ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Wednesday, March 28, 2007

Fenomena Friendster.Com & Testimonials

Fenomena Friendster.Com & Testimonials

�Kamu ikut Friendster?� atau �Kirim aku testimonial donk.� Seperti itulah kira-kira pertanyaan dan permintaan yang sering dilontarkan. Percaya atau tidak, karena sangat ngetrendnya Friendster hingga yang biasanya jarang menggunakan internet, bisa menjadi berinternet ria. Atau yang semula gaptek internet menjadi ingin belajar internet karena sangat ingin bergabung dengan situs ini, bahkan orang-orang yang belum ikut Friendster bisa dicap �tidak gaul'

Friendster bisa digunakan untuk memperluas jaringan dengan manusia di seluruh dunia dan menjalin hubungan yang hampir memudar dengan teman-teman kita. Sampai-sampai kita bisa bertemu kembali dengan teman-teman semasa di SD, SMP, SMU, dan seterusnya. Friendster tidak hanya digunakan oleh individu, tetapi bisa juga oleh lembaga.

Friendster.com tentu bukan situs haram karena substansinya ia hanyalah fasilitas, dan halal haram sangat tergantung bagaimana kita menggunakannya. Bila kita bergabung karena ingin menjalin silaturahim dengan teman-teman, tentu tidak masalah, justru berpahala. Namun bisa menjadi masalah bila ternyata digunakan untuk mencari cewek/cowok ganteng, bertemu kecengan semasa SMU, menonjolkan kelebihan identitas diri, pamer ketampanan/kecantikan di picture, dan lain-lain, nah ini nih yang harus diluruskan; niat dan caranya.

Banyak kalangan telah masuk ke situs ini, termasuk kalangan aktivis da'wah yang tak mau ketinggalan untuk memanfaatkannya sebagai ajang silaturahim dengan sesama aktivis maupun teman-teman da'wah fardiyah agar kian erat di dunia maya dan di dunia nyata. Perkembangan teknologi memang sudah seharusnya digunakan untuk memperluas basis da'wah.

Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan ketika bergabung dengan Friendster.com, yaitu pada testimonial atau kesaksian. Di sini biasanya seseorang memberi kesaksian tentang temannya. Dan berdasarkan pengamatan penulis, jarang sekali didapati isi testimonial itu berupa hal-hal yang buruk, umumnya adalah pujian-pujian yang bisa melenakan si penerima. Terlepas pujian itu jujur atau bohong, yang jelas PUJIAN sudah dilontarkan dan si penerima meng-approvenya.

Ketika seseorang menerima testimonial, tentu sebelumnya ia sudah mengetahui isinya. Lantas, layakkah pujian itu ditampilkan di depan khalayak? Apatah lagi bila sampai mengoleksinya! Mengoleksi pujian� Astaghfirullah, ya Rabbi�, sungguh bisa membuat hati kotor. Rasulullah saw bersabda, �Taburkanlah pasir ke wajah orang yang suka memuji-muji.� Mintalah fatwa pada hatimu, tentu engkau rasakan kegelisahan karena mengoleksi pujian. Cukuplah amal-amal itu tersiar di kalangan penduduk langit saja.

Itulah yang harus dilakukan dari sisi si penerima pujian. Sedangkan dari sisi si pemberi pujian, �Seorang memuji-muji kawannya di hadapan Rasulullah saw, lalu beliau berkata kepadanya, �Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya (diucapkan berulang-ulang).� (HR.Ahmad)

Mengapa dikatakan �memenggal leher'? Karena hakekatnya, pujian itu bisa melenakan si penerima. Bila tak kuat iman, pujian bisa membuatnya ujub (bangga diri), riya (ingin dipuji), sum'ah (ingin kebaikannya tersiar), sehingga hapuslah pahala-pahalanya dan membuatnya masuk neraka. Bayangkan, saudara kita yang semula telah sejengkal lagi memasuki surga menjadi terhempas ke neraka akibat ujub, riya, dan sum'ahnya muncul ke permukaan. Dan itu disebabkan pujian kita. Karena itu kasihanilah saudaramu, alangkah baiknya bila kita mengisi testimonial itu dengan tausiah (nasehat) kepadanya. Ini akan lebih menjaga saudara kita. Cukuplah pujian dan wujud kekaguman itu disimpan dalam hati kita masing-masing hingga akhir perjumpaan kita dengan-Nya, hingga kemenangan hakiki menuju surga tercapai.

Akhirnya, fenomena Friendster harus disikapi secara bijaksana dan diarahkan untuk mempererat silaturahim dengan saudara-saudara kita di seluruh penjuru dunia. Testimonials adalah bagian dari Friendster, namun bila ternyata testimonial dapat menjerumuskan saudara kita, adalah lebih baik dihindari. Jika engkau mencintai saudaramu-saudaramu karena Allah dan inginkan keselamatan akhirat mereka, please forward this article to them. Jazakumullah. (AW)


�Kamu ikut Friendster?� atau �Kirim aku testimonial donk.� Seperti itulah kira-kira pertanyaan dan permintaan yang sering dilontarkan. Percaya atau tidak, karena sangat ngetrendnya Friendster hingga yang biasanya jarang menggunakan internet, bisa menjadi berinternet ria. Atau yang semula gaptek internet menjadi ingin belajar internet karena sangat ingin bergabung dengan situs ini, bahkan orang-orang yang belum ikut Friendster bisa dicap �tidak gaul'

Friendster bisa digunakan untuk memperluas jaringan dengan manusia di seluruh dunia dan menjalin hubungan yang hampir memudar dengan teman-teman kita. Sampai-sampai kita bisa bertemu kembali dengan teman-teman semasa di SD, SMP, SMU, dan seterusnya. Friendster tidak hanya digunakan oleh individu, tetapi bisa juga oleh lembaga.

Friendster.com tentu bukan situs haram karena substansinya ia hanyalah fasilitas, dan halal haram sangat tergantung bagaimana kita menggunakannya. Bila kita bergabung karena ingin menjalin silaturahim dengan teman-teman, tentu tidak masalah, justru berpahala. Namun bisa menjadi masalah bila ternyata digunakan untuk mencari cewek/cowok ganteng, bertemu kecengan semasa SMU, menonjolkan kelebihan identitas diri, pamer ketampanan/kecantikan di picture, dan lain-lain, nah ini nih yang harus diluruskan; niat dan caranya.

Banyak kalangan telah masuk ke situs ini, termasuk kalangan aktivis da'wah yang tak mau ketinggalan untuk memanfaatkannya sebagai ajang silaturahim dengan sesama aktivis maupun teman-teman da'wah fardiyah agar kian erat di dunia maya dan di dunia nyata. Perkembangan teknologi memang sudah seharusnya digunakan untuk memperluas basis da'wah.

Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan ketika bergabung dengan Friendster.com, yaitu pada testimonial atau kesaksian. Di sini biasanya seseorang memberi kesaksian tentang temannya. Dan berdasarkan pengamatan penulis, jarang sekali didapati isi testimonial itu berupa hal-hal yang buruk, umumnya adalah pujian-pujian yang bisa melenakan si penerima. Terlepas pujian itu jujur atau bohong, yang jelas PUJIAN sudah dilontarkan dan si penerima meng-approvenya.

Ketika seseorang menerima testimonial, tentu sebelumnya ia sudah mengetahui isinya. Lantas, layakkah pujian itu ditampilkan di depan khalayak? Apatah lagi bila sampai mengoleksinya! Mengoleksi pujian� Astaghfirullah, ya Rabbi�, sungguh bisa membuat hati kotor. Rasulullah saw bersabda, �Taburkanlah pasir ke wajah orang yang suka memuji-muji.� Mintalah fatwa pada hatimu, tentu engkau rasakan kegelisahan karena mengoleksi pujian. Cukuplah amal-amal itu tersiar di kalangan penduduk langit saja.

Itulah yang harus dilakukan dari sisi si penerima pujian. Sedangkan dari sisi si pemberi pujian, �Seorang memuji-muji kawannya di hadapan Rasulullah saw, lalu beliau berkata kepadanya, �Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya (diucapkan berulang-ulang).� (HR.Ahmad)

Mengapa dikatakan �memenggal leher'? Karena hakekatnya, pujian itu bisa melenakan si penerima. Bila tak kuat iman, pujian bisa membuatnya ujub (bangga diri), riya (ingin dipuji), sum'ah (ingin kebaikannya tersiar), sehingga hapuslah pahala-pahalanya dan membuatnya masuk neraka. Bayangkan, saudara kita yang semula telah sejengkal lagi memasuki surga menjadi terhempas ke neraka akibat ujub, riya, dan sum'ahnya muncul ke permukaan. Dan itu disebabkan pujian kita. Karena itu kasihanilah saudaramu, alangkah baiknya bila kita mengisi testimonial itu dengan tausiah (nasehat) kepadanya. Ini akan lebih menjaga saudara kita. Cukuplah pujian dan wujud kekaguman itu disimpan dalam hati kita masing-masing hingga akhir perjumpaan kita dengan-Nya, hingga kemenangan hakiki menuju surga tercapai.

Akhirnya, fenomena Friendster harus disikapi secara bijaksana dan diarahkan untuk mempererat silaturahim dengan saudara-saudara kita di seluruh penjuru dunia. Testimonials adalah bagian dari Friendster, namun bila ternyata testimonial dapat menjerumuskan saudara kita, adalah lebih baik dihindari. Jika engkau mencintai saudaramu-saudaramu karena Allah dan inginkan keselamatan akhirat mereka, please forward this article to them. Jazakumullah. (AW)

Do'a Untuk Orang Tua

Do'a Untuk Orang Tua

Ya Allah, rendahkanlah suaraku bagi mereka,
Perindahlah ucapanku di depan mereka.
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkanlah hatiku untuk mereka.

Ya Allah, berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya
atas didikan mereka padaku dan Pahala yang besar
atas kesayangan yang Mereka limpahkan padaku,
Peliharalah mereka Sebagaimana mereka memeliharaku.

Ya Allah, apa saja gangguan yang telah mereka rasakan,
atau kesusahan yang mereka derita karena aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku,
jadikanlah itu semua penyebab rontoknya dosa-dosa mereka,
meningginya kedudukan mereka dan bertambahnya pahala kebaikan mereka
dengan perkenan-Mu, ya Allah
sebab hanya Engkaulah yang berhak membalas kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.

Ya Allah, bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diriku,
maka izinkahlah aku memberi syafa'at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta rahmat-Mu.

Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki Karunia Maha Agung,
serta anugerah yang tak berakhir
dan Engkaulah yang Maha Pengasih Di antara semua pengasih


Ya Allah, rendahkanlah suaraku bagi mereka,
Perindahlah ucapanku di depan mereka.
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkanlah hatiku untuk mereka.

Ya Allah, berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya
atas didikan mereka padaku dan Pahala yang besar
atas kesayangan yang Mereka limpahkan padaku,
Peliharalah mereka Sebagaimana mereka memeliharaku.

Ya Allah, apa saja gangguan yang telah mereka rasakan,
atau kesusahan yang mereka derita karena aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku,
jadikanlah itu semua penyebab rontoknya dosa-dosa mereka,
meningginya kedudukan mereka dan bertambahnya pahala kebaikan mereka
dengan perkenan-Mu, ya Allah
sebab hanya Engkaulah yang berhak membalas kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.

Ya Allah, bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diriku,
maka izinkahlah aku memberi syafa'at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta rahmat-Mu.

Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki Karunia Maha Agung,
serta anugerah yang tak berakhir
dan Engkaulah yang Maha Pengasih Di antara semua pengasih

Kisah Nenek Pemungut Daun

Kisah Nenek Pemungut Daun

Ini ada kisah menarik dari sebuah buku yang saya baca. Semoga menjadikan kita semakin mencintai Nabi Muhammad, Rosululloh saw. Alloh huma sholi ala Muhammad wa ala ali Muhammad.

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah isapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."

Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya� merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?

_____________
Diketik ulang dari buku "Rindu Rosul", karangan Jalaluddin Rakhmat, penerbit Rosda Bandung,� hal 31-33. cetakan pertama September 2001.


Ini ada kisah menarik dari sebuah buku yang saya baca. Semoga menjadikan kita semakin mencintai Nabi Muhammad, Rosululloh saw. Alloh huma sholi ala Muhammad wa ala ali Muhammad.

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah isapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."

Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya� merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?

_____________
Diketik ulang dari buku "Rindu Rosul", karangan Jalaluddin Rakhmat, penerbit Rosda Bandung,� hal 31-33. cetakan pertama September 2001.

Mampukah aku ya Rabb



Mampukah aku ya Rabb

Pagi ini, kembali aku terpekur dengan kesepianku
Kesepian? Barangkali aneh, karena aku memiliki seorang anak yang lucu, suami yang baik, adik-adik yang baik, seorang Ibu yang mencintaiku, tapi masih juga aku merasa kesepian.

Ah, barangkali aku terlalu rakus menikmati dunia ini
Hingga jarang ucap syukur keluar dari mulutku
Yang ada hanya keluh dan kesah tanpa melihat betapa kenikmatan itu telah banyak aku rengkuh

Ya Allah, izinkan aku memohon kepada-Mu ya Rabb
Ampunkan aku ya Kudus, setiap detikku selalu ada perbuatan makisat yang entah kusengaja atau tidak

Pagi bangun tidur aku melakukan aktivitas rutin. Bangun pagi (walau kadang-kadang malas), ngeloyor ke dapur dengan setengah sadar, kuambil cerek (tempat rebus air minum) dan kutuang air, kuputar tombol kompor gas, kusiapkan tiga cangkir bersih yang kutaruh teh celup di dalamnya.

