada yang harus kita gantungi selain hanya Allah saja. Punya bapak seorang pejabat, punya kekuasaan, mudah bagi Allah untuk memberikan penyakit yang membuat bapak kita tidak bisa melakukan apapun, sehingga jabatannya harus segera digantikan.

Punya suami gagah perkasa. Begitu kokohnya, lalu kita merasa aman dengan bersandar kepadanya, apa sulitnya bagi Allah membuat sang suami muntaber, akan sangat sulit berkelahi atau beladiri dalam keadaan muntaber. Atau Allah mengirimkan nyamuk Aides Aigepty betina, lalu menggigitnya sehingga terjangkit demam berdarah, maka lemahlah dirinya. Jangankan untuk membela orang lain, membela dirinya sendiri juga sudah sulit, walaupun ia seorang jago beladiri karate.

Otak cerdas, tidak layak membuat kita bergantung pada otak kita. Cukup dengan kepleset menginjak kulit pisang kemudian terjatuh dengan kepala bagian belakang membentur tembok, bisa geger otak, koma, bahkan mati.

Semakin kita bergantung pada sesuatu, semakin diperbudak. Oleh karena itu, para istri jangan terlalu bergantung pada suami. Karena suami bukanlah pemberi rizki, suami hanya salah satu jalan rizki dari Allah, suami setiap saat bisa tidak berdaya. Suami pergi ke kanotr, maka hendaknya istri menitipkannya kepada Allah.

"Wahai Allah, Engkaulah penguasa suami saya. Titip matanya agar terkendali, titip hartanya andai ada jatah rizki yang halal berkah bagi kami, tuntun supaya ia bisa ikhtiar di jalan-Mu, hingga berjumpa dengan keadaan jatah rizkinya yang barokah, tapi kalau tidak ada jatah rizkinya, tolong diadakan ya Allah, karena Engkaulah yang Maha Pembuka dan Penutup rizki, jadikan pekerjaannya menjadi amal shaleh."

Insya Allah suami pergei bekerja di back up oleh do’a sang istri, subhanallah. Sebuah keluarga yang sungguh-sungguh menyandarkan dirinya hanya kepada Allah. "Wamayatawakkalalallah fahuwa hasbu", (QS. At Thalaq [65] : 3). Yang hatinya bulat tanpa ada celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun ; Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah, maka bakal dicukupi segala kebutuhannya. Allah Maha Pencemburu pada hambanya yang bergantung kepada makhluk, apalagi bergantung pada benda-benda mati. Mana mungkin? Sedangkan setiap makhluk ada dalam kekuasaan Allah. "Innallaaha ala kulli sai in kadir".

Oleh karena itu, harus bagi kita untuk terus menerus meminimalkan penggantungan. Karena makin banyak bergantung, siap-siap saja makin banyak kecewa. Sebab yang kita gantungi, "Lahaula wala quwata illa billaah" (tiada daya dan kekuatan yang dimilikinya kecuali atas kehendak Allah). Maka, sudah seharusnya hanya kepada Allah sajalah kita menggantungkan, kita menyandarkan segala sesuatu, dan sekali-kali tidak kepada yang lain, Insya Allah.

Berkah Sholat Khusyu

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Bukanlah kegagalan yang menjadi akhir dunia bagi kita, melainkan keputusasaanlah yang menghancurkan kita.

