ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Saturday, June 23, 2007

Berhusnuzonlah..kepada Allah

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.



Saat kita merasa Allah terlalu ga peduli karena Allah belum juga menjawab doa kita, itu bukan berarti Allah tidak menyayangi kita.
Justru Allah sangat sayang kepada kita, Ia sangat senang melihat hambaNya yang terus merintih, menangis di hadapanNya dan ingin tetap melihat hambaNya seperti tiu. Bukan Ia tak sayang, tapi karena Ia tahu kita akan berhenti menangis jika doa kita dikabulkanNya. Dan Ia tak lagi melihat kita menangis, bahkan kemudian Ia terlupakan.
Mungkin juga karena ada yang menghalangi doa kita...dosa. Mungkin banyak sekali dosa yang kita perbuat, mungkin banyak hak Allah yang kita abaikan, bukankah tak ada dosa kecil jika berulang? Maka perbanyaklah beristighfar, bertaubat dan memohon ampunanNya. Semoga Ia mengampuni dan dan menghapus dosa kita. Beristighfarlah sebanyak-banyaknya, kapanpun dan dimanapun, karena kita tak thu kapan ampunan dan pertolongan Allah akan turun.

La tahzan dinukil dari tahajud call comunity

Dalam hidup kita ada Allah

Seorang ulama kontemporer dan guru besar al-Azhar Mesir, syekh Mutawalli al-Sya'rawi, beliau menulis dalam tafsirnya, tentang khawash (keindahan dan keistimewaan) lafazh Allah, menurut beliau "Allah selalu ada dalam diri manusia walaupun mengingkari wujud-Nya lewat ucapan dan tindakan perbuatan. Kata ni selalu menunjuk kepada-Nya itu.
Perhatikanlah lafazh Allah. Bila huruf pertamnya dihapus, maka ia akan terbaca "Lillaah"
Bila huruf berikutnya dihapus, akan terbaca "Lahu",yang berarti milik-Nya/untuk-Nya
Hapus lagi huruf berikutnya, akan terbaca "HU", yang berarti Dia
Jadi setiap orang yang mengeluh, selalu berkata "uh", "ih","ah",dsb, tersirat bahwa setipa orang sadar atau tidak,menyebut Allah, paling tidak keluhannya tertuju mengeluh pada-Nya.


khizr


Allah, Maha Melihat

Allah selalu melihat dan menyaksikan apa yang kita perbuat, karena Dia, Al-'Alim, al-Bashor
Seorang kiai ketika memberi ujian kepada santri-santrinya tentang aqidah, ia menyediakan 20 ekor merpati dan 20 ekor pisau yang tajam. Beliau memerintahkan pada 20 santrinya untuk menyembelih merpati tsb pada suatu tempat yang tidak ada seorangpun yang dapat melihatnya.
Setelah perintah tsb diberikan, pergilah mereka masing-masing ke tempat yang mereka anggap tidak ada yang dapat melihat dan menyaksikannya.
Kemudian, setelah masing-masing menyembelih merpati yang mereka dapatkan, hanya ada satu orang anak yang tidak menyembelih merpatinya.
Sang kiai bertanya, mengapa anak tersebut tidak menyembelih merpatinya, anak itu mengatakan, "Saya tidak menemukan satu tempatpun yang tidak dapat dilihat dan disaksikan oleh siapapun..."
Sang kiai kemudian bertanya lagi, "Mengapa tidak kau temukan, anakku?"
"Karena selalu ada yang melihat dan menyaksikan"
"Siapa?"
Anak itu menjawab dengan tulus, "Allah"

--Khizr--




Semua Hanya karena Allah

Oleh: Zainuddin Tolehah

Tak ada satupun di dunia ini yang terjadi san berjalan kecuali hanya karena Allah semata. Semua berjalan karena kehendaknya. Artinya, setiap manusia hanya bisa merencanakan segala sesuatunya dengan berbagai upaya, usaha, ikhtiar, dan sebagai makhluk kita wajib menyertainya dengan doa, sementara urusan hasil hanya kepunyaan Allah.
Dalam salah satu hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah pernah berwasiat kepada Ibnu Abbas, yang ketika itu usianya masih belasan : "Ya ghulam, aku ajarkan engkau beberapa kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu; Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya bersamamu; Jika engkau meminta, mintalah pada Allah; Jika engkau minta tolong, minta tolonglah pada Allah. Ketahuilah, jika umat manusia bersatu untuk memberi manfaat padamu, mereka pasti tidak dapat melakukannya kecuali suatu manfaat itu telah Allah tetapkan untukmu. Jika mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran lembaran telah kering.?