Sambil menunggu air mendidih aku mandi dan selesai mandi kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaan pertamamku, menuang air ke cangkir dilanjutkan menuang air untuk mandi suamiku tercinta. Mengambil handuk adalah tugas berikutnya yang aku lakukan dan membangunkan sang raja (saya suka memakai istilah ini karena saya begitu mencitai suami) dari peraduannya untuk segera membasuh sekujur tubuhnya, sementara suami ke kamar mandi, aku menyempatkan diri untuk menghadap Illahi, Rabb, Tuhan yang memiliki hidupku. Tidak lama, hanya sekitar 3 sampai 5 menit.

Ya, Allah..
Ampunkan hamba ya Rabbi, yang hanya menyisihkan sedikit waktuku untuk-Mu
Dari sejak mata ini terbuka saat bangun pagi
Sampai mata ini harus terpejam lagi untuk mengambil jatah istirahatku
Rasanya lebih banyak maksiat yang kulakukan dari pada mengingat Engkau ya Allah

Sambil bersiap berangkat kerja, televisi pun sudah mulai ditonton, apa yang ditonton? Lebih banyak hiburan-hiburan yang menonjolkan aurat, lebih banyak pandangan-pandangan indah yang mengarah ke jalan kemaksiatan, suguhan sarapan pagiku bukan suguhan yang menambah Iman dan Islam, tetapi jauh mengarah untuk meninggalkan akidah. Sungguh pintar para pelaku bisnis di bidang pertelevisian, mereka menjeratku dan keluarga bahkan keluarga-keluarga yang lain dengan santapan yang tidak disadari akan menjauhkan kita dari akidah, hal-hal yang menuntun kita untuk mengikuti kehendak setan.
Lagi-lagi dada yang terbuka, kepala perempuan gundul plontos, paha-paha yang sengaja dipamerkan, pantat yang sengaja ditonjolkan, Astagfirullah..

Ya Allah ampunkan mata ini yang dengan sengaja menikmati hal-hal yang bukan hak kami, mohon ampun ya Rabbi.
Ya Allah, gerakkan hati kami untuk mencari tontonan yang mengajarkan kebaikan kepada kami, yang meneguhkan hati dan iman kami, gerakkan hati kami ya Allah, ampuni mata kami yang dengan liar menikmati tontonan maksiat itu ya Rabbi

Tidak sadar, jam didinding telah menunjukkan pukul 06.00, saat dimana aku dan suamiku harus segera beranjak dari nikmatinya tontonan maksiat itu dan segera pergi ke tempat kerja, untuk menyambung hidup keluarga dan anakku tercinta. Setelah sebentar menggendong si buah hati dan menciumnya secara bergantian, aku dan suamikupun beranjak pergi, dengan mengucapkan Assalamu'alaikum dan da..da..buat si kecil.

Setelah beberapa meter dari rumah, Astagfiruulah.. Ya allah, aku lupa menyebut nama-Mu untuk mengawali hariku pun tidak terucapkan doa saat aku harus pergi! Ampunkan kealpaanku ya Rabbi, ampun keteledoranku ya Kudus, ampuni kami yang sombong dan terlalu mengejar dunia.

Setelah ingat aku baca doa sambil jalan bergegas, ya Allah.aku lupa lagi, tidak meniatkan kepergianku untuk beribadah kepada-Mu ya Allah. Hanya rutinitas, rutinitas dan rutinitas, lupa lagi lupa lagi, selalu dan selalu, ampunkan kami ya Allah, janganlah Engkau bosan menegur kami ya Kudus, ya Rahman ya Rahim..

Kuniatkan aku bekerja untuk mencari nafkah terlebih untuk beribadah kepada Allah sekedar membantu suami untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bukan mencari karir atau popularitas diri. Setelah sampai di kantor, aku langsung menarik kursiku, kududuki dan ya Allah. aku lupa lagi!!!

Ya Allah.aku tidak mengucapkan syukur Alhamdulillah sementara
Engkau telah mengantarku sampai dikantor dengan selamat, ampun lagi ya Rabb. Walau terlambat kusebut juga nama-Mu ya Allah, terlambat.dan selalu terlambat.

Rutinitas kerja membuat aku harus konsentrasi sampai sering melupakan-Mu ya Rabb. Bahkan dalam bekerja sering emosi meletup-letup hanya masalah sepele saja, tak pernah terpikir olehku secara sadar bahwa kerjaku sesungguhnya hanya pantas untuk mengharapkan keridhoan-Mu. Kadang, selain urusan kantor juga urusan rumah tangga yang sebenarnya tidak perlu aku sikapi dengan emosi tinggi, tapi karena kebodohanku secara tidak sadar aku sering menyelesaikan masalah rumah tanggaku dengan emosi dan amarah.

Bahkan sering menyakiti hati suamiku yang seharusnya aku patuhi setelah aku mematuhi-Mu ya Allah. maafkan aku suamiku, pembimbing hidup, ampunkan aku ya Rabb, selalu dan selalu tidak pernah menyadari bahwa hidupku hanya pantas mengharapkan ridho'-Mu karena segalanya adalah milik-Mu.

Tiba-tiba bunyi bel tanda istirahat siang sudah dimulai, tepat jam 12.00 security selalu mengingatkan kami, tapi...kenapa tak dengar suara adzan ya???
Ya Allah.aku lupa lagi, bukan bergegas menuju mushola untuk sejenak mengingat-Mu, tapi malah asyik masyuk dengan game di komputerku.
Bentar lagi ah.bisik hatiku.lagi seru nih..walau perut keroncongan tetap saja nekat main game. Tak sadar bel sudah bunyi lagi, belum sholat?? Belum makan? Sebentar lagi bos datang ngajak meeting? Ya Allah mana dulu nih????? Daripada sholat dulu tapi perut lapar, sholat gak kusyuk, makan dulu ah.pikirku begitu.

Selesai makan.aduh kenyang banget..ya Allah.aku lupa lagi tidak menyebut asma-Mu saat suap demi suap mulai masuk ke dalam mulutku, bahkan sampai akhir pun lupa tidak kuucap Alhamdulillah.ampun aku ya Allah.aku lupa lagi. Bergegas, akhirnya aku sholat juga, walau hanya sebentar dan tidak kusyuk karena sudah terbayang sederet problem yang akan dibahas di dalam forum meeting.

Masuk ruang meeting, ternyata sampai habis sholat ashar baru selesai, sholatku telat lagi ya Allah..sebentar lagi jam setengah enam, menjelang maghrib. Ah.aku harus bergegas pulang karena buah hatiku sudah menanti, pun tidak ingin dianggap tidak memperhatikan suami dan anak karena terlalu sering pulang telat.

