ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Sunday, May 13, 2007

Waktu Yang Tersisa

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

KUMPULKANLAH KEMBALI KAPAS-KAPAS YANG TERSEBAR

Oleh : Andri Wongso*)
Dikisahkan, ada seorang pedagang yang kaya raya dan berpengaruh di kalangan masyarakat. Kegiatannya berdagang mengharuskan dia sering keluar kota. Suatu saat, karena pergaulan yang salah, dia mulai berjudi dan bertaruh.

Mula-mula kecil-kecilan, tetapi karena tidak dapat menahan nafsu untuk menang dan mengembalikan kekalahannya, si pedagang semakin gelap mata, dan akhirnya uang hasil jerih payahnya selama ini banyak terkuras di meja judi. Istri dan anak-anaknya terlantar dan mereka jatuh miskin.

Orang luar tidak ada yang tahu tentang kebiasaannya berjudi, maka untuk menutupi hal tersebut, dia mulai menyebar fitnah, bahwa kebangkrutannya karena orang kepercayaan, sahabatnya, mengkhianati dia dan menggelapkan banyak uangnya. Kabar itu semakin hari semakin menyebar, sehingga sahabat yang setia itu, jatuh sakit. Mereka sekeluarga sangat menderita, disorot dengan pandangan curiga oleh masyarakat disekitarnya dan dikucilkan dari pergaulan.

Si pedagang tidak pernah mengira, dampak perbuatannya demikian buruk. Dia bergegas datang menengok sekaligus memohon maaf kepada si sahabat "Sobat. Aku mengaku salah! Tidak seharusnya aku menimpakan perbuatan burukku dengan menyebar fitnah kepadamu. Sungguh, aku menyesal dan minta maaf. Apakah ada yang bisa aku kerjakan untuk menebus kesalahan yang telah kuperbuat?"

Dengan kondisi yang semakin lemah, si sahabat berkata, "Ada dua permintaanku. Pertama, tolong ambillah bantal dan bawalah ke atap rumah. Sesampainya di sana, ambillah kapas dari dalam bantal dan sebarkan keluar sedikit demi sedikit ".

Walaupun tidak mengerti apa arti permintaan yang aneh itu, demi menebus dosa, segera dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kapas habis di sebar, dia kembali menemui laki-laki yang sekarat itu.

"Permintaanmu telah aku lakukan, apa permintaanmu yang kedua?" "Sekarang, kumpulkan kapas-kapas yang telah kau sebarkan tadi", kata si sahabat dengan suara yang semakin lemah.

Si pedagang terdiam sejenak dan menjawab dengan sedih, "Maaf sobat, aku tidak sanggup mengabulkan permintaanmu ini. Kapas-kapas telah menyebar kemana-mana, tidak mungkin bisa dikumpulkan lagi".

"Begitu juga dengan berita bohong yang telah kau sebarkan, berita itu takkan berakhir hanya dengan permintaan maaf dan penyesalanmu saja" kata si sakit

"Aku tahu. Engkau sungguh sahabat sejatiku. Walaupun aku telah berbuat salah yang begitu besar tetapi engkau tetap mau memberi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku. Aku bersumpah, akan berusaha semampuku untuk memperbaiki kerusakan yang telah kuperbuat, sekali lagi maafkan aku dan terima kasih sobat". Dengan suara terbata-bata dan berlinang air mata, dipeluklah sahabatnya.

Netter yg luar biasa

Seperti kata pepatah mengatakan, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Kebohongan tidak berakhir dengan penyesalan dan permintaan maaf.

Seringkali sulit bagi kita untuk menerima kesalahan yang telah kita perbuat. Bila mungkin, orang lainlah yang menanggung akibat kesalahan kita.

Kalau memang itu yang akan terjadi , lalu untuk apa melakukan fitnah yang hanya membuat orang lain menderita.tentu… Jauh lebih nikmat bisa melakukan sesuatu yang membuat orang lain berbahagia.



Waktu Yang Tersisa

Oleh : Andrie Wongso*)

Suatu hari di sebuah rumah sakit, tampak seorang nenek berumur sekitar 70 tahunan, tiba di rumah sakit dengan tergesa-gesa, segera dia mendaftarkan diri di bagian administrasi rumah sakit sebagai pasien dokter penyakit dalam, dan tidak lama kemudian… si nenek berjalan tertatih membawa kartu pasien dan menghampiri suster yang berada di depan ruang praktek si dokter untuk memberitahu kedatangannya dan memberikan nomer urut antriannya.

"Suster, sekarang pasien nomer berapa? Giliran saya masih harus menunggu berapa lama untuk ketemu dokter?" Tanya si nenek. "Tunggu saja nek, nanti dipanggil sesuai nomer urut" jawab si suster begitu saja. Rupanya nenek adalah pasien lama di sana sehingga tanpa banyak bertanya lagi, ia pun menempati bangku, bersama-sama dengan pasien lain menunggu giliran di panggil. Selang beberapa saat, sikapnya terlihat gelisah, sebentar-bentar dia melihat ke jam dinding, mulai mondar-mandir seolah tidak sabar menanti. Diberanikan diri menghampiri suster dan bertanya dengan was-was karena takut si suster marah. "Masih lama ya sus?" "Ya! Tunggu saja" jawab suster.

Saat giliran nomer urutnya sudah dekat, tiba-tiba ada panggilan darurat dari rumah sakit karena ada pasien gawat yang harus segera ditangani sang dokter. Bergegas dokter pun pergi meninggalkan ruang prakteknya untuk menolong pasien yang lebih membutuhkannya. Si nenek dengan kesal kembali duduk, kemudian berdiri, lalu mulai berjalan mondar-mandir.

Kejadian itu memancing reaksi 2 remaja yang juga sedang menunggu di situ, "Si Nenek itu kelihatan gelisah dan tidak sabaran ya. Sudah setua itu memangnya dia punya kesibukan apa kok menunggu aja tidak sabar begitu" Kemudian ditimpali oleh temannya, "Iya tuh, udah berumur setua itu, ngapain sih kok maunya buru-buru. Waktu kan masih panjang, belum juga larut malam".