"Jika Allah menahan pemberian-Nya padamu, maka pahamilah bahwa itu adalah suatu (kemuliaan) untukmu selama kau pertahankan keislaman dan keimananmu, higga segenap apa yang dilakukan Allah kepada dirimu menjadi karunia pula kepadamu".(Ibnu Athaillah)


Hikam :
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu dalam sholatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna (Al-Quran: Surat Al-Mu`minun )

Rasulullah SAW bersabda : Ilmu yang pertama kali di angkat dari muka bumi ialah kekhusyuan. (HR. At-Tabrani )

Nabi Muhammad SAW dalam sholatnya benar-benar dijadikan keindahan dan terjadi komunikasi yang penuh kerinduan dan keakraban dengan Allah. Ruku, sujudnya panjang, terutama ketika sholat sendiri dimalam hari, terkadang sampai kakinya bengkak tapi bukannya berlebihan, karena ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Sholatnya tepat pada waktunya dan yang paling penting, sholatnya itu teraflikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Ciri-ciri orang-orang yang sholatnya khusyu:

1. Sangat menjaga waktunya, dia terpelihara dari perbuatan dan perkataan sia-sia apa lagi maksiat. Jadi orang-orang yang menyia-nyiakan waktu suka berbuat maksiat berarti sholatnya belum berkualitas atau belum khusyu.
2. Niatnya ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja.
3. Cinta kebersihan karena sebelum sholat, orang harus wudhu terlebih dahulu untuk mensucikan diri dari kotoran atau hadast.

4. Tertib dan disiplin, karena sholat sudah diatur waktunya.
5. Selalu tenang dan tuma`ninah, tuma`ninah merupakan kombinasi antara tenang dan konsentrasi.
6. Tawadhu dan rendah hati, tawadhu merupakan akhlaknya
Rasulullah.
7. Tercegah dari perbuatan keji dan munkar, orang lain aman dari keburukan dan kejelekannya.

Orang yang sholatnya khusyu dan suka beramal baik tapi masih suka melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, mudah-mudahan orang tersebut tidak hanya ritualnya saja yang dikerjakan tetapi ilmunya bertambah sehingga membangkitkan kesadaran dalam dirinya.

Jika kita merasa sholat kita sudah khusyu dan kita ingin menjaga dari keriaan yaitu dengan menambah pemahaman dan mengerti bacaan yang ada didalam sholat dan dalam beribadah jangan terhalang karena takut ria.

Inti dalam sholat yang khusyu yaitu akhlak menjadi baik, sebagaimana Rosulullah menerima perintah sholat dari Allah, agar menjadikan akhlak yang baik. Itulah ciri ibadah yang disukai Allah.
Semoga dibulan ramadhan ini kita meningkatkan kualitas sholat kita.



Memperindah Hati

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Memperindah Hati

Setiap manusia tentulah sangat menyukai dan merindukan keindahan. Banyak orang yang menganggap keindahan adalah pangkal dari segala puji dan harga. Tidak usah heran kalau banyak orang memburunya. Ada orang yang berani pergi beratus bahkan beribu kilometer semata-mata untuk mencari suasana pemandangan yang indah. Banyak orang rela membuang waktu untuk berlatih mengolah jasmani setiap saat karena sangat ingin memiliki tubuh yang indah. Tak sedikit juga orang berani membelanjakan uangnya berjuta bahkan bermilyar karena sangat rindu memiliki rumah atau kendaraan mewah.

Akan tetapi, apa yang terjadi? Tak jarang kita menyaksikan betapa terhadap orang-orang yang memiliki pakaian dan penampilan yang mahal dan indah, yang datang ternyata bukan penghargaan, melainkan justru penghinaaan. Ada juga orang yang memiliki rumah megah dan mewah, tetapi bukannya mendapatkan pujian, melainkan malah cibiran dan cacian. Mengapa keindahan yang tadinya disangka akan mengangkat derajat kemuliaan malah sebaliknya, padahal kunci keindahan yang sesungguhnya adalah jika sesorang merawat serta memperhatikan kecantikan dan keindahan hati. Inilah pangkal kemuliaan sebenarnya.

Rasulullah SAW pakaiannya tidak bertabur bintang penghargaan, tanda jasa, dan pangkat. Akan tetapi, demi Allah sampai saat ini tidak pernah berkurang kemuliaannya. Rasulullah SAW tidak menggunakan singgasana dari emas yang gemerlap, ataupun memiliki rumah yang megah dan indah. Akan tetapi, sampai detik ini sama sekali tidak pernah luntur pujian dan penghargaan terhadapnya, bahkan hingga kelak datang akhir zaman. Apakah rahasianya? Ternyata semua itu dikarenakan Rasulullah SAW adalah orang yang sangat menjaga mutu keindahan dan kesucian hatinya.