Nekat kukejar bis yang melaju agak perlahan dan ups.lompat aku bisa juga nyangkut dipinggir pintu bis penuh sesak, berdiri...tak apalah yang penting cepet sampai rumah walau keringat bercucuran.

Ya Allah.maghribku hilang...di atas jalan tol di bis yang penuh sesak, ah siapa tahu masih dapat waktu walau hanya 5 menit menjelang isya'. Tapi.ternyata sudah lewat isya' baru sampai rumah, permataku sudah tidur, bahkan pada saat aku coba mengganggu suamiku suka menegurku agar tidak diganggu, kasihan katanya. Apa boleh buat, aku urungkan niatku sesuai nasehat suamiku, walau hati ini teriris..aku sangat merindukan buah hatiku...

Aku mandi, makan malam sama suami (itu kalau suamiku sabar menungguku), sebentar nonton TV kalau gak terlalu capek, masuk kamar langsung tidur. Ya Allah.aku sering lupa sholat isya...tidur sampai pagi, sampai aku harus mengulangi lagi aktivitasku. Sedikit waktuku untuk berbagi dengan permataku, sedikit waktuku berbagi dengan suami tercintaku bahkan lebih sedikit lagi waktuku untuk mengingat -Mu ya Allah..ampunkan aku.ampunkan aku.ampunkan aku ya Allah....


Pagi ini, kembali aku terpekur dengan kesepianku
Kesepian? Barangkali aneh, karena aku memiliki seorang anak yang lucu, suami yang baik, adik-adik yang baik, seorang Ibu yang mencintaiku, tapi masih juga aku merasa kesepian.

Ah, barangkali aku terlalu rakus menikmati dunia ini
Hingga jarang ucap syukur keluar dari mulutku
Yang ada hanya keluh dan kesah tanpa melihat betapa kenikmatan itu telah banyak aku rengkuh

Ya Allah, izinkan aku memohon kepada-Mu ya Rabb
Ampunkan aku ya Kudus, setiap detikku selalu ada perbuatan makisat yang entah kusengaja atau tidak

Pagi bangun tidur aku melakukan aktivitas rutin. Bangun pagi (walau kadang-kadang malas), ngeloyor ke dapur dengan setengah sadar, kuambil cerek (tempat rebus air minum) dan kutuang air, kuputar tombol kompor gas, kusiapkan tiga cangkir bersih yang kutaruh teh celup di dalamnya.

Sambil menunggu air mendidih aku mandi dan selesai mandi kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaan pertamamku, menuang air ke cangkir dilanjutkan menuang air untuk mandi suamiku tercinta. Mengambil handuk adalah tugas berikutnya yang aku lakukan dan membangunkan sang raja (saya suka memakai istilah ini karena saya begitu mencitai suami) dari peraduannya untuk segera membasuh sekujur tubuhnya, sementara suami ke kamar mandi, aku menyempatkan diri untuk menghadap Illahi, Rabb, Tuhan yang memiliki hidupku. Tidak lama, hanya sekitar 3 sampai 5 menit.

Ya, Allah..
Ampunkan hamba ya Rabbi, yang hanya menyisihkan sedikit waktuku untuk-Mu
Dari sejak mata ini terbuka saat bangun pagi
Sampai mata ini harus terpejam lagi untuk mengambil jatah istirahatku
Rasanya lebih banyak maksiat yang kulakukan dari pada mengingat Engkau ya Allah

Sambil bersiap berangkat kerja, televisi pun sudah mulai ditonton, apa yang ditonton? Lebih banyak hiburan-hiburan yang menonjolkan aurat, lebih banyak pandangan-pandangan indah yang mengarah ke jalan kemaksiatan, suguhan sarapan pagiku bukan suguhan yang menambah Iman dan Islam, tetapi jauh mengarah untuk meninggalkan akidah. Sungguh pintar para pelaku bisnis di bidang pertelevisian, mereka menjeratku dan keluarga bahkan keluarga-keluarga yang lain dengan santapan yang tidak disadari akan menjauhkan kita dari akidah, hal-hal yang menuntun kita untuk mengikuti kehendak setan.
Lagi-lagi dada yang terbuka, kepala perempuan gundul plontos, paha-paha yang sengaja dipamerkan, pantat yang sengaja ditonjolkan, Astagfirullah..

Ya Allah ampunkan mata ini yang dengan sengaja menikmati hal-hal yang bukan hak kami, mohon ampun ya Rabbi.
Ya Allah, gerakkan hati kami untuk mencari tontonan yang mengajarkan kebaikan kepada kami, yang meneguhkan hati dan iman kami, gerakkan hati kami ya Allah, ampuni mata kami yang dengan liar menikmati tontonan maksiat itu ya Rabbi

Tidak sadar, jam didinding telah menunjukkan pukul 06.00, saat dimana aku dan suamiku harus segera beranjak dari nikmatinya tontonan maksiat itu dan segera pergi ke tempat kerja, untuk menyambung hidup keluarga dan anakku tercinta. Setelah sebentar menggendong si buah hati dan menciumnya secara bergantian, aku dan suamikupun beranjak pergi, dengan mengucapkan Assalamu'alaikum dan da..da..buat si kecil.

Setelah beberapa meter dari rumah, Astagfiruulah.. Ya allah, aku lupa menyebut nama-Mu untuk mengawali hariku pun tidak terucapkan doa saat aku harus pergi! Ampunkan kealpaanku ya Rabbi, ampun keteledoranku ya Kudus, ampuni kami yang sombong dan terlalu mengejar dunia.

Setelah ingat aku baca doa sambil jalan bergegas, ya Allah.aku lupa lagi, tidak meniatkan kepergianku untuk beribadah kepada-Mu ya Allah. Hanya rutinitas, rutinitas dan rutinitas, lupa lagi lupa lagi, selalu dan selalu, ampunkan kami ya Allah, janganlah Engkau bosan menegur kami ya Kudus, ya Rahman ya Rahim..

Kuniatkan aku bekerja untuk mencari nafkah terlebih untuk beribadah kepada Allah sekedar membantu suami untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bukan mencari karir atau popularitas diri. Setelah sampai di kantor, aku langsung menarik kursiku, kududuki dan ya Allah. aku lupa lagi!!!

Ya Allah.aku tidak mengucapkan syukur Alhamdulillah sementara
Engkau telah mengantarku sampai dikantor dengan selamat, ampun lagi ya Rabb. Walau terlambat kusebut juga nama-Mu ya Allah, terlambat.dan selalu terlambat.