Indah sekali untaian kalimat kalimat itu. Betapa segala sesuatunya memang terjadi atas kehendak Allah. Tidak ada yang luput dari padanya.

Jadi, betapapun gelombang dan badai menerpa dan menghantam kita, jangan takut, Allah akan selalu bersama kita. Dan apapun yang terjadi, itu memang sudah garisan takdir yang harus kita terima. Yang penting dan harus selalu kita sadari, kita jangan melenceng dari ketentuan Allah. Harus selalu di jalan ketaatan kepada Allah.

Dalam konteks tersebut dapat kita simpulkan, bahwa sejak kecil anak-anak harus diberikan pelajaran dan pemahaman betapa kita harus selalu tergantung pada dan emngingat Allah dan hanya Dia pulalah yang akan memberi bantuan dan pertolongan. Betapa kalau kita selalu taat pada jalan Allah, la pun sebaliknya akan memberikan jalan kemudahan dan kebaikan kepada kita.

Proses itu harus selatu berjalan terus menerus, tanpa henti sampai maut memisahkan kita, bahwa semua itu merupakan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Selalu berusaha untuk memperbaiki di setiap kesempatan. Sebagai manusia, kita memang tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan. Tetapi itu semua merupakan proses untuk memperbaiki diri, sehingga kita selalu diingatkan untuk bisa berubah ke arah yang lebih baik.

Dalam salah satu hadits riwayat Tabrani disebutkan, ?Jadikanlah anak anakmu hanya takut kepada Allah,? demikian sabda Rasulullah. Itu semua melengkapi pernyataan di atas. Bahwa sejak awal, sejak anak anak, kita harus mengenalkan Allah kepada anak anak kita dan hanya kepada-Nya lah kita takut dan berserah diri. Tetapi hanya kepada Dia pulalah kita beriman dan bertaqwa, tidak kepada selain Dia. Hanya kepada Allah kepada Allah kita meminta dan memohon pertolongan. Sesungguhnya tidak ada yang memberi dan meminta pertolongan selain hanya kepada Allah.

IKHLAS
Apabila, semua yang kita lakukan hanya semata mata karena Allah, itu merupakan salah satu tanda ikhlas.

Jadi pengertian ikhlas itu adalah kita melepaskan semua beban apapun juga semata mata dan tiada lain karena hanya untuk Allah.

Kalau sudah demikian, maka langkahpun menjadi mudah, beban menjadi ringan, jalan menjadi mulus, karena kita meniadakan prasangka jelek, menghilangkan kecurigaan, dan selalu positif thinking.

Pada titik ini baik dalam hubungan kita dengan sesame manusia maupun kepada Allah, tidak ada kecurigaan atau syak wasangka. Berpikir kitapun menjadi jernih, cara pandang kitapun tidak hanya pada salah satu sudut, tetapi semua sudut yang memungkinkan harus kita lihat dan perhatikan.

Pada akhirnya, dalam menilai sesuatu kita tidak bisa langsung menyalahkan atau memvonis bahwa hal itu salah, tetapi kita juga harus melihat dari sudut pandang lain kenapa hal itu terjadi, ada satu konklusi dan hubungan sebab akibat antara satu dengan yang lainnya. Kalau kita sudah bisa berpikir dan menilai sesuatu dari segala sudut pandang secara utuh, maka tentunya Insya Al?lah keputusan yang akan kita ambil tidak akan menyakitkan tetapi sebaliknya akan memberikan kesejukan kepada semua pihak.

SUJUD
Kata kunci dari semua itu adalah hilangkan kesombongan, mari kita bersujud kepada Allah. Sujud adalah simbol ketundukan, ketaatan, dan kepasrahan kita kepada Allah SWT. Sujud adalah refleksi dan tanda hancur leburnya semua benih kesombongan yang ada dalam diri kita di hadapan Allah SWT.

Sujud adalah tanda bahwa kita benar-?benar merasakan kelemahan dan mengakui kekerdilan di hadapan kekuatan dan kebesaran Allah. Karena dalam sujud kita meletakkan kepala, di atas tanah yang selalu kita injak. Karena saat sujud, kita menempelkan hidung di atas bumi yang selama ini ada di bawah. Sebab itulah, hamba hamba Allah yang kafir, hamba hamba Allah yang takabbur dan sombong, menolak sujud.

Maka, sujud dan mintalah kepada Al?lah, apa saja kebaikan yang kita inginkan. Karena, ketika sujud, kita berada di titik terakhir yang paling dekat dengan Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasullullah, ?Posisi seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia dalam posisi sujud.? (HR. Muslim)

Untuk itu marilah kita selalu berseujud sebagai wujud penyerahan hanya kepada Allah. Wallahualam Bisawab.*** (Zen)


Resep Dokter Jiwa

Seorang Badui datang kepada seorang dokter,Orang Badui itu bertanya, “Apakah dokter punya resep obat untuk menyemuhkan penyakit dosa?”

Dokter menundukkan kepalanya sejenak sambil berpikir. Lalu ia menjawab, “dengarkan resep ini. Jika kamu kerjakan maka kamu akan mendapat penyembuhan dari ALLAH Subhanahu wa Ta'ala.”

Ambillah akar akar kemelaratanmu dan jiwa kesabaran. Lalu campurkan dengan bubuk pikiran, dan dicampur (kadarnya sama dengan rendah hati dan kekhusyu'an, kemudian ditumbuk semua dalam lumbung taubat dan dibasahi dengan air mata, lalu ditempatkan dalam tempat rendah diri kepada Allah dan dimasak dengan api tawakkal kepada Nya.

Setelah diaduk dengan sendok istighfar sehingga tampak taufik dan kehormatan diri. Kemudian, pindahkan ke mangkok cinta dan dinginkan dengan udara kasih sayang. Sesudah disaring dengan saringan kesusahan dan ditambah dengan hakikat iman serta campurkan dengan takut kepada Allah.

Teruskan minum obat itu selama hidupmu dan hatimu akan sembuh dari segala keluhan dan akan hilang rasa sakit dosa.

Artikel tersebut diambil dari hikmah dalam humor kisah dan pepatah , A. AZIZ SALIM BASYARAHIL


Si Fakir Yang Dermawan

Pada zaman dahulu, ada seorang lelaki yang beriman tinggal bersama dengan isteri dan anak-anaknya. Mereka tinggal dalam sebuah gubuk sederhana. Meskipun mereka jauh dari kilauan dan gemerlap materi, hati mereka dipenuhi dengan kasih sayang.

Pada suatu hari lelaki beriman itu berada dalam kesulitan, sampai-sampai isterinya berkata kepada lelaki itu, “Kini simpanan kita tinggal satu dirham saja.” Lelaki itu mengambil satu dirham tersebut dan pergi ke pasar. Dengan uang itu dia akan membeli sedikit makanan. Dalam keadaan bertawakal kepada Tuhan, dia tiba di pasar. Baru beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba terdenagar suara gaduh. Seseorang berkata dengan marah, “Engkau harus membayar utangmu. Jika tidak, aku tidak akan membiarkan engkau pergi.”

Lelaki yang berdiri di hadapan orang itu menundukkan kepalanya karena malu. Sang lelaki yang beriman itu mendekati kedua orang yang berselisih itu dan dengan suara yang lembut bertanya, “Baiklah, katakanlah apa yang menyebabkan kalian berselisih paham.”

Lelaki yang berhutang berkata, “Lelaki ini telah menjatuhkan harga diriku hanya karena uang satu dirham padahal saat ini aku tidak mampu untuk melunasi utang tersebut.”

Lelaki beriman itu berfikir sebentar dan kemudian, uang satu dirham yang dimilikinya itu diberikannya kepada si penghutang. Akhirnya, terjalinlah persahabatan antara orang itu tadi. Lelaki yang berutang itu mendoakan keselamatan buat lelaki yang beriman itu serta mengucapkan kesyukurannya.

Hati lelaki beriman itu dipenuhi rasa gembira karena berhasil menolong orang lain. Lalu diapun pulang ke rumahnya. Di pertengahan jalan dia terpikir, “Sekarang, bagaimana aku harus memberi jawaban kepada isteri ku? Jika dia memprotes, aku akan membiarkannya karena itu haknya.”

Sesampainya di rumah, dia menceritakan apa yang telah terajdi. Isterinya adalah juga seorang perempuan yang baik dan beriman. Dia tidak memprotes suaminya, malah berkata, “Engkau telah melakukan sesuatu yang baik hari ini dan engkau telah memelihara harga diri lelaki itu. Allah pasti akan memberi balasan kepadamu. Ambillah tali yang ada di rumah kita ini dan juallah di pasar. Mudah-mudahan, uang tersebut bisa engkau gunakan untuk membeli makanan.

Lelaki beriman itu merasa sungguh gembira dengan sikap isterinya tersebut. Dia kemudian mengambil tali itu dan membawanya ke pasar. Namun, betapapun dia berusaha keras untuk menjual tali itu, tidak ada seorang pun yang ingin membelinya. Dengan rasa putus asa, dia pulang ke rumahnya. Di pertengahan jalan pulang, dia bertemu dengan nelayan penjual ikan yang juga gagal menjual ikannya. Lelaki beriman itu menghampirinya dan berkata, “Tidak ada orang yang ingin membeli ikanmu dan tidak juga taliku. Bagaimana menurutmu bila kita berdua saling menukar barang ini?”

Si nelayan berpikir dan kemudian berkata, “Aku tidak mempunyai tempat untuk menyimpan ikan ini di rumah. Lebih baik engkau ambillah ikan ini dan sebagai gantinya aku akan menjadi pemilik talimu yang mungkin di satu hari nanti berguna buatku.”

Akhirnya, lelaki beriman itu membawa pulang ikan ke rumahnya. Isterinya dengan gembira segera memasak ikan tersebut. Ketika perut ikan dibelah, dengan penuh takjub dia menemukan sebuah mutiara yang berharga di dalamnya. Ya, suami istri mukmin dan baik hati itu memperoleh harta yang banyak.

Lelaki itu membawa mutiara ke toko emas untuk dijual dan mutiara itu terjual dengan harga seratus dirham. Lelaki itu dan isterinya bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan mereka kekayaan. Mereka pun tidak lupa untuk tetap berbuat baik dengan membagi-bagikan sebagian uang mereka kepada orang-orang miskin lainnya. Lelaki beriman itu berkata kepada isterinya: Tuhan telah mengaruniakan kepada kita nikmat, kesenangan dan kemewahan. Kini sebagai tanda kesyukuran atas nikmat ini marilah kita membagikan kekayaan yang ada kepada mereka yang memerlukan. Siapakah yang lebih layak dari sang nelayan yang telah bersusah payah menangkap ikan di laut itu?”

Lelaki beriman itu pergi ke pasar dan mencari si nelayan itu. Setelah berusaha keras, akhirnya dia bertemu dengan sang nelayan dan dia pun menceritakan pengalamannya. Dia berkata, “Aku ingin memberi sebagian dari uang ini kepadamu.” Meskipun miskin, nelayan itu adalah seorang lelaki yang baik hati. Dia berkata, “Wahai teman, apa yang engkau dapatkan di dalam perut ikan itu disebabkan karena kebaikanmu dan aku tidak bersedia mengambil apa-apa darimu.”

Lelaki beriman itu menjawab, ”Allah telah memberi ilham kepadamu sehinggakan dengan niat baik engkau telah menukar ikan milikmu dengan taliku agar aku dapat mengenyangkan perut isteri dan anak-anakku. Ketahuilah, apa yang ingin aku berikan kepadamu ini adalah hadiah bagi niat baikmu itu.Allah menginginkan agar engkaupun menikmati nikmat yang Dia berikan.”

Akhirnya, nelayan tersebut menerima uang itu dan mengucapkan syukur kepada Allah atas kebaikan dan karunia Allah. Dengan cara ini, Allah telah memberi kemuliaan kepada lelaki beriman dan isterinya itu lewat ujian-Nya. Dalam ketiadaan harta, mereka tetap bersabar dan dalam keadaan berkecukupan, mereka mengucapkan bersyukur kepada Allah dan membagi nikmat itu dengan orang la


r

Air Mata Kerinduan Uwais AlQarani Kepada Rasul saw

Di negeri Yaman, hiduplah seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarani yang berasal dari kabilah Qaran. Uwais Al-Qarani mempunyai jiwa yang bersih dan mulia. Dia seorang yang pintar dan selalu melakukan pencarian makna hidup. Meskipun saat itu dia masih belum mengenal ajaran Islam yang mulia, dia sangat menghormati nilai-nilai mulia kemanusiaan. Di antara sikap dan perilaku Uwais yang paling menonjol sekali ialah penghormatan yang besar terhadap ibunya. Dia bersikap amat lemah-lembut kepada ibunya yang sudah tua dan dia amat mengerti tanggung jawabnya sebagai anak. Dia dapat merasakan kesulitan seorang ibu dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Oleh karena itu, dia melayani ibunya seperti seorang pelayan yang taat dan patuh. Uwais sama sekali tidak melupakan jerih payah ibunya.

Suatu saat, Uwais Al-Qarani mendengar kabar bahwa ada seorang nabi yang berhijrah dari kota Mekah ke Madinah dan sebagian dari masyarakat mengikuti ajaran nabi tersebut. Uwais dengan perenungannya, sampai kepada kesimpulan bahwa Muhammad adalah seorang nabi yang benar-benar diutus oleh Tuhan karena perintah dan ajaran yang disampaikan beliau berlandaskan kepada akal dan sesuai dengan nilai-nilai tinggi insani. Uwais mempercayai kenabian Muhammad saaw dan dia ingin sekali bertemu dengan beliau. Dia ingin melakukan perjalanan ke Madinah dan melihat sendiri keindahan hati Muhammad dari dekat. Tetapi, kondisi ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan membuatnya mengurungkan niatnya itu. Berbulan-bulan lamanya Uwais memendam harapan dan impiannya tersebut. Sampai suatu hari, dia mengambil keputusan untuk menceritakan keinginannya itu kepada ibunya.

Uwais dengan sopan duduk di hadapan ibunya dan berkata, “Wahai ibu, aku tidak dapat menahan hati untuk bertemu dengan seorang lelaki yang telah diutus sebagai nabi. Engkau pun tahu bahwa anakmu ini tidak pernah berfikir tentang hal-hal selain dari kebaikan dan kebenaran. Jika ibu mengizinkan, aku ingin sekali pergi menemui Rasul Tuhan itu dari dekat.”



Ibu Uwais yang amat terkesan melihat kesungguhan dan gelora keinginan anaknya untuk bertemu dengan Nabi, berkata, “Wahai anakku, aku izinkan engkau untuk pergi ke Madinah, tetapi aku minta supaya setelah engkau bertemu dengan Nabi segeralah engkau pulang ke Yaman dan janganlah engkau berlama-lama di sana.”

Dengan penuh gembira, Uwais menerima permintaan ibunya itu dan dia pun melakukan perjalanan untuk pergi ke Madinah. Meskipun perjalanan begitu jauh dan menyulitkan, namun semangat dan keinginannya yang besar untuk bertemu Nabi menyebabkan dia merasa begitu gembira hingga tidak merasa lelah dalam perjalanan. Siang dan malam dia tempuh perjalanan tanpa menghiraukan kesulitan dan kelelahan yang menderanya.

Akhirnya, sampailah Uwais Al-Qarani ke kota Madinah. Dengan tidak sabar lagi, dia bertanya ke sana kemari untuk mencari Nabi Muhammad. Tetapi, berita yang didapatkannya amat mengecewakan. Orang-orang Madinah memberi tahu Uwais bahwa Nabi sedang keluar dari kota untuk beberapa hari. Begitu Uwais mendengar berita ini, dia mengeluh panjang dan terduduk di atas tanah. Segala kelelahan terasa menimpa seluruh tubuhnya. Sedemikian besar rasa kecewa yang menyelubunginya sehingga dia menangis sejadi-jadinya. Orang-orang membujuknya dengan mengatakan bahwa dia bisa tetap tinggal di Madinah dan menjadi tamu mereka sampai Rasulullah kembali dari perjalanannya. Tetapi Uwais berkata bahwa dia mempunyai seorang ibu tua yang sedang menanti kepulangannya.

Uwais mengambil keputusan untuk segera pulang ke Yaman meskipun dia belum berhasil menemui Nabi, demi melaksanakan janjinya kepada sang ibu. Dia berkata kepada para sahabat dan keluarga Nabi, “Aku terpaksa pulang ke Yaman. Aku minta pada kalian, jika Rasulullah pulang, sampaikanlah salamku kepadanya.”

Beberapa hari kemudian Rasulullah saw pulang ke Madinah. Ketika beliau mendengar kisah Uwais, beliau memujinya dan berkata, “Uwais telah pergi, namun cahayanya tetap tinggal di rumah kami. Angin sepoi dan aroma wewangian syurga bertiup ke arah Yaman. Wahai Uwais! Aku juga ingin sekali menemuimu. Sahabat ku, siapapun di antara kalian yang bertemu dengan Uwais, sampaikanlah salamku kepadanya.” Dalam sejarah dikatakan bahwa memang Uwais tidak pernah dapat bertemu dengan Rasulullah. Tetapi, karena pengorbanan yang telah dilakukannya buat ibunya, namanya tercatat abadi dalam sejarah.
















































ilmu adalah investasi tiada henti