Rasulullah SAW bersabda, "Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu!" (HR. Bukhari dan Muslim).

Boleh saja kita memakai segala apapun yang indah-indah. Namun, kalau tidak memiliki hati yang indah,demi Allah tidak akan pernah ada keindahan yang sebenarnya. Karenanya jangan terpedaya oleh keindahan dunia. Lihatlah, begitu banyak wanita malang yang tidak mengenal moral dan harga diri. Mereka pun tidak kalah indah dan molek wajah, tubuh, ataupun penampilannya. Kendatipun demikian, mereka tetap diberi oleh Allah dunia yang indah dan melimpah.

Ternyata dunia dan kemewahan bukanlah tanda kemuliaan yang sesungguhnya karena orang-orang yang rusak dan durjana sekalipun diberi aneka kemewahan yang melimpah ruah oleh Allah. Kunci bagi orang-orang yang ingin sukses, yang ingin benar-benar merasakan lezat dan mulianya hidup, adalah orang-orang yang sangat memelihara serta merawat keindahan dan kesucian qalbunya.

Imam Al Ghazali menggolongkan hati ke dalam tiga golongan, yakni yang sehat (qolbun shahih), hati yang sakit (qolbun maridh), dan hati yang mati (qolbun mayyit).

Seseorang yang memiliki hati sehat tak ubahnya memiliki tubuh yang sehat. Ia akan berfungsi optimal. Ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana atas suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar-benar sudah melewati perhitungan yang jitu berdasarkan hati nurani yang bersih.

Orang yang paling beruntung memiliki hati yang sehat adalah orang yang dapat mengenal Allah Azza wa Jalla dengan baik. Semakin cemerlang hatinya, maka akan semakin mengenal dia. Penguasa jagat raya alam semesta ini. Ia akan memiliki mutu pribadi yang begitu hebat dan mempesona. Tidak akan pernah menjadi ujub dan takabur ketika mendapatkan sesuatu, namun sebaliknya akan menjadi orang yang tersungkur bersujud. Semakin tinggi pangkatnya, akan membuatnya semakin rendah hati. Kian melimpah hartanya, ia akan kian dermawan. Semua itu dikarenakan ia menyadari, bahwa semua yang ada adalah titipan Allah semata. Tidak dinafkahkan di jalan Allah, pasti Allah akan mengambilnya jika Dia kehendaki.

Semakin bersih hati, hidupnya akan selalu diselimuti rasa syukur. Dikaruniai apa saja, kendati sedikit, ia tidak akan habis-habisnya meyakini bahwa semua ini adalah titipan Allah semata, sehingga amat jauh dari sikap ujub dan takabur. Persis seperti ucapan yang terlontar dari lisan Nabi Sulaiman AS, tatkala dirinya dianugerahi Allah berbagai kelebihan, "Haadzaa min fadhli Rabbii, liyabluwani a-asykuru am afkuru." (QS. An Naml [27] : 40). Ini termasuk karunia Tuhanku, untuk mengujiku apakah aku mampu bersyukur atau malah kufur atas nikmat-Nya.

Suatu saat bagi Allah akan menimpakkan ujian dan bala. Bagi orang yang hatinya bersih, semua itu tidak kalah terasa nikmatnya. Ujian dan persoalan yang menimpa justru benar-benar akan membuatnya kian merasakan indahnya hidup ini. Karena, orang yang mengenal Allah dengan baik berkat hati yang bersih, akan merasa yakin bahwa ujian adalah salah satu perangkat kasih sayang Allah, yang membuat seseorang semakin bermutu.