Rutinitas kerja membuat aku harus konsentrasi sampai sering melupakan-Mu ya Rabb. Bahkan dalam bekerja sering emosi meletup-letup hanya masalah sepele saja, tak pernah terpikir olehku secara sadar bahwa kerjaku sesungguhnya hanya pantas untuk mengharapkan keridhoan-Mu. Kadang, selain urusan kantor juga urusan rumah tangga yang sebenarnya tidak perlu aku sikapi dengan emosi tinggi, tapi karena kebodohanku secara tidak sadar aku sering menyelesaikan masalah rumah tanggaku dengan emosi dan amarah.

Bahkan sering menyakiti hati suamiku yang seharusnya aku patuhi setelah aku mematuhi-Mu ya Allah. maafkan aku suamiku, pembimbing hidup, ampunkan aku ya Rabb, selalu dan selalu tidak pernah menyadari bahwa hidupku hanya pantas mengharapkan ridho'-Mu karena segalanya adalah milik-Mu.

Tiba-tiba bunyi bel tanda istirahat siang sudah dimulai, tepat jam 12.00 security selalu mengingatkan kami, tapi...kenapa tak dengar suara adzan ya???
Ya Allah.aku lupa lagi, bukan bergegas menuju mushola untuk sejenak mengingat-Mu, tapi malah asyik masyuk dengan game di komputerku.
Bentar lagi ah.bisik hatiku.lagi seru nih..walau perut keroncongan tetap saja nekat main game. Tak sadar bel sudah bunyi lagi, belum sholat?? Belum makan? Sebentar lagi bos datang ngajak meeting? Ya Allah mana dulu nih????? Daripada sholat dulu tapi perut lapar, sholat gak kusyuk, makan dulu ah.pikirku begitu.

Selesai makan.aduh kenyang banget..ya Allah.aku lupa lagi tidak menyebut asma-Mu saat suap demi suap mulai masuk ke dalam mulutku, bahkan sampai akhir pun lupa tidak kuucap Alhamdulillah.ampun aku ya Allah.aku lupa lagi. Bergegas, akhirnya aku sholat juga, walau hanya sebentar dan tidak kusyuk karena sudah terbayang sederet problem yang akan dibahas di dalam forum meeting.

Masuk ruang meeting, ternyata sampai habis sholat ashar baru selesai, sholatku telat lagi ya Allah..sebentar lagi jam setengah enam, menjelang maghrib. Ah.aku harus bergegas pulang karena buah hatiku sudah menanti, pun tidak ingin dianggap tidak memperhatikan suami dan anak karena terlalu sering pulang telat.

Nekat kukejar bis yang melaju agak perlahan dan ups.lompat aku bisa juga nyangkut dipinggir pintu bis penuh sesak, berdiri...tak apalah yang penting cepet sampai rumah walau keringat bercucuran.

Ya Allah.maghribku hilang...di atas jalan tol di bis yang penuh sesak, ah siapa tahu masih dapat waktu walau hanya 5 menit menjelang isya'. Tapi.ternyata sudah lewat isya' baru sampai rumah, permataku sudah tidur, bahkan pada saat aku coba mengganggu suamiku suka menegurku agar tidak diganggu, kasihan katanya. Apa boleh buat, aku urungkan niatku sesuai nasehat suamiku, walau hati ini teriris..aku sangat merindukan buah hatiku...

Aku mandi, makan malam sama suami (itu kalau suamiku sabar menungguku), sebentar nonton TV kalau gak terlalu capek, masuk kamar langsung tidur. Ya Allah.aku sering lupa sholat isya...tidur sampai pagi, sampai aku harus mengulangi lagi aktivitasku. Sedikit waktuku untuk berbagi dengan permataku, sedikit waktuku berbagi dengan suami tercintaku bahkan lebih sedikit lagi waktuku untuk mengingat -Mu ya Allah..ampunkan aku.ampunkan aku.ampunkan aku ya Allah....

Saat Cinta Terbentur Orang Tua



Saat Cinta Terbentur Orang Tua

Dari judulnya, keliatannya kita lagi mau bicara tentang tema film India yang selalu bikin facing antara Pacar dan Ortu. Kayaknya emang begitu, tapi ada beda pada hasilnya nanti, baca aja selanjutnya.�

Kalau kita sedang suka, jatuh cinta, ada kasih, falling (dan bahasa lainnya) ama seorang wanita (gua lebih suka menyebutnya wanita daripada perempuan), dan kita berpikir untuk melanjutkan hubungan lebih jauh, biasanya kita akan berusaha semampu mungkin untuk merealisasi "cerita India" itu. Abis, "ia" begitu indah, begitu mengharukan dan romantis, bahkan gak berlebihan kadang punya efek langsung pada kesehatan dan sikap kita sehari-hari.�

DEMIKIAN INDAHNYA Masalahnya berlanjut ketika kita sadar bahwa KITA HIDUP DALAM TATANAN MASYARAKAT ASIA, DIMANA PERAN ORANG TUA SEDIKIT BANYAK MASIH MEMPUNYAI KEPENTINGAN DALAM DIRI KITA, BAHKAN KADANG PERAN MASYARAKATPUN IKUT MENENTUKAN. Itu sebabnya dalam banyak undangan dan dekorasi pernikahan banyak ditemukan berseliweran kata-kata "Mohon doa restu", dimana tradisi kayak gini gak kita temukan dalam masyarakat Barat (Barat disebutkan di sini bukan berarti wah, ini cuma perbandingan fenomena).�

Dalam beberapa orang, percintaan sering gak berjalan dengan mulus karena faktor yang baru disebut di atas. Sebuah keberuntungan kalau kekasih anda diterima apa adanya oleh orang tua dan (mungkin) masyarakat anda, namun ketika sebaliknya terjadi gimana?

Beberapa teman saya kasih saran, coba dong didialogkan kembali dengan orang tua dengan baik-baik, dicarikan jalan keluarnya. Itu betul jika kemudian orang tua dapat menurunkan "standar permintaannya", namun BAGAIMANA KETIKA MEREKA TETAP BERPEGANG KUKUH DENGAN PENDAPATNYA untuk menolak kekasih anda?

Teman saya nyeletuk, "Orang tua apaan tuh! Masa sih kebahagiaan si anak dihalang-halangi, toh mereka menginginkan sebuah kebaikan (maksudnya pernikahan, suatu institusi yang tentu saja direstui oleh Tuhan)." �Yang satu lagi menambahkan, "Apa sih maksud orang tua seperti itu, apakah mereka menginginkan anaknya berpasangan tanpa saling menyayangi?" Si A nyeletuk dengan kasar, "Emang yang mau kawin siapa sih, bokap nyokap loe apa loe, kok jadi dia pada yang repot?" Dan bermacam-macam tanggapan dari teman-teman.�

So judulnya di sini adalah PERTENTANGAN, mana yang anda pilih ketika solusi "keinginan" anda terhalang oleh "idealisme' orang tua?�

CINTA (SAAT BELUM MENIKAH) BUKAN SEGALA-GALANYA, DIA BISA DATANG DAN PERGI BEGITU SAJA (saya tau kalimat ini pasti tidak disukai oleh banyak orang, khususnya para idealis cinta, tapi itulah realita). Cinta itu, seperti kata pepatah Jawa, timbul hanya karena faktor kebersamaan yang sering. Itu sebabnya Dewa bilang dalam salah satu lirik lagunya, "Beri aku sedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa." So, UNSUR TERPENTING PEMBENTUKAN CINTA ADALAH UNSUR "SELALU BERSAMA", itu saja, gak lebih. (Kalau loe deket ama seorang cewek cuma temenan biasa asalnya, kemudian akrab bener, jangan heran kalau kemudian bisa jatuh cinta, itu karena unsur kebersmaan tadi).

