ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Wednesday, September 26, 2007

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi

Menyambut Fajar Kemenangan
Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR

MAHASUCI Allah Yang Mahaagung. Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia-Nya sampailah kita di saat-saat terakhir bulan Ramadan tahun ini. Sesungguhnya dengan berakhirnya bulan Ramadan yang mulia ini, kita harus merasa sangat sedih karena siapa tahu kita tidak akan berjumpa lagi dengan Ramadan yang akan datang. Padahal, peluang kita untuk bisa mulia dengan menggunakan sarana bulan ini sungguh luar biasa besarnya.

Kita tidak pernah tahu, apakah di tahun depan kita masih bisa bertemu lagi dengan Ramadan atau tidak. Bukankah tidak sedikit saudara, sahabat, maupun kaum kerabat yang tahun lalu masih berjemaah salat Tarawih dengan kita, namun kini sudah tiada. Tidak sedikit handai tolan juga teman sepermainan yang tahun lalu masih khusyuk bertadarus bersama, mengumandangkan takbir bersama, atau salat Id berjemaah, kini telah dipanggil pulang oleh pemiliknya. Allah, Dzat Yang Maha Menguasai setiap gerak-gerik kita.

Oleh karena itu, di pengujung bulan Ramadan ini sudah saatnya kita membulatkan tekad untuk senantiasa menata hidup kita di bulan-bulan berikutnya selepas Ramadan dengan amalan yang lebih baik. Kita memohon kepada Allah agar setelah menjalani ibadah Ramadan ini kita kembali kepada fitrah (kesucian) sebagaimana sucinya bayi yang baru dilahirkan. Dan semoga kita pun tetap istikamah dalam menapaki jalan-Nya.

Sepatutnya, perjalanan ibadah di bulan Ramadan ini membuat kita sadar bahwa kehidupan di dunia hanyalah sekadar mampir. Dunia bukanlah tujuan kita. Sekaya apa pun rezeki yang kita makan akan menjadi kotoran, apa yang kita pakai akan menjadi usang, dan selebihnya adalah harta yang kita "akui" sebagai milik kita.

Orang yang betul-betul menikmati Ramadan melihat dunia ini menjadi kecil. Kita berkarya sekuat-kuatnya, kita melakukan yang terbaik di dunia ini, tetapi bukan untuk tujuan kita, ini adalah ladang amal kita. Dengan Ramadan, hati semestinya menjadi semakin akrab dengan Allah. Kalau hati kita makin akrab dengan Allah, makin ikhlas, hidup kita pun akan menjadi tenteram. Sesungguhnya dengan zikir kepada Allah akan menenteramkan hati kita. Kita akan menjadi orang yang sabar, tidak gentar, karena kita yakin bahwa semua masalah yang menimpa kita telah diukur oleh Allah. Dengan demikian kita akan menjadi pribadi ikhlas, tidak perlu kita mencari pujian manusia karena yang membagikan rezeki adalah Allah. Yang mengangkat derajat kita adalah Allah.

Pada akhir Ramadan, sebaik-baik malam adalah malam yang kita gunakan untuk bersyukur kepada Allah agar diberi kemampuan untuk berjumpa dengan Ramadan yang akan datang. Mari kita buka lembaran baru di bulan Syawal yang akan kita jelang. Kita buka dengan lembaran-lembaran putih, suci, dan bersih. Lembaran-lembaran hidup yang siap diisi dengan amaliah ibadah demi meraih rida-Nya.

Kita tutup Ramadan ini dengan memenuhi kewajiban kita untuk menyantuni fakir miskin. Tunaikanlah zakat dengan ikhlas, jangan berharap apa pun kecuali rida Allah. Sedekah sudah kita kumpulkan jauh sebelumnya, jangan sampai dikirim sesudah Lebaran. Nantinya mereka yang dikirimi tidak sempat menikmatinya. Kalau dibagi-bagikan saat Lebaran, yang ditakutkan akan menjadi pengaruh negatif, menjadi riya misalnya. Lebih baik, bungkus dengan rapi, dan kirimkan jauh sebelum Lebaran. Sehingga pada waktu Lebaran nanti mereka bisa berpakaian dengan baik.

Penuhi malam kemenangan ini dengan untaian gema takbir. Biarkan lisan kita basah menyebut-nyebut kebesaran-Nya, biarkan qalbu kita merasakan dahsyatnya keagungan Allah. Jangan kotori dengan hal-hal yang dapat merusak, atau pikiran yang bisa menimbulkan kemudaratan.

Usai salat Idulfitri nanti, bersegeralah menemui kedua orang tua kita. Bersimpuhlah kita, memohon maaf dan keridaan dari ibu dan ayah kita. Coba hitung! Betapa selama ini kita telah menyusahkan mereka, menyakiti mereka. Alangkah durhaka dan betapa tidak bersyukurnya kita jika sampai menyia-nyiakan mereka. Mohonlah rida pada orang tua karena rida Allah terletak pada rida kedua orang tua. Dan bila kedua orang tua kita telah tiada, doakan mereka. Mohonkan ampunan kepada Allah, semoga Allah memberi mereka nikmat kubur.

Jika kita merasa pernah menzalimi seseorang, sengaja ataupun tidak, temui orang itu dan mohon keikhlasannya untuk memaafkan kesalahan kita. Tekadkan pada diri kita untuk tidak akan lagi berbuat zalim, sekecil apa pun dan kepada siapa pun. Jangan sia-siakan upaya kita untuk menyucikan diri dengan mengotorinya lagi dengan dosa.

Semoga, kita keluar dari kepompong Ramadan ini sebagaimana layaknya ulat yang baru berubah menjadi kupu-kupu yang cantik dan indah. Semoga kita telah bermetamorfosis dari lumuran dosa menjadi pribadi yang fitri (suci) kembali. Semoga Allah menyingkapkan tabir di hati kita sehingga kegelapan di hati ini terganti dengan kebeningan qalbu yang bercahaya. Dan hari-hari kita yang tersisa menjadi hari-hari yang semakin akrab dengan kehangatan kasih-Nya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup dekat dengan Allah. Selamat menyongsong fajar 1 Syawal, semoga kita benar-benar dapat meraih derajat takwa. Taqobalallaahu minna wa minkum, shiyaamana wa shiyaamakum. Wallahu a'lam. "Sumber HU Pikiran Rakyat.11 Oktober 2007"
ilmu adalah investasi tiada henti