Dengan persoalan akan menjadikannya semakin bertambah ilmu. Dengan persoalan akan bertambahlah ganjaran. Dengan persoalan pula derajat kemuliaan seorang hamba Allah akan bertambah baik, sehingga ia tidak pernah resah, kecewa, dan berkeluh kesah karena menyadari bahwa persoalan merupakan bagian yang harus dinikmati dalam hidup ini.

Oleh karenanya, tidak usah heran orang yang hatinya bersih, ditimpa apapun dalam hidup ini, sungguh bagaikan air di relung lautan yang dalam. Tidak pernah akan berguncang walaupun ombak badai saling menerjang. Ibarat karang yang tegak tegar, dihantam ombak sedahsyat apapun tidak akan pernah roboh. Tidak ada putus asa, tidak ada keluh kesah berkepanjangan. Yang ada hanya kejernihan dan keindahan hati. Ia amat yakin dengan janji Allah, "Laa yukalifullahu nafasan illa wus’ahaa." (QS. Al Baqarah [2] : 286). Allah tidak akan membebani seseorang, kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Pasti semua yang menimpa sudah diukur oleh-Nya. Mahasuci Allah dari perbuatan zhalim kepada hamba-hamba-Nya.

Ia sangat yakin bahwa hujan pasti berhenti. Badai pasti berlalu. Malam pasti berganti menjadi siang. Tidak ada satu pun ujian yang menimpa, kecuali pasti akan ada titik akhirnya. Ia tidak berubah bagai intan yang akan tetap kemilau walaupun dihantam dengan apapun jua.

Memang luar biasa orang yang memiliki hati yang bersih. Nikmat datang tak pernah membuatnya lalai bersyukur, sementara sekalipun musibah yang menerjang, sama sekali tidak akan pernah mengurangi keyakinan akan curahan kasih sayang-Nya. Semua itu dikarenakan ia bisa menyelami sesuatu secara lebih dalam atas musibah yang menimpa dirinya, sehingga tergapailah sang mutiara hikmah. Subhanallaah, sungguh teramat beruntung siapapun yang senantiasa berikhtiar dengan sekuat-kuatnya untuk memperindah qolbunya.***

Bundel by UGLY --- Jan '02

Membangun Kredibilitas

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Membangun Kredibilitas

PERTAMA : "Aku Harus Jujur Yang Terbukti dan Teruji"
Aku menyadari bahwa kejujuran adalah perilaku kunci yang sangat efektif untuk membangun kredibilitas atau bahkan sebaliknya menghancurkanku.

Karenanya aku tidak akan sekali-kali berbohong atau terpancing untuk menambah omongan sehingga menjadi dusta walau dengan gurauan sekalipun. Aku hanya akan mengatakan yang aku yakini kebenarannya.

Aku tidak akan pernah mengingkari janji, aku pastikan setiap janji yang kuucapkan sudah aku perhitungkan matang-matang, dan aku akan berusaha dengan keras untuk memenuhi janji itu walaupun harus berkorban banyak hal.

Aku akan tepat waktu dalam segala hal, tidak akan terlambat atau gemar menunda-nunda atau bahkan mengakhirkan padahal banyak kesempatan.

Akan kubiasakan untuk mempunyai fakta dan data yang jelas, bersikap terbuka serta tidak bertindak sembunyi-sembunyi atau menyembunyikan banyak hal (tentu saja kekecualian pada hal-hal yang menurut agama patut disembunyikan)

Aku harus pula memiliki kemampuan untuk mengevaluasi diri, memperbaiki dan bertanggung jawab dengan tulus terhadap apapun yang terjadi sehingga akan menjadikan pancaran yang akan turut menghapuskan kesalahan yang pernah kulakukan.

Aku tidak akan pernah patah semangat dan berputus asa, peluang untuk berubah sangat luas namun semua butuh proses, percayalah ALLOH Maha Pemberi Jalan dan sangat mudah baginya untuk memuliakan atau menjatuhkan siapapun.