Logikanya, KETIKA KEBERSAMAAN ITU HILANG, MAKA HILANGLAH CINTA ITU. Jangan heran jika kita sering menganggap aneh dan gak realistis orang-orang yang selalu mengenang berat kekasih masa lalu kalau hanya untuk dikenang begitu saja dan hanya untuk bahan perbandingan (kecuali kalau mengenangnya cuma buat hiburan aja, itu sih gak bikin rusak). Jangan heran juga kalau orang yang pacaran long distance banyak yang putus hehehehe�

Menghilangkan cinta dengan cara menghilangkan kebersamaan, jika itu dilakukan tentunya bukan suatu hal yang mudah. iya khan? Yup, itu benar, ketika anda memutuskan untuk menjauhi sang kekasih, itu memang suatu keputusan yang berat, bahkan tidak berlebihan kalau dibilang itu bisa bikin anda cengeng dan serasa dunia ini hampa (kayak roman picisan). Namun percaya atau tidak, itu satu-satunya proses terapi mujarab hingga saat ini.�

� Kembali ke masalah ortu. Kita dihadapkan pada dua pilihan sekarang, antara MENURUTI KEINGINAN ORANG TUA UNTUK MEMBONGKAR CINTA KITA dan antara MEMASANG CINTA PADA KEKASIH KITA. Dilema bukan? Kayak si buah Simalakama, duanya-duanya pilihan yang berat.�

Mari kita itung-itungan sekarang dengan asas kebesaran jiwa.�

Ada satu pernyataan dari seorang bijak ketika menasehati anak didiknya, Si bijak bilang, "PATUTKAH KAMU MENYAKITI HATI ORANG TUA YANG TELAH BERPULUH-PULUH TAHUN MENDIDIK, MENGASUH, dan MEMBIMBINGMU.�

Ketika kamu kecil mereka nyebokin kamu kalau buang air, mandiin, menggendong kamu dalam pelukannya selama dua tahun lebih dengan kasih sayang tanpa imbalan? Kemudian semua jasa itu kamu lupakan begitu saja dan kamu balas dengan sebuah protes yang menyakitkan hati mereka? Dan itu kamu lakukan hanya karena seseorang yang baru kamu kenal dalam hitungan satu atau dua tahun? Haruskah kasih sayang berpuluh-puluh tahun itu dimusnahkan untuk kasih sayang katakan, dua tahun!?

Sebuah pertanyaan yang betul-betul dalam dan jelas maknanya jika diterima dengan jiwa yang bersih.�

Si bijak kemudian melanjutkan," Nak, kamu masih mau comparing antara cinta si Dia dengan kamu dan cinta orang tua terhadap kamu? Sungguh, tidak balance, ada yang berat sebelah! Jauh dan sangat jauh. Cinta dia kepada kamu, sedikit banyak bertendensi, saya tidak bisa pastikan bertendensi apa, namun cinta mereka (orang tua) terhadapmu, sungguh, saya berani pastikan adalah tanpa tendensi apapun! BAGI ORANG TUA, KEBAHAGIAAN KAMU DI MASA DEWASA SAJA SUDAH CUKUP SEBAGAI KEBANGGAAN DAN KEBERHASILAN ATAS USAHA CINTANYA SELAMA INI UNTUK KAMU. SEDERHANA DAN TANPA TENDENSI!"�

"Satu lagi yang mesti kamu pikirkan, dan ini sangat besar artinya untuk ketenangan jiwa kamu, yaitu, ADAKAH KAMU RELA ORANG TUAMU MENINGGAL DUNIA NANTI SEMENTARA DALAM HATINYA MASIH MENYIMPAN PERASAAN SAKIT SAMA KAMU? ADAKAH KAMU RELA MEREKA MENINGGALKANMU UNTUK YANG TERAKHIR KALINYA TANPA SENYUM SAMA KAMU?"

"KECINTAAN DAN KEPATUHAN KEPADA ORANG TUA ADALAH KECINTAAN DAN KEPATUHAN TOTAL TANPA SYARAT, KECUALI SATU, KETIKA MEREKA MENGAJAKMU BERBUAT TIDAK BAIK, ITU SAJA! DI LUAR ITU, ADALAH KEPATUHAN TOTAL."

?DAN JIKA KEDUANYA MEMAKSAMU UNTUK MEMPERSEKUTUKAN-KU DENGAN SESUATU YANG TIDAK ADA PENGETAHUANMU TENTANG ITU, MAKA JANGANLAH KAMU MENGIKUTI KEDUANYA DAN PERGAULILAH KEDUANYA DI DUNIA DENGAN BAIK" [Luqman:15]. Jadi, kalau ortu ngajak ke arah kemusyrikan maka tidak wajib kita mentaati mereka. Hanya saja sebagai anak tetap berkewajiban bergaul dengan baik selama di dunia. Sikap santun harus senantiasa dijaga.

"Aku bisa mengerti, jiwamu sedang bergejolak, sakit menerima kenyataan, bahkan gak menutup kemungkinan kasus-kasus cinta kayak gini bisa bikin orang bunuh diri. Namun inilah dunia dengan permasalahannya, tidak semuanya happy ending, KADANG SEBUAH KEPUTUSAN PAHIT HARUS DIAMBIL UNTUK MENGHINDARI AKIBAT KEPUTUSAN YANG LEBIH PAHIT.�

Tidak semua masalah mempunyai solusi happy kayak film-film India, contohnya adalah masalahmu ini. Di sini tidak ada solusi, yang ada cuma opsi, antara tetap meneruskan cintamu ama si dia dan antara kepatuhan terhadap keinginan orang tua."�

Kamu mungkin bilang, "Guru, anda begitu mudah menasehati saya, Anda tidak merasakan sedikitpun apa yang sedang saya rasakan." Saya akan jawab, seorang yang bijak adalah seseorang yang bisa mengatur derap emosi jiwa dengan logika, begitu kira-kira yang saya pahami selama saya hidup. Saya menghargai cinta kamu, dan itu merupakan bukti bahwa kamu adalah manusia yang romatik dan penuh cinta, namun permasalahannya di sini adalah, kamu berhadapan dengan cinta lain yang lebih tulus meskipun bagi kamu (sementara ini) cinta tulus orang tua itu bukan cinta tetapi suatu tekanan yang menyakitkan."�

"KASIH ORANG TUA KEPADA ANAKNYA TAK AKAN HABIS, NAMUN ITU BUKAN ALASAN BUAT KAMU UNTUK MENYAKITINYA, PAHAMI ITU SEBAGAI CINTA DAN KASIH YANG ABADI."