Dengan tidak terduga oleh kedua remaja tadi, si nenek menghampiri mereka dan menyapa ramah, "Anak muda, nenek mendengar apa yang kalian bicarakan tentang nenek. Memang nenek kurang sabar menunggu disini tanpa melakukan sesuatu. Justru karena nenek sudah berumur, nenek tidak memiliki banyak waktu lagi untuk melakukan hal-hal yang belum sempat nenek lakukan. Kesadaran bahwa sisa waktu nenek yang tidak banyak inilah maka nenek tidak sabar menunggu di sini terlalu lama tanpa bisa melakukan apapun. Tentu kalian bisa mengerti kenapa nenek tidak sabar menunggu kan?"
"Oh, iya.. iya nek. Maafkan kami nek. Kami tidak berpikir panjang tentang waktu yang begitu berharga seperti kata nenek. Sepantasnya kami yang muda pun harus berpikir tidak boleh menyia-nyiakan waktu dengan tidak melakukan apa-apa seperti ini. Terimakasih nenek telah mengingatkan kepada kami".
Pembaca yang berbahagia,
Umur manusia tidak ada seorangpun yang bisa mengukur secara tepat, kapan saat kita lahir dan kapan saat kematian tiba. Jika kesadaran tentang nilai waktu, yakni akan sisa waktu yang dimiliki dan mau memanfaatkan dengan benar sesuai dengan peran kita saat ini, dimanapun kita berada, maka saat itulah kehidupan se-nyatanya baru dimulai.

Waktu adalah kekayaan paling berharga yang dimiliki setiap manusia. Mari kita manfaatkan waktu dengan optimis dan diarahkan pada sasaran hidup yang menantang, sehingga membuat hidup kita semakin hidup, penuh gairah dan bahagia!
Salam sukses luar biasa!

PEDAGANG DAN NELAYAN

Oleh : Andri Wongso*)


Suatu hari, seorang pedagang kaya datang berlibur ke sebuah pulau yang masih asri. Saat merasa bosan, dia berjalan-jalan keluar dari villa tempat dia menginap dan menyusuri tepian pantai. Terlihat Di sebuah dinding karang seseorang sedang memancing, dia menghampiri sambil menyapa,

"Sedang memancing ya pak?", sambil menoleh si nelayan menjawab,

"Benar tuan. Mancing satu-dua ikan untuk makan malam keluarga kami".

Kenapa cuma satu-dua ikan pak? Kan banyak ikan di laut ini, kalau bapak mau sedikit lebih lama duduk disini, tiga-empat ekor ikan pasti dapat kan?"

Kata si pedagang yang menilai si nelayan sebagai orang malas. "Apa gunanya buat saya ?" tanya si nelayan keheranan.

"Satu-dua ekor disantap keluarga bapak, sisanya kan bisa dijual. Hasil penjualan ikan bisa ditabung untuk membeli alat pancing lagi sehingga hasil pancingan bapak bisa lebih banyak lagi" katanya menggurui.

"Apa gunanya bagi saya?" tanya si nelayan semakin keheranan.

"Begini. Dengan uang tabungan yang lebih banyak, bapak bisa membeli jala. Bila hasil tangkapan ikan semakin banyak, uang yang dihasilkan juga lebih banyak, bapak bisa saja membeli sebuah perahu. Dari satu perahu bisa bertambah menjadi armada penangkapan ikan. Bapak bisa memiliki perusahaan sendiri. Suatu hari bapak akan menjadi seorang nelayan yang kaya raya".

Nelayan yang sederhana itu memandang si turis dengan penuh tanda tanya dan kebingungan. Dia berpikir, laut dan tanah telah menyediakan banyak makanan bagi dia dan keluarganya, mengapa harus dihabiskan untuk mendapatkan uang? Mengapa dia ingin merampas kekayaan alam sebanyak-banyaknya untuk dijual kembali. Sungguh tidak masuk diakal ide yang ditawarkan kepadanya.

Sebaliknya, merasa hebat dengan ide bisnisnya si pedagang kembali meyakinkan, "Kalau bapak mengikuti saran saya, bapak akan menjadi kaya dan bisa memiliki apa pun yang bapak mau".

"Apa yang bisa saya lakukan bila saya memiliki banyak uang?" tanya si nelayan.

"Bapak bisa melakukan hal yg sama seperti saya lakukan, setiap tahun bisa berlibur, mengunjungi pulau seperti ini, duduk di dinding pantai sambil memancing".

"Lho, bukankan hal itu yang setiap hari saya lakukan tuan, kenapa harus menunggu berlibur baru memancing?", kata si nelayan menggeleng-gelengkan kepalanya semakin heran.

Mendengar jawaban si nelayan, si pedagang seperti tersentak kesadarannya bahwa untuk menikmati memancing ternyata tidak harus menunggu kaya raya.


Netter yang berbahagia,

Pepatah mengatakan, jangan mengukur baju dengan badan orang lain.

Si pedagang mungkin benar melalui analisa bisnisnya, dia merasa apa yang dilakukan oleh si nelayan terlalu sederhana, monoton dan tidak bermanfaat. Mengeruk kekayaan alam demi mendapatkan uang dan kekayaan sebanyak-banyaknya adalah wajar baginya.

Sedangkan bagi si nelayan, dengan pikiran yang sederhana, mampu menerima apapun yang diberikan oleh alam dengan puas dan ikhlas. Sehingga hidup dijalani setiap hari dengan rasa syukur dan berbahagia.

Memang ukuran "bahagia", masing-masing orang pastilah tidak sama. Semua kembali kepada keikhlasan dan cara kita mensyukuri, apapun yang kita miliki saat ini.



Lisan Yang Bermutu

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.


Lisan yang Bermutu

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Seseorang suatu ketika mengeluh 'Saya sudah sering sekali mendengarkan ceramah, menyimak mubaligh yang menyampaikan kebenaran, dan mengkaji sendiri buku-buku tentang ajaran Islam. Akan tetapi, mengapa ketika saya menyampaikanya kepada orang lain, rasa-rasanya kata-kata ini selalu saja tidak cocok dengan yang ada di dalam kalbu? Dan yang Iebih menyedihkan lagi, mengapa kata-kata yang keluar dari lisan ini tampaknya seperti masuk ke telinga kanan keluar lagi dari telinga kiri? Sama sekali tidak menimbulkan kesan dan tidak pula berbekas di dalam pikiran maupun hati orang yang mendengarkannya."