KEDUA : "Aku Harus Cakap"
Aku menyadari bahwa walaupun kejujuran sudah teruji dan terbukti tapi apabila lalai dalam melaksanakan tugas, tetap akan merontokkan kredibilitas

Sehingga Aku menyadari sangatlah penting untuk memiliki selera dan tradisi berbuat, berkarya dengan semaksimal mungkin tidak hanya sesuai target bahkan kalau bisa lebih dari target.

Untuk menjadi cakap aku tahu kuncinya, yaitu harus melatih diri, mengembangkan kemampuan wawasan dan keterampilan secara kontinyu dan sistematis sehingga memiliki kesiapan memadai.

Setiap melakukan sesuatu aku mengawali segalanya dengan perencanaan yang baik karena perencanaan yang gagal berarti sama dengan merencanakan gagal. Mottoku "LEBIH BAIK BERSIMBAH KERINGAT dalam latihan, daripada BERSIMBAH DARAH DALAM PERTEMPURAN".

Aku selalu melakukan check and recheck. Hal ini agar kesempatan untuk melakukan kesalahan dapat aku minimalkan.

Segala sesuatu harus aku lakukan dengan kesungguhan, hati-hati dan cermat. Jangan menganggap remeh kelalaian dan kecerobohan karena ini adalah biangnya kesalahan dan kegagalan.

Dalam setiap tahapan aku harus mengevaluasi diri sebagai kontrol agar aku tidak kebablasan dalam melakukan kesalahan. Percayalah merenung sejenak akan membuat karyaku semakin bermutu.

Aku harus menyempurnakan amal, karena itu merupakan kenikmatan. Sekali lagi akan aku nikmati menyempurnakan apa yang bisa kulakukan.

Jikalau aku tergelincir melakukan kesalahan secara sengaja atau tidak sengaja maka aku tidak akan rontok seakan-akan habislah segala-galanya. Ingatlah kalau nasi sudah menjadi bubur, pola pikirku adalah menjadikan bubur itu menjadi bubur ayam spesial.


KETIGA : " Aku Harus Inovatif "
Aku menyadari bahwa segala sesuatu yang ada akan berubah, di dunia ini tidak ada satu pun yang tidak berubah, satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri. Maka Aku siapkan diri untuk mengikuti perubahan, karena jikalau aku tidak bisa mengimbanginya, akan tergilaslah Aku oleh perubahan itu.

Amatlah rugi bagiku jika hari kemarin sama dengan hari ini, celakalah aku apabila hari ini lebih buruk dari kemarin, ini berarti aku akan tertinggal jauh dan sulit mengejar orang lain yang komit dengan perubahan.

Untuk bisa inovatif aku senantiasa banyak membaca dan menulis, sehingga kumiliki perpustakaan pribadi, kusediakan dana untuk membeli bahan bacaan, dan kuluangkan waktu untuk membacanya.

Akupun harus banyak berdiskusi dan membaca, caranya dengan kucari dan kumiliki banyak teman dari berbagai disiplin ilmu dan kubiasakan untuk terus mendapatkan masukan, baik dengan bertanya atau mendengarkan. Dan kuusahakan pula memiliki progaram silaturahim secara berkala dan terpola, sehingga perkembangan kemampuanku akan semakin terukur.

Akupun harus banyak melihat dan mengadakan studi banding (benchmark). Kunjunganku baik resmi ataupun tidak adalah ketempat yang dapat menambah wawasan, memancing inspirasi, membuka visi baru, yang pasti nuansa-nuansa baru
akan sangat membantu membangkitkan potensi yang lama terpendam.

Kumiliki waktu luang untuk merenung dan bertafakur tanpa mengganggu kegiatan rutinku. Kucari tempat yang nyaman, kupilih waktu yang tepat. Bagiku sebagai Ummat Islam, ALLOH telah menyediakan tempatnya yaitu tahajjud, dengan simbahan air wudlu, kemudian sujud dan menyerahkan diri. Hal ini berdampak sekali bagiku dalam pengevaluasian langkah yang lebih tepat ke depan.

Akupun harus banyak berbuat dan mencoba. Ku tidak pernah takut untuk mencoba. Guru terbaik bagiku adalah pengalaman.

Akupun harus banyak beribadah dan berdoa. Aku sadar bahwa penguasa segala sesuatu adalah ALLOH Azza wa Jalla.

Sungguh kapanpun akan mati aku telah siap dengan segala sesuatunya setelah aku berusaha mempersembahkan yang terbaik untuk ALLOH, insya Allah semoga apa yang telah kulakukan DAPAT BERMAKNA BAGI DUNIA dan BERARTI AKHIRAT NANTI.

Bundel by UGLY --- Jan '02

Lupakan Jasa Dan Kebaikan Diri

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Setiap ilmu mesti ada permulaanya, tetapi sama sekali tidak ada pengakhirannya. Kita harus menyadari dan mengakui bahwa apa yang kita ketahui dari ilmu-ilmu jauh lebih sedikit daripada yang tidak kita ketahui (Ulama)

Lupakan Jasa Dan Kebaikan Diri
Semakin kita sering menganggap diri penuh jasa dan penuh kebaikan pada orang lain, apalagi menginginkan orang lain tahu akan jasa dan kebaikan diri kita, lalu berharap agar orang lain menghargai, memuji, dan membalasnya maka semua ini berarti kita sedang membangun penjara untuk diri sendiri dan sedang mempersiapkan diri mengarungi samudera kekecewaan dan sakit hati.

Ketahuilah bahwa semakin banyak kita berharap sesuatu dari selain Allah SWT, maka semakin banyak kita akan mengalami kekecewaan. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat terjadi tanpa ijin Allah. Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Allah tidak menggerakkan orang untuk menghargai, maka hati ini akan terluka dan terkecewakan karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk. Belum lagi kerugian di akhirat karena amal yang dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu beramal bukan karena Allah.

Selayaknya kita menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan kita terhadap orang lain, sesungguhnya bukanlah kita berjasa melainkan Allah-lah yang berbuat, dan kita dipilih menjadi jalan kebaikan Allah itu berwujud. Sesungguhnya terpilih menjadi jalan saja sudah lebih dari cukup karena andaikata Allah menghendaki kebaikan itu terwujud melalui orang lain maka kita tidak akan mendapat ganjarannya.

Jadi, ketika ada seseorang yang sakit, lalu sembuh berkat usaha seorang dokter. Maka, seberulnya bukan dokter yang menyembuhkan pasien tersebut, melainkan Allah-lah yang menyembuhkan, dan sang dokter dipilih menjadi jalan. Seharusnya dokter sangat berterima kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang pahala untuk mengamalkan ilmunya, juga telah menjadi jalan rizki dari Allah baginya. Namun, andaikata sang dokter menjadi merasa hebat karena jasanya, serta sangat menuntut penghormatan dan balas jasa yang berlebihan maka selain memperlihatkan kebodohan dan kekurangan imannya juga semakin tampak rendah mutu kepribadiannya (seperti yang kita maklumi orang yang tulus dan rendah hati selalu bernilai tinggi dan penuh pesona). Selain itu, di akhirat nanti niscaya akan termasuk orang yang merugi karena tidak beroleh pahala ganjaran.

Juga, tidak selayaknya seorang ibu menceritakan jasanya mulai dari mengandung, melahirkan, mendidik, membiayai, dan lain-lain semata-mata untuk membuat sang anak merasa berhutang budi. Apalagi jika dilakukan secara emosional dan proporsional kepada anak-anaknya, karena hal tersebut tidak menolong mengangkat wibawa sang ibu bahkan bisa jadi yang terjadi adalah sebaliknya. Karena sesungguhnya sang anak sama sekali tidak memesan untuk dilahirkan oleh ibu, juga semua yang ibunya lakukan itu adalah sudah menjadi kewajiban seorang ibu.

Percayalah bahwa kemuliaan dan kehormatan serta kewibawaan aeorang ibu/bapak justru akan bersinar-sinar seiring dengan ketulusan ibu menjalani tugas ini dengan baik, Insya Allah. Allah-lah yang akan menghujamkan rasa cinta di hati anak-anak dan menuntunnya untuk sanggup berbalas budi.

Seorang guru juga harus bisa menahan diri dari ujub dan merasa berjasa kepada murid-muridnya. Karena memang kewajiban guru untuk mengajar dengan baik dan tulus. Dan memang itulah rizki bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi guru. Karena setiap kebaikan yang dilakukan muridnya berkah dari tuntunan sang guru akan menjadi ganjaran tiada terputus dan dapat menjadi bekal penting untuk akhirat. Kita boleh bercerita tentang suka duka dan keutamaan mengajar dengan niat bersyukur bukan ujub dan takabur.

Perlu lebih hati-hati menjaga lintasan hati dan lebih menahan diri andaikata ada salah seorang murid kita yang sukses, jadi orang besar. Biasanya akan sangat gatal untuk mengumumkan kepada siapapun tentang jasanya sebagai gurunya plus kadang dengan bumbu penyedap cerita yang kalau tidak pada tempatnya akan menggelincirkan diri dalam riya dan dosa.

Andaikata ada sebuah mobil yang mogok lalu kita membantu mendorongnya sehingga mesinnya hidup dan bisa jalan dengan baik. Namun ternyata sang supir sama sekali tidak berterima kasih. Jangankan membalas jasa, bahkan menengok ke arah kita pun tidak sama sekali.. andaikata kita merasa kecewa dan dirugikan lalu dilanjutkan dengan acara menggerutu, menyumpahi, lalu menyesali diri plus memaki sang supir. Maka lengkaplah kerugiannya lahir maupun batin. Dan tentu saja amal pun jadi tidak berpahala dalam pandangan Allah karena tidak ikhlas, yaitu hanya berharap balasan dari makhluk.

Seharusnya yang kita yakini sebagai rizki dan keberuntungan kita adalah takdir diri ini diijinkan Allah bisa mendorong mobil. Silahkan bayangkan andaikata ada mobil yang mogok dan kita tidak mengetahuinya atau kita sedang sakit tidak berdaya, niscaya kita tidak mendapat kesempatan beramal dengan mendorong mobil. Atau diri ini sedang sehat perkasa tapi mobil tidak ada yang mogok, lalu kita akan mendorong apa?

Takdir mendorong mobil adalah investasi besar, yakni kalau dilaksanakan penuh dengan ketulusan niscaya Allah yang Maha Melihat akan membalasnya dengan balasan yang mengesankan. Bukankah kita tidak tahu kapan kita akan mendapatkan kesulitan di perjalanan, maka takdir beramal adalah investasi.

Mari kita bersungguh-sungguh untuk terus berbuat amal kebajikan sebanyak mungkin dan sesegera mungkin. Setelah itu mari kita lupakan seakan kita tidak pernah melakukannya, cukuplah Allah yang Maha Melihat saja yang mengetahuinya. Allah SWT pasti menyaksikannya dengan sempurna dan membalasnya dengan balasan yang sangat tepat baik waktu, bentuk, ataupun momentumnya. Salah satu ciri orang yang ikhlas menurut Imam Ali adalah senang menyembunyikan amalannya bagai menyembunyikan aib-aibnya.

Selamat berbahagia bagi siapapun yang paling gemar beramal dan paling cepat melupakan jasa dan kebaikan dirinya, percayalah hidup ini akan jauh lebih nikmat, lebih ringan, dan lebih indah. Insya Allah.***

Bundel by UGLY --- Jan '02
ilmu adalah investasi tiada henti