Si anak didik memotong, "Kebanyakannya, orang tua bisa menerima kita setelah kita punya anak, itu khan artinya nanti bisa kembali damai kalau saya tetap meneruskan keinginan mengawini kekasih saya."

Sang Guru menjawab, " Ya, ada beberapa yang seperti itu, namun, jika itu mungkin bisa terjadi kepada kamu juga. Tetapi JIKA ITU TETAP KAMU LAKUKAN, KAMU TELAH MENINGGALKAN SEDIKIT NODA DALAM JIWA MEREKA DAN ITU SUDAH CUKUP SEBAGAI NILAI MINUS KAMU DI JIWA MEREKA. Itu pun kalau mereka kemudia memaafkanmu setelah mereka melihat cucu. Permasalahannya, apakah kamu yakin bahwa mereka suatu saat nanti mereka dapat memaafkan? jika ternyata tidak hingga akhir hayat mereka, kamu akan dihantui dengan perasaan tidak tenang dan rasa bersalah di saat mereka tidak ada lagi. Sungguh Nak."�

"Sekali lagi, CINTA KAMU DENGAN DIA SEBELUM PERNIKAHAN, BUKAN SEGALANYA, SEKALI LAGI BUKAN SEGALANYA. CINTA SEMACAM INI MASIH BISA DATANG DAN PERGI, BERBEDA DENGAN KASIH DAN CINTA PASCA PERNIKAHAN, tidak begitu mudah untuk create cinta baru yang lain, karena ia sudah dilandasi dengan aspal baru, yaitu aspal TANGGUNGJAWAB DAN KOMITMEN, karena pernikahan adalah suatu perjanjian bernilai sakral abstrak yang harus diperjuangkan, meskipun dengan nyawa. KEHIDUPAN CINTA PASCA PERNIKAHAN ADALAH KOMITMEN PRIBADI DUA ANAK MANUSIA UNTUK TETAP MENJAGA SEBISA MUNGKIN AGAR TIDAK RETAK, MESKIPUN ITU HARUS DENGAN MENJUAL IDEALISME HARIAN. Sangat berbeda dengan kehidupan cinta sebelum pernikahan, sangat berbeda, yang kayak gini tuh masih bisa dibongkar pasang, masih bisa di-adjust sono-sini, itu realita. Saya tidak katakan cintamu sama dia tidak harus diperjuangkan sama sekali. Yang saya ingin katakan di sini adalah, cintamu dengan seseorang sebelum pernikahan adalah masih bernilai fifty-fifty untuk dipertahankan, ini artinya kamu bisa saja mempertahankan cinta itu, memperjuangkannya, cuma, menurut saya, proporsional dong. Artinya ketika dihadapkan kepada memilih antara dia dan kepatuhan terhadap orang tua, maka di sinilah kamu harus hitung menghitung kayak orang dagang! Yah, semacam usaha untuk lebih relistis."�

Si murid mulai ragu dan bertanya, "Jika saya mengikuti orang tua, apakah ini berarti saya pengecut dan tidak berani dalam mengambil keputusan untuk menikahinya, tidak berani dalam memperjuangkan Cinta?"� Sang guru: "Anakku, cobalah belajar untuk membedakan antara pemberani dengan si konyol!"�

Sang Murid, "Lalu apa yang harus saya katakan kepada si Dia?"� Guru, "Berbicaralah apa adanya, bahwa kamu telah berusaha untuk meyakinkan orang tua namun tidak berhasil, dia tentu akan sedih bercampur dengan marah, itu pasti, namun kamu perlu jelaskan juga, bahwa dia tidak sedih dan marah sendiri. Tidak ada orang yang ingin kebahagiaannya rusak dan hancur. Namun tidak berarti juga realita hidup selalu happy ending kayak film India."�

Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda, ?BARANGSIAPA MEMBUAT HATI ORANG TUA SEDIH, BERARTI DIA TELAH DURHAKA KEPADANYA." [Riwayat Bukhari]. Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, ?TERMASUK PERBUATAN DURHAKA SESEORANG YANG MEMBELALAKKAN MATANYA KARENA MARAH. [Riwayat Thabrani].

Semoga Allah menjadikan kita sebagai anak-anak yang dapat MEMPERSEMBAHKAN CINTA, SAYANG, HORMAT DAN BAKTI KITA KEPADA KEDUANYA, HANYA UNTUK SATU TUJUAN: MERAIH CINTA, AMPUNAN, PAHALA DAN RIDHA-NYA.�

Amin allahumma amin...



Dari judulnya, keliatannya kita lagi mau bicara tentang tema film India yang selalu bikin facing antara Pacar dan Ortu. Kayaknya emang begitu, tapi ada beda pada hasilnya nanti, baca aja selanjutnya.�

Kalau kita sedang suka, jatuh cinta, ada kasih, falling (dan bahasa lainnya) ama seorang wanita (gua lebih suka menyebutnya wanita daripada perempuan), dan kita berpikir untuk melanjutkan hubungan lebih jauh, biasanya kita akan berusaha semampu mungkin untuk merealisasi "cerita India" itu. Abis, "ia" begitu indah, begitu mengharukan dan romantis, bahkan gak berlebihan kadang punya efek langsung pada kesehatan dan sikap kita sehari-hari.�

DEMIKIAN INDAHNYA Masalahnya berlanjut ketika kita sadar bahwa KITA HIDUP DALAM TATANAN MASYARAKAT ASIA, DIMANA PERAN ORANG TUA SEDIKIT BANYAK MASIH MEMPUNYAI KEPENTINGAN DALAM DIRI KITA, BAHKAN KADANG PERAN MASYARAKATPUN IKUT MENENTUKAN. Itu sebabnya dalam banyak undangan dan dekorasi pernikahan banyak ditemukan berseliweran kata-kata "Mohon doa restu", dimana tradisi kayak gini gak kita temukan dalam masyarakat Barat (Barat disebutkan di sini bukan berarti wah, ini cuma perbandingan fenomena).�

Dalam beberapa orang, percintaan sering gak berjalan dengan mulus karena faktor yang baru disebut di atas. Sebuah keberuntungan kalau kekasih anda diterima apa adanya oleh orang tua dan (mungkin) masyarakat anda, namun ketika sebaliknya terjadi gimana?

