ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Monday, July 16, 2007

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Hikmah di Balik Musibah
Oleh ARY GINANJAR AGUSTIAN

AKHIR-AKHIR ini di tengah kegembiraan musim liburan sekolah, bencana kecelakaan terus melanda. Korbannya pun tidak hanya satu atau dua orang melainkan puluhan orang. Seperti jatuhnya bus pariwisata ke jurang di Cikundul Cianjur, meninggalnya pelajar akibat menghirup gas beracun, dan terakhir kecelakaan di Nagreg Kab. Bandung.

Situasi dilematis kerap dihadapi manusia. Jurang antara harapan dan kenyataan sering tak bisa dihindari. Manusia bersukacita hanya apabila yang terjadi sesuai dengan keinginan di dalam hati. Sebaliknya, hatinya menjadi marah dan berontak jika menerima ketentuan yang tidak diinginkan.

Kehidupan sesungguhnya menyimpan rahasia dan misteri ketetapan Ilahi yang kita tidak mampu memahaminya. Hal ini sebagaimana yang pernah dialami Ayahanda Azwar Anas. Menurut rencana, pada 10 November 1971 ia berangkat ke Padang. Namun, sesampainya di Bandara Kemayoran, Jakarta (Kini dipindah Ke Cengkareng), ternyata tempat duduknya di pesawat sudah diambil orang lain, padahal tiket sudah ada di tangan.

Rencana kepergiannya pun batal. Meskipun pada awalnya agak kecewa, ia pasrah. Selang beberapa waktu kemudian, Pak Azwar mendapat kabar pesawat yang seharusnya ditumpanginya itu ternyata jatuh di perairan Padang, Sumatra Barat.

Mungkin kita juga pernah mengalami peristiwa serupa. Kita merasa kecewa karena apa yang kita harapkan tidak terlaksana. Kita menyangka Allah tidak mengabulkan doa. Namun, setelah sekian lama, baru kita menyadari bahwa Allah mempunyai rencana yang lebih baik untuk kita.

Oleh karena itu, manusia harus senantiasa mensyukuri setiap ketentuan Allah SWT. Bukan saja karena pandangan manusia yang terbatas dalam menilai mana keputusan yang terbaik bagi dirinya, namun juga karena itu merupakan bukti tauhid atau kecintaan kepada Allah. Manusia diuji untuk senantiasa menerima apa pun kehendak Allah, suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

Teladan yang diberikan oleh peristiwa Idul Adha, di antaranya adalah bagaimana menerima setiap keputusan dari Allah Robbul Alamin, sepahit apa pun. Perayaan Idul Adha sesungguhnya menghidupkan kembali keteladanan insan-insan yang telah diuji oleh sebuah keputusan yang teramat berat untuk ditanggung oleh manusia di mana pun, sepanjang sejarah.

Tugas yang amat berat harus diterima oleh Nabi Ibrahim a.s. yang diperintahkan untuk menyembelih putranya sendiri, Ismail a.s., yang amat dicintainya. Siti Hajar, sang ibu yang telah berjuang keras menyelamatkan si buah hati dari keganasan gurun pasir, diuji keikhlasannya untuk melepas buah hatinya. Demikian juga Ismail dicoba dengan perintah untuk menyerahkan nyawanya.

Keputusan Allah sesungguhnya juga adalah ujian bagi manusia. Akankah kita menyerahkan diri, hidup dan mati kita untuk Allah, serta menerima setiap ketentuan-Nya? Orang yang senantiasa ikhlas menerima kepastian-Nya adalah manusia yang akan terbebas dari derita dunia. Merekalah yang akan merasakan kebahagiaan dunia dan akhirat selama-lamanya.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S. Al Baqarah, 216). Wallahu-a'lam. ***dikutip dari PR 16 Juli 2007/e-mail-AbuBa_8@yahoo.co.id

ilmu adalah investasi tiada henti