Seandainya saja keluhan tersebut adalah yang juga kita pertanyakan selama ini, maka bisa jadi kata-kata berhikmah dari lman !bnu Atho'illah berikut ini sebagai jawabannya. “Cahaya (nuur) para ahli hikmah (ahli ma'rifat) itu," tulisnya dalam kitab Al-Hikam,

selalu mendahului perkataan mereka. Karenanya, manakala telah mendapat penerangan dari cahaya tersebut maka sampailah kalimat yang mereka ucapkan itu."

Kalimat Ibnu Atho'illah di atas kurang lebih dapat diartikan, bahwa orang-orang yang telah mengenal Allah dengan baik selalu sadar bahwa kebenaran itu milik Allah. Akibatnya, kalau mau mengucapkan sesuatu, selalu hatinya terlebih dahulu berlindung kepada. Allah dari tipu daya syetan dan memohon kepada-Nya agar lidahnya dapat menjadi jalan kebenaran.

Hal seperti inilah yang mungkin jarang dilakukan oleh kebanyakan orang. Biasanya kalau kita ingin menyampaikan sesuatu kepada orang orang lain, kita akan sangat sibuk merekayasa kata-kata yang akan diucapkan. Jarang kita lakukan ketika ingin berbicara, sibuk meminta pertolongan kepada Allah Azza wa JaIla. Padahal, yang mengetahui kebenaran hanyalah Allah. Benar menurut kita belum tentu benar menurut Allah.

Oleh karena itu, ketika kita menghadapi persoalan seperti disebutkan di atas, maka ada beberapa hal yang mesti kita pertanyakan kepada diri sendiri.

Pertama, ketika kita akan menyampaikan suatu kebenaran, pernahkah kita memohon pertolongan kepada Allah agar lisan ini dituntun dan dilindungi, sehingga mengandung hikmah? Kalau belum, maka mungkin inilah penyebab mengapa kata-kata yang kita ucapkan, kendati tak lepas dari dalil Al-Ouran dan Hadits, tetapi tidak pernah mengena dan menyentuh kalbu yang mendengarkannya.

Kedua, sebagaimana kata Ibnu Atho'illah sendiri, 'Tiap-tiap kalimat yang keluar pasti membawa corak bentuk hati (dari orang) yang mengeluarkannya." Teko hanya mengeluarkan isinya. Bila di dalamnya berisi air kopi, maka yang dikeluarkannya past air kopi. Sebaliknya, bila teko tersebut berisi air bening dan jernih, maka pastilah yang dikeluarkannya pun air yang bening dan jernih pula.

Mengapa kata-kata yang kita ucapkan kadang-kadang kurang meresap? Mungkin pertanyaan yang harus segera kita ajukan terhadap hati kita sendiri adalah: ikhlaskah kita menyampaikannya? Kalau hati ini sudah kurang keikhlasannya yang mendengarkan ikhlas, tetapi yang berbicara kurang ikhlas, maka hampir dapat dipastikan kata-kata kita tidak akan memiliki bobot.

Di antara faktor penyebab mengapa kafa-kata kita kurang bisa menyentuh kalbu adalah karena kata-kata yang menyentuh kalbu itu bukanlah hasil rekayasa pikiran dan bukan pula buah rekaan lisan, melainkan wujud dari penataan dan kejernihan hati. Semakin hati kita terus menerus diusahakan ikhlas, tulus, dan penuh kasih sayang, maka kata-kata pun niscaya akan semakin memilki kekuatan menembus hati orang yang mendengarkannya.

Sibuknya kita mengatur kata-kata, peribahasa, ataupun ungkapan-ungkapan yang indah-indah, tetapi kalau tidak bersumber dari hati yang jernih dan bening, maka hanya manis didengar telinga, namun sekali-kali tidak akan pernah menyetuh kalbu.

Jadi, mengapa kata-kata yang keluar dari mulut ini sudah begitu luber dan tumpah ruah berbusa-busa, tetapi orang toh belum bergeming juga? Jawabnya, mungkin karena kita terlalu sibuk mengatur pikiran dan lisan, tetapi tidak sibuk mengatur hati. Padahal, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Belum dinamakan lurus keimanan seseorang itu, sehingga lurus pula hatinya dan belum juga dinamakan lurus hatinya itu, sehingga luruslah lisannya ..." (H.R. Ibnu Abiddunya dan Kharaiti)

Oleh sebab itu, tidak usah heran orang orang yang bijak bestari dan mulia kalau berbicara, kata-katanya sedikit namun mempunyai kekuatan yang besar. Kunci kekuatan kata-kata mereka tiada lain adalah hati yang ikhlas. Karena, bila yang berbicara ikhlas dan yang mendengarkannya pun ikhlas, maka tak ubahnya laksana gelombang radio FM, suaranya akan lezat terasa di telinga dan lezat pula terasa di hati.

Syeikh Ahmad Yasin adalah seorang ulama kharismatik dan mujahid besar yang sangat berpengaruh di kalangan kaum Muslimin dan pejuang Palestina. Siapakah Ahmad Yasin? Ternyata beliau secara syariat hanyalah seorang tua yang sekujur tubuhnya lumpuh, kecuali bagian kepala, akibat sebuah kecelakaan yang dialaminya dalam sebuah latihan perkemahan ketika akfif dalam organisasi Ikhwanul Muslimin, yang didirikan oleh Imam Hasan Al-Banna di Mesir.

Akan tetapi, siapa pun akan merasa amat tajub dan terkagum-kagum bila mendengar bahwa beliau ternyata adalah tokoh penggerak lntifadah, sebuah gerakan perjuangan jihad melawan tentara Yahudi Israel. Tak hanya para orang tua, tetapi juga para remaja dan anak-anak turun ke jalan-jalan dengan senjata apa saja yang ada di tangan: ketapel, batu-batuan, ban bekas yang dibakar, dan lain sebagainya. Tanpa rasa takut dan bahkan dengan teriakan teriakan "Allaahu Akbar" mereka maju dan berlarian menyerang tentara, Yahudi yang notabene bersenjata lengkap.

Syeikh Ahmad Yasin juga adalah ulama pendiri Hamas (Harakah al Muqawanah a- Islamiyah, Gerakan Perlawanan Islam) yang beranggotakan para mujahidin militan Palestina. Gerakan ini merupakan kekuatan utama dan kelompok mujahid paling berpengaruh serta mengakar di daerah Teo Barat dan Jalur Gaza, yang merupakan wilayah pendudukan Israel.

Masya Allah! Secara syariat apalah artinya seorang Ahmad Yasin yang tubuhnya lumpuh total. Akan tetapi, kecerdasan otaknya, kekuatan imannya, ketajaman lisannya, dan yang terutama sekali keikhIasan hatinya demi menegakkan daulah Isiamiyah di bumi Palestina, telah mampu menggerakkan dan mengobarkan semangat dan kesadaran berpuluh ribu warga Muslim Palestina untuk berjihad di jalan Allah melawan kaum kuffar Yahudi.

Kuncinva, sekali lagi, ternyata hati yang ikhlas, sehingga lisan ini menjadi sangat bermutu dan mempunyai bobot yang amat mengesankan.

Karenanya, ketika seseorang datang kepada ulama ahli hikmah bernama Muhammad bin Wasi, lalu berkeluh kesah, "Mengapa hati orang-orang sekarang sepertinya tidak lagi mampu khusyuk dan air mata pun tak lagi bisa bercucuran manakala sedang berdoa, menyimak taushiyah, ataupun mendengarkan ayat-ayat AI-Quran dibacakan?", Muhammad bin Wasi tanpa ragu menjawab, "Kemungkinan yang dernikian itu bermula dari engkau sendiri sebab bila nasihatmu keluar dari hati yang ikhlas, niscaya akan masuk ke dalam hati orang yang mendengarkannya. Sebalikinya, nasihati yang hanya berupa gubahan lidah dan buah rekaan pikiran belaka, maka ia akan masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri."

Walhasil, siapa pun yang sangat merindukan dapat tersampaikannya kebenaran dari Allah dan dapat tersemainya nilai-nilai luhur ajaran Islam di daria setiap manusia, sehingga Islam benar-benar dapat dirasakan sebagai rahmatan lil 'alamin, maka tidak bisa tidak harus selalu merenungkan setiap kata-kata nasihati yang pernah atau akan terlontar dari lisannya, dengan satu pertanyaan saja, "Apakah hati saya sudah ikhlas menyampaikannya?" Karena, "Barangsiapa ber iman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata-kata yang baik atau diam!" (H.R. Bukhafi-Muslim)."


Menyikapi Ujian dengan Kesabaran


Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
Saudaraku, semoga Allah SWT yang menguasai tubuh kita memberikan karunia kesehatan lahir dan batin. Bersabar ketika diuji sakit dan bersyukur ketika dikarunia sehat. Karena adakalanya seseorang yang diuji sakit terhina karena ketidaksabarannya dan dikala sehat terhina karena ketidaksyukurannya.

Sabar adalah kegigihan kita untuk berada di jalan yang Allah sukai. Sabar ketika sedang diuji sakit, misalnya. Kesabaran seseorang akan tampak dari akhlaq dalam menyikapinya. Tidak jarang orang sakit bicaranya tidak karuan, penuh dengan keluh kesah, emosi. Sungguh sangatlah merugi bagi seseorang yang ketika diuji sakit disikapi dengan emosi. Tetap saja tidak akan menjadikannya sembuh. Lalu bagaimana sikap sabar kita dalam menghadapinya?

Ada beberapa sikap sabar yang bisa kita latih disaat kita diuji sakit. Pertama, sikap berprasangka baik kepada Allah. Diawali dengan menyadari sepenuhnya bahwa tubuh ini bukan milik kita melainkan milik Allah. Mau dijadikan sehat, sakit, itu hak Dia. Walaupun berobat ke dokter, tetap saja semuanya ada dalam genggaman-Nya. Dan kita patut menyadari bahwa setiap sakit yang kita derita pada hakekatnya sudah diukur Allah. Maka biasakanlah untuk mengucapkan, “Inna ilaihi raaji’uun.” Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah tempat kita kembali.

Sikap sadar tersebut akan berbuah keyakinan. Yakin bahwa Allah tidak akan menimpakan suatu penyakit pada kita bila tidak ada hikmahnya. Sehingga kita terpanggil untuk mengintospeksi diri. Mungkin saja sakit yang kita derita karena tidak terpenuhinya anggota tubuh kita akibat dari kelalaian. Seperti memforsir pikiran sehingga kepala menjadi pusing, mengabaikan hak perut sehingga perut menjadi sakit, tidak menyempatkan olahraga sehingga tubuh mudah lemah, dan kelalaian dalam memenuhi hak anggota tubuh lainnya.

Sikap sabar yang kedua yang harus dikuasai yaitu sikap menerima ketentuan Allah. Tidak berkeluh kesah. Keluh kesah adalah tanda-tanda dari ketidaksabaran. Biasanya orang sakit menderita itu bukan karena sakitnya melainkan karena dramatisasinya. Dan itu juga karena kurang bisa menerima ketentuan Allah dan terdorong keinginan untuk dikasihani sehingga orang-orang berempati kepadanya. Oleh karena itu, betapapun parahnya penyakit kita, cobalah untuk memproporsionalkannya.

Sikap ketiga, dengan merenungkan hikmah sakit. Selain sebagai sarana, mengintrospekasi diri juga sebagai pengugur dosa, seperti gugurnya daun dari pepohonan.

Saudaraku, sesungguhnya hidup sukses, mudah mendapatkan pertolongan Allah, dan kemampuan untuk dekat dengan-Nya, hanya dimiliki oleh orang-orang sabar. Untuk itu, jadikanlah sabar sebagai penolong kita seperti halnya shalat yang kita kerjakan.



Meraih Hidayah Allah

Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar

Pernah ada seseorang yang matanya ditutup, disuruh berjalan akhirnya menangis. Mengapa? Karena setiap langkahnya penuh dengan keraguan, ia merasa setiap langkahnya selalu beresiko, mungkin terpeleset atau tubuhnya membentur dinding.

Begitulah kira-kira, kalau kita tidak mendapatkan cahaya dalam hidup ini, lalu bagaimana kalau hati kita tidak mendapatkan cahaya kebenaran?

Orang yang tidak mendapatkan hidayah dari Allah, hidup ini terasa lelah, takut, tegang, was-was, cemas, gelisah dan bingung. Orang yang jauh dari agama, dari Alquran apapun yang diberikan Allah kepadanya pasti hanya akan membuat dirinya hina.

Harta, gelar, pangkat, jabatan atau penampilan yang diberikan Allah, kalau tidak diiringi dengan ketaatan kepada Allah pasti akan menyiksa. Hidupnya hiruk-pikuk, rebutan, sikut sana sini, tidak peduli aturan dan etika.

Tetapi kalau kita mendapat hidayah dari Allah, seperti berjalan diterang benderang. Mantap, tidak ada ketakutan pada mereka dan tidak pernah bersedih hati, dia tidak panik dengan dunia ini. Tapi dia aakan merasa galau kalau tidak mampu meyempurnakan apa yang bisa ia lakukan.

Memang, disamping tetap istiqamah dalam meraih hidayah Allah, kitapun harus tetap memanjatkan doa karena langkah awal untuk meraih hidayah ini adalah dengan terus mencari ilmu sekuat tenaga. Karena makin banyak ilmu, maka makin produktif dalam beramal dan makin bening hati kita. Semoga Allah menjaga kita dari dicabutnya nikmat yang mahal, yaitu hidayah.


Menghidupkan Qalbu


Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
Kalau ada satu keberuntungan bagi manusia dibandinglkan dengan hewan, maka itu adalah bahwa manusia memiliki kesempatan untuk ma'rifat (kesanggupan mengenal Allah). Kesanggupan ini dikaruniakan Allah karena manusia memiliki akal dan -yang terutama selkali-Qalbu. Inilah karunia Allah yang sangat besar bagi manusia.

Orang-orang yang yang hatinya benar-benar berfungsi akan berhasil mengenali dirinya dan pada akhirnya akan berhasil pula mengenali Tuhannya. Tidak ada kekayaan termahal dalam hidup ini, kecuali keberhasilan mengenal diri dan Tuhannya.

Karenanya, siapa pun yang tidak bersungguh-sungguh menghidupkan Qalbunya, dia akan jahil, akan bodoh, baik dalam mengenali dirinya sendiri, lebih-lebih lagi dalam mengenal Allah Azza wa Jalla, Dzat yang telah menyernpurnakan kejadiannya dan pula mengurus tubuhnya lebih daripada apa yang bisa dia lakukan terhadap dirinya sendiri.

Orang-orang yang sepanjang hidupnya tidak pernah marnpu mengenal dirinya dengan baik, tidak akan tahu harus bagaimana menyikapi hidup ini, apalagi merasakan indahnya hidup. Demikian pun, karena tidak mengenal Tuhannya, maka hampir dapat dipastilkan kalau yang dikenalnya hanyalah dunia ini saja, dan itu pun sebagian kecil belaka.

Akibatnya, semua kaIkulasi perbuatannya, tidak bisa tidak hanya diukur oleh asesoris keduniaan belaka. Dia menghargai orang sernata-mata karena orang tersebut tinggi pangkat jabatan, dan kedudukannya ataupun banyak hartanya. Demilkian pula dirinya sendiri merasa berharga di mata orang, itu karena ia merasa memiliki kelebihan duniawi dibandingkan dengan orang lain. Ada pun dalam perkara harta, gelar, pangkat, dan kedudukan itu sendiri, dia tidak akan memperdulikan dari mana datangnya dan ke mana perginya karena yang penting baginya adalah ada dan tiada.

Sebagian besar orang ternyata tidak mempunyai cukup waktu dan kesungguhan untuk bisa mengenali Qalbunya sendiri. Akibatnya, menjadi tidak sabar, apa yang harus dilakukan di dalam kehidupan dunia yang serba singkat ini. Sayang sekali, Qalbu itu -berbeda dengan dunia- tidak bisa dilihat dan diraba. Kendatipun demikian, kita hendaknya sadar bahwa hati inilah pusat segala kesejukan dan keindahan dalam hidup ini.

Seorang ibu yang tengah mengandung ternyata mampu menjalani hari-harinya dengan sabar, padahal jelas secara duniawi tidak menguntungkan apa pun. Yang ada malah berat melangkah, sakit, lelah, mual. Walaupun demikian, sernua itu toh tidak membuat sang ibu berbuat aniaya terhadap jabang bayi yang dikandungnya.

Datang saatnya melahirkan, apa yang bisa dirasakan seorang ibu, selain rasa sakit yang tak terperikan. Tubuh terluka, darah bersimbah, bahkan tak jarang berjuang di ujung maut. Ketika jabang bayi berhasil terlahir ke dunia, subhanallah, sang ibu malah tersenyurn penuh bahagia.

Sang bayi yang masih merah itu pun dimomong siang malam dengan sepenuh kasih sayang. Padahal, tangisnya di tengah malam buta membuat sang ibu terkurangkan jatah istirahatnya. Siang malam dengan sabar ia mengganti popok yang sebentar-sebentar basah dan sebentar-sebentar belepotan eek bayi. Cucian pun tambah menggunung karena tak jarang pakaian sang ibu harus sering diganti karena terkena pipis si jantung hati. Akan tetapi, masya Allah, semua beban 'derita' itu toh tidak membuat ia berlaku kasar atau mencampakkan sang bayi.

Ketika tiba saatnya si buah hati belajar berjalan, ibu pun dengan seksama membimbing dan menjaganya. Hatinya selalu cemas jangan-jangan si mungil yang tampak kian hari semakin lucu itu terjatuh atau terinjak duri. Saatnya si anak harus masuk sekolah, tak kurang-kurang menjadi beban orang tua. Demikian pula ketika memasuki dunia remaja, mulai tampak kenakalannya, mulai sering membuat kesal orang tua, sungguh menjadi beban batin yang tak ringan.

Pendek kata, ketika kecil menjadi beban, sudah besar pun tak kurang-kurang menyusahkan. Begitu panjangnya rentang waktu yang harus dijalani orang tua dalam menanggung segala beban, namun begitu sedikit balas jasa anak. Bahkan tak jarang sang anak malah berbuat durhaka, menelantarkan, dan mencampakkan kedua orang tuanya begitu saja manakala tiba saatnya mereka tua renta.

Mengapa orang tua bisa demikian tahan untuk terus-menerus berkorban bagi anak-anaknya? Karena, keduanya mempunyai Qalbu yang dari dalamnya terpancar kasih sayang yang tulus suci. Walaupun tidak ada imbalan langsung dari sang anak, namun Qalbu yang memiliki kasih sayang inilah yang membuatnya tahan terhadap segala kesulitan dan penderitaan. Bahkan sesuatu yang menyengsarakan pun terasa tidak menjadi beban.

Oleh karena itu, beruntunglah orang yang ditakdirkan memiliki kekayaan berupa harta yang banyak. Akan tetapi, yang harus selalu kita jaga dan rawat adalah kekayaan batin kita berupa Qalbu ini. Qalbu yang penuh cahaya kebenaran akan membuat pemiliknya merasakan indah dan lezatnya hidup ini karena selalu akan merasakan kedekatan dengan Allah Azza wa Jalla. Sebaliknya, waspadalah bila cahaya Qalbu menjadi redup karena tidak bisa tidak akan membuat pemiliknya selalu merasakan kesengsaraan lahir batin karena senantiasa merasa, terjauhkan dari rahmat dan pertolongan-Nya.

Allah Mahatahu segala lintasan hati. Dia menciptakan dunia beserta segala isinya ini dari unsur tanah dan itu berarti senyawa dengan tubuh kita karena sama-sama terbuat dari tanah. Karenanya, untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita tidaklah cukup dengan berdzikir, tetapi harus dipenuhi dengan aneka perangkat dan makanan, yang ternyata sumbernya dari tanah pula.

Bila perut terasa lapar, maka kita santap aneka makanan, yang sumbernya ternyata dari tanah. Bila tubuh kedinginan, kita pun mengenakan pakaian, yang bisa ditelusuri ternyata unsur-unsurnya bersumber dari tanah. Demikian pula bila suatu ketika tubuh kita menderita sakit, maka dicarilah obat-obatan, yang juga diolah dari komponen-komponen yang berasal dari tanah pula. Pendek kata, untuk segala keperluan tubuh kita mencarikan jawabannya dari tanah. Akan tetapi, kalbu ini ternyata fidak senyawa dengan unsur-unsur tanah, sehingga. ia hanya akan terpuaskan laparnya, dahaganya, sakitnya, serta kebersihannya semata-mata dengan mengingat Allah. Waa bi dzikrillaahi tathmaInnul quluub."[Q.S. Ar-Rad (13): 28]. Camkan, hatimu hanya akan tenteram jikalau engkau selalu ingat kepada Allah.

Kita akan mempunyai banyak kebutuhan untuk fisik kita, tetapi kita pun memiliki kebutuhan untuk kalbu kita. Karenanya, marilah kita mengarungi dunia ini sambil memenuhi kebutuhan fisik dengan unsur dunia, tetapi kalbu atau Qalbu kita tetap tertambat kepada Dzat Pemilik dunia. Dengan kata lain, tubuh kita sibuk dengan urusan dunia, tetapi hati kita harus sibuk dengan Allah yang memiliki dunia. Inilah sebenamya yang paling harus kita lakukan.

Sekali kita salah dalam mengelola hati -tubuh dan hati sama- sama sibuk dengan urusan dunia -kita. pun akan stress jadinya. Hari-hari pun akan senantiasa diliputi kecemasan. Kita akan takut ada yang menghalangi, takut tidak kebagian, takut telegal, dan seterusnya. Ini semua. diakibatkan sibuknya seluruh jasmani dan ruhani kita dengan urusan dunia semata.

Inilah sebenarnya yang sangat potensial membuat redupnya Qalbu kita. Kita sangat perlu meningkatkan kewaspadaan agar jangan sampai mengalami musibah semacam ini. Wallaahu a'lam.
Cetak Kirim Kepada Teman

Istiqamah


Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Mejaga sikap istiqamah dalam ketaatan kepada-Nya memang bukan hal yang mudah. bahkan merupakan hal yang amat sukar dan berat. Ibarat mendaki bukit yang terjal penuh bebatuan yang ujungnya tajam dan tak ada pilihan bagi kaki untuk diinjakan. Sekalipun dipaksa, akibatnya sudah jelas bebatuan itu dengan ganasnya melukai telapak kaki. Dan selanjutnya akan lebih menyengsarakan.

Oleh karena itu, siapapun yang mampu istiqamah dan konsisten dalam melakukaan apapun dari kiprah hidup kesehariannya, hampir dapat dipastikan aakan membuat orang-orang disekitarnya merasa suka dan bahkan segan kepadanya. Seseorang yang Istiqamah dalam memenuhi janji yang pernah diucapkannya, niscaya akan membuat orang menaruh kepercayaan yang tinggi terhadapnya. Seseorang yang Istiqamah mempertahankan prinsip hidupnya yang positif niscaya pula akan tampak ketinggian wibawanya.

Mengapa Allah SWT menyukai hamba-hambanya yang melakukan suatu amalan secara istiqamah kendati amalan itu amat ringan? Jawabnya karena sikap istiqamah itu mahal, tidak banyak orang yang mampu memilikinya. Belum lagi faktor keimanan yang kadang menguat dan kadang melemah. Karenanya Rasulullah pernah bersabda “Jaddiduu limaanakum” (perbaharuilaah iman kamu sekalian). Itu tiada lain karena manusia sering terlalu mudah tergelincir kesikap tidak kosisten dalam mengerjakan suatu amalan.

Maka barangsiapa yang hendak dekat dengan Allah, lakukanlah amalan secara istiqamah. Niscaya Allah Yang Maha Tahu akan melihat kesungguhan kita taat kepada-Nya. maukah kita istiqamah taat?

Cetak Kirim Kepada Teman




Singkat Saja Namamu

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Singkat saja Namamu

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

Hidup, tentunya penuh tantangan dan halangan. Kalau hidup tidak ada tantangan dan halangan, namanya bukan hidup dalam kehidupan. Kecuali nanti di Surga, Insya Allah semuanya serba mudah dan tanpa tantangan serta halangan.

Ketika kita dihadapkan tantangan dan halangan terus menerus, setiap harinya, kita sering menjadi kelelahan dan bahkan bisa menjadi frustasi menghadapinya. Oleh karena itu, banyak jalan untuk menyemangati kembali, agar mampu menghadapi kehidupan itu. Salah satunya adalah singkat saja nama kita dengan singkatan yang menyemangati.

Salah satu contoh sangat sederhana dan ini sangat menyemangati kehidupan saya ketika dihadapkan aneka tantangan dan halangan, kemudian merasa diri tak berdaya, maka untuk membangkitkannya, nama AMRI, saya singkat menjadi Anak Muda Republik Indonesia. Semoga dengan singkatan AMRI adalah Anak Muda Republik Indonesia, kami akan terus menerus berjiwa muda.

Begitu juga, ketika badan kurang sehat dan memerlukan olah raga, kadang-kadang malas juga berolah raga. Walaupun, saya sadar bahwa olah raga sangatlah penting, apalagi kalau usia sudah masuk kepala empat. Biasanya gejala asam urat, kolestrol dan beberapa penyakit pinginnya bersahabat dengan kita. Agar semangat berolahraga dan mengusir kemungkinan beberapa penyakit yang mau bersahabat, nama AMRI, saya singkat menjadi Ahli Mengayuh Republik Indonesia. Semoga dengan singkatan AMRI adalah Ahli Mengayuh Republik Indonesia, jiwa petualangan bersepeda agar sehat tetap berjalan dengan lancar. Bahkan minggu yang lalu, karena harus mengisi beberapa acara di Padang, sayapun menyempatkan diri membawa sepeda. Sehingga, disela-sela waktu kosong, bisa meluncur ke perbukitan Bungus, pantai Teluk Bayur, Malin Kundang dan tempat Siti Nurbaya yang terkenal dengan legendanya.

Sedangkan ketika teman-teman atau beberapa perusahaan swasta maupun instansi pemerintah mengajak untuk kerjasama konsultasi manajerial, terutama yang berkaitan dengan “Spiritual Smart Management”, yaitu manajemen stratejik berbasis spiritual, biasanya juga dihadapkan aneka tantangan dan halangan. Bahkan, banyak juga yang meragukan masukan-masukan, padahal hasil permintaannya sendiri, hanya karena saya masih terlalu muda bagi mereka. Sehingga, persis seperti sindiran iklan rokok tentang “Tidak boleh presentasi” sebelum menjadi tua atau berpakaian seperti tua dan senior he..he..he..... Agar kami tetap semangat menghadapi semua itu, nama AMRI, saya singkat menjadi Ahli Manajemen Republik Indonesia. Semoga dengan singkata AMRI adalah Ahli Manajemen Republik Indonesia, jiwa kami akan terus menerus siap membuka pikiran dan hati untuk menerima perubahan, agar bermanfaat bagi banyak orang.

Sahabat CyberMQ

Hidup ini, seperti hadist qudsi:”Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku”. Maka, membuat singkatan nama diri kita, yaitu singkatan-singkat yang penuh optimistis, semoga Allah swt mengabulkannya.

Berani hadapi tantangan membuat singakatan nama kita, semakin kompetitif !!! Bagaimana pendapat sahabat ???

Masrukhul Amri: Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. e-mail : amri{at}mq{dot} co{dot}id


Bekerja tanpa bekerja

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur
Bekerja tanpa bekerja Marilah kita dari hari ke hari menimati bekerja tanpa bekerja, yaitu kita tetap saja bekerja keras dalam menghadapi hidup dan menghidupi keluarga, namun jadilah penikmat bekerja tanpa harus bekerja.

Bagaimana caranya, bekerjalah dengan target yang sangat tinggi, namun bermain-mainlah dalam mencapai target tersebut. Bermain-main disini, bukan berarti bekerja tidak serius, namun menikmati pekerjaan dengan kegembiraan dengan penuh permainan.

Kalau temen-temen bekerja di kantor sebagai karyawan, maka mintalah izin agar bisa membawa foto keluarga, membawa boneka, atau apa saja yang bisa menyemangati kehidupan kerja dan kehidupan keluarga.

Bagi temen-temen yang bekerjanya di rumah, maka ciptakan suasana rumah penuh riang, jangan terjebak pada tempat bekerja pada ruangan tertentu. Kalau perlu, bawa laptop ke dapur, bisa sambil render data, juga menghidupan pengering mesin cuci, atau apa saja yang membuat kita semakin produktif walaupun selama duapuluh empat jam perhari tetap berada di rumah.

Bahkan, sering-seringlah menemui teman bisnis atau membangun jejaring bisnis, jangan terlalu formal, bisa di mall, bisa diperempatan jalan tertentu, bisa di toko buku atau tempat mana saja yang positif dan memungkinkan untuk membangun jejaring bisnis.

Kalau perlu, jangan terjebak meja-meja kerja, sebab itu akan menghalangi terobosan-terobosan pemikiran kita. Kalau pikiran kreatif kita terlalu banyak gangguan sekat-sekat tempat kerja misalnya meja kerja, tempat kerja, atau apa saja, nanti ide kreatif kita akan menjadi tersumbat.

Ingat, kita bukan kuda, yang kemana-mana memakai kacamata kuda, agar melihatnya lurus ke depan. Kita, adalah manusia kreatif, kanan kiri banyak peluang, maka jangan sampai peluang itu terlepas begitu saja, hanya gara-gara berkacamata kuda, yaitu tidak pernah melihat peluang alternatif.

Sahabat CyberMQ

Hidup memang harus bekerja keras yang cerdas, namun jadilah pekerja keras yang cerdas tanpa harus kehilangan kegembiraan hidup. Sebab, hidup ini indah, maka nikmati pekerjaan sebagai bagaian dari kehidupan yang indah.

Berani hadapi tantangan bekerja tanpa bekerja !!! Bagaimana pendapat sahabat ???

Masrukhul Amri: Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. e-mail : amri{at}mq{dot} co{dot}id

Irama semangat hidup

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

rama semangat hidup Setiap diri kita, hampir setiap hari dihadapkan permasalahan yang silih berganti. Semua permasalahan itu, ada yang terselesaikan dan ada juga yang tidak terselesaikan. Ketika sebuah masalah terselesaikan, yang sangat menarik adalah muncul masalah-masalah baru dan bahkan banyak yang lebih berat dibanding dengan permasalahan sebelumnya.

Ketika menghadapi semuan problema kehidupan itu, ada tiga tipe irama semangat hidup manusia.

Pertama, manusia tipe irama musik tak untung .... tak untung .... tak untung .......

Manusia tipe ini, berkecenderungan untuk berirama selalu “Merasa tidak beruntung”. Jadi apapun yang dihadapi, selalu tetap merasa tidak beruntung. Ketika masalah datang, merasa tidak beruntung. Masalah sudah terselesaikan, juga tetap merasa tidak beruntung, sebab keinginannya, hidup tidak ada masalah sama sekali.

Kedua, manusia tipe irama musik dang ... dang .... tung ... dang ...dang .....tung .....

Manusia tipe ini, berkecenderungan untuk berirama kadang-kadang “Merasa tidak beruntung” dan kadang-kadang “Merasa beruntung”. Jadi apapun yang dihadapi, kadang-kadang merasa beruntung, namun juga sering merasa tidak beruntung. Manusia tipe ini, merasa beruntung kalau mendapatkan banyak kemudahan dan akan merasa tidak beruntung kalau mendapatkan banyak kesulitan.

Ketiga, manusia tipe irama musik untung… untung …untung…untung….

Manusia tipe ini, berkecenderungan untuk berirama selalu “Merasa beruntung”. Jadi apapun yang dihadapi, tetap merasa beruntung. Manusia tipe ini, selalu merasa beruntung, apapun suasana kehidupan yang menghampiri dirinya. Kalau mengalami banyak kemudahan, dirinya merasa beruntung dengan irama musik bersyukur. Sedangkan, ketika mengalami kesulitan juga tetap merasa beruntung dengan irama musik bersabar.

Sahabat CyberMQ

Hidup ini, dari dulu juga tidak jauh berbeda, apapun perkembangan zamannya. Secara garis besar hanya dua, yaitu ada kemudahan dan juga ada kesulitan.

Permasalahannya adalah, irama kehidupan kita menduduki posisi yang mana? Kalau berirama tak untung ... tak untung .... akan berkecenderungan untuk tidak pernah merasa beruntung. Apabila berirama dang .. dang tung…dang … dang … tung … berkecenderungan sering sedih dan sering gembira. Sedangkan bagi manusia berirama untung .. untung … untung …. Sangat berkecenderungan untuk selalu merasa beruntung, sebab bisa mengambil pelajaran dari setiap kejadian dalam hidupnya.

Berani hadapi tantangan, menikmati irama musik kehidupan untung .. untung ... untung ... dalam diri kita!!! Atau lebih senang memilih kesengsaraan hidup, dengan irama musik tak … untung .. tak … untung…… Bagaimana pendapat sahabat???

Menjadi Gembira

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

Banyak cara untuk menjadi gembira dan rilek, setelah seharian bekerja keras mengelola bisnis atau mengelola pemerintahan. Namun, berkeinginan untuk menjadi gembira, ada yang betul-betul menjadi gembira karena caranya benar dan menggembirakan sekaligus menyehatkan. Namun banyak juga diantara kita yang ingin menjadi gembira dengan cara yang tidak benar dan tidak menyehatkan.

Salah satu contoh kasus ingin menjadi gembira dan tidak menyehatkan diri maupun masyarakat adalah menyimpan ineks, heroin, dan sahbu-sabu, seperti yang dilakukan oleh salah satu perwira polisi yang menjabat sebagai Kapolsek dan ini juga banyak dilakukan oleh para artis, pengusaha, dan juga para remaja.

Namun, ada juga beberapa kasus positif, yaitu ingin menjadi gembira dan menyehatkan diri maupun masyarakat dengan cara menyimpan sepeda di kantornya, sehingga bisa bike to work atau beberapa aktivitas menyehatkan lainnya.

Ketika teman saya yang bernama Bapak. Soni, salah satu mantan atlit sepeda dan sekarang agen sepeda terkenal di Bandung berkunjung ke Purwakarta, beliau sempat mampir ke Kapolres Purwakarta kalau tidak salah bernama AKBP Sofyan Syarif, ada satu hal yang sangat mengejutkan adalah ketika diterima di kantornya, disebelah meja kerja ada dua sepeda yang setia menemani. Beliau sangat senang bersepeda, dan selalu mengajak banyak anggotanya untuk bersepeda agar menjadi sehat.

Begitu juga kalau sahabat pernah ke Malang, disana juga ada Kapolres yang juga gemar bersepeda, bahkan ketika di Cikole bulan lalu diadakan lomba sepeda Down Hills, beliau juga mencoba mengikutinya sebagai peserta.

Kalau sahabat pernah main ke Jawa Timur dan main ke Kab. Tulung Agung, seorang Bupati yang juga punya hobi bersepeda dan bahkan sering mengumpulkan masyarakat Tulu Agung dan sekitarnya untuk mengikuti Gatering sepeda.

Sahabat CyberMQ

Jadi, banyak jalan untuk melepaskan rasa penat dalam hidup ini agar menjadi gembira, yaitu bisa dengan cara gembira yang tidak menyehatkan, bisa juga menjadi gembira dengan cara menyehatkan.

Maaf, sahabat tulisan ini tidak bisa diperpanjang, sebab saya harus segera mengepak sepeda untuk di bawa ke Padang nanti sore Kamis 3 Mei 2007, selama tiga hari kami padat acara, agar tidak penat dan tetap gembira, disela-sela kesibukan itu akan bersepeda keliling padang. Semoga menjadi sehat dan mendapat peluang bisnis baru.

Berani menghadapi tantangan untuk menjadi gembira dengan cara menyehatkan? Bagaimana pendapat sahabat?

ilmu adalah investasi tiada henti