Beberapa teman saya kasih saran, coba dong didialogkan kembali dengan orang tua dengan baik-baik, dicarikan jalan keluarnya. Itu betul jika kemudian orang tua dapat menurunkan "standar permintaannya", namun BAGAIMANA KETIKA MEREKA TETAP BERPEGANG KUKUH DENGAN PENDAPATNYA untuk menolak kekasih anda?

Teman saya nyeletuk, "Orang tua apaan tuh! Masa sih kebahagiaan si anak dihalang-halangi, toh mereka menginginkan sebuah kebaikan (maksudnya pernikahan, suatu institusi yang tentu saja direstui oleh Tuhan)." �Yang satu lagi menambahkan, "Apa sih maksud orang tua seperti itu, apakah mereka menginginkan anaknya berpasangan tanpa saling menyayangi?" Si A nyeletuk dengan kasar, "Emang yang mau kawin siapa sih, bokap nyokap loe apa loe, kok jadi dia pada yang repot?" Dan bermacam-macam tanggapan dari teman-teman.�

So judulnya di sini adalah PERTENTANGAN, mana yang anda pilih ketika solusi "keinginan" anda terhalang oleh "idealisme' orang tua?�

CINTA (SAAT BELUM MENIKAH) BUKAN SEGALA-GALANYA, DIA BISA DATANG DAN PERGI BEGITU SAJA (saya tau kalimat ini pasti tidak disukai oleh banyak orang, khususnya para idealis cinta, tapi itulah realita). Cinta itu, seperti kata pepatah Jawa, timbul hanya karena faktor kebersamaan yang sering. Itu sebabnya Dewa bilang dalam salah satu lirik lagunya, "Beri aku sedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa." So, UNSUR TERPENTING PEMBENTUKAN CINTA ADALAH UNSUR "SELALU BERSAMA", itu saja, gak lebih. (Kalau loe deket ama seorang cewek cuma temenan biasa asalnya, kemudian akrab bener, jangan heran kalau kemudian bisa jatuh cinta, itu karena unsur kebersmaan tadi).

Logikanya, KETIKA KEBERSAMAAN ITU HILANG, MAKA HILANGLAH CINTA ITU. Jangan heran jika kita sering menganggap aneh dan gak realistis orang-orang yang selalu mengenang berat kekasih masa lalu kalau hanya untuk dikenang begitu saja dan hanya untuk bahan perbandingan (kecuali kalau mengenangnya cuma buat hiburan aja, itu sih gak bikin rusak). Jangan heran juga kalau orang yang pacaran long distance banyak yang putus hehehehe�

Menghilangkan cinta dengan cara menghilangkan kebersamaan, jika itu dilakukan tentunya bukan suatu hal yang mudah. iya khan? Yup, itu benar, ketika anda memutuskan untuk menjauhi sang kekasih, itu memang suatu keputusan yang berat, bahkan tidak berlebihan kalau dibilang itu bisa bikin anda cengeng dan serasa dunia ini hampa (kayak roman picisan). Namun percaya atau tidak, itu satu-satunya proses terapi mujarab hingga saat ini.�

� Kembali ke masalah ortu. Kita dihadapkan pada dua pilihan sekarang, antara MENURUTI KEINGINAN ORANG TUA UNTUK MEMBONGKAR CINTA KITA dan antara MEMASANG CINTA PADA KEKASIH KITA. Dilema bukan? Kayak si buah Simalakama, duanya-duanya pilihan yang berat.�

Mari kita itung-itungan sekarang dengan asas kebesaran jiwa.�

Ada satu pernyataan dari seorang bijak ketika menasehati anak didiknya, Si bijak bilang, "PATUTKAH KAMU MENYAKITI HATI ORANG TUA YANG TELAH BERPULUH-PULUH TAHUN MENDIDIK, MENGASUH, dan MEMBIMBINGMU.�

Ketika kamu kecil mereka nyebokin kamu kalau buang air, mandiin, menggendong kamu dalam pelukannya selama dua tahun lebih dengan kasih sayang tanpa imbalan? Kemudian semua jasa itu kamu lupakan begitu saja dan kamu balas dengan sebuah protes yang menyakitkan hati mereka? Dan itu kamu lakukan hanya karena seseorang yang baru kamu kenal dalam hitungan satu atau dua tahun? Haruskah kasih sayang berpuluh-puluh tahun itu dimusnahkan untuk kasih sayang katakan, dua tahun!?

Sebuah pertanyaan yang betul-betul dalam dan jelas maknanya jika diterima dengan jiwa yang bersih.�

Si bijak kemudian melanjutkan," Nak, kamu masih mau comparing antara cinta si Dia dengan kamu dan cinta orang tua terhadap kamu? Sungguh, tidak balance, ada yang berat sebelah! Jauh dan sangat jauh. Cinta dia kepada kamu, sedikit banyak bertendensi, saya tidak bisa pastikan bertendensi apa, namun cinta mereka (orang tua) terhadapmu, sungguh, saya berani pastikan adalah tanpa tendensi apapun! BAGI ORANG TUA, KEBAHAGIAAN KAMU DI MASA DEWASA SAJA SUDAH CUKUP SEBAGAI KEBANGGAAN DAN KEBERHASILAN ATAS USAHA CINTANYA SELAMA INI UNTUK KAMU. SEDERHANA DAN TANPA TENDENSI!"�

"Satu lagi yang mesti kamu pikirkan, dan ini sangat besar artinya untuk ketenangan jiwa kamu, yaitu, ADAKAH KAMU RELA ORANG TUAMU MENINGGAL DUNIA NANTI SEMENTARA DALAM HATINYA MASIH MENYIMPAN PERASAAN SAKIT SAMA KAMU? ADAKAH KAMU RELA MEREKA MENINGGALKANMU UNTUK YANG TERAKHIR KALINYA TANPA SENYUM SAMA KAMU?"

"KECINTAAN DAN KEPATUHAN KEPADA ORANG TUA ADALAH KECINTAAN DAN KEPATUHAN TOTAL TANPA SYARAT, KECUALI SATU, KETIKA MEREKA MENGAJAKMU BERBUAT TIDAK BAIK, ITU SAJA! DI LUAR ITU, ADALAH KEPATUHAN TOTAL."

?DAN JIKA KEDUANYA MEMAKSAMU UNTUK MEMPERSEKUTUKAN-KU DENGAN SESUATU YANG TIDAK ADA PENGETAHUANMU TENTANG ITU, MAKA JANGANLAH KAMU MENGIKUTI KEDUANYA DAN PERGAULILAH KEDUANYA DI DUNIA DENGAN BAIK" [Luqman:15]. Jadi, kalau ortu ngajak ke arah kemusyrikan maka tidak wajib kita mentaati mereka. Hanya saja sebagai anak tetap berkewajiban bergaul dengan baik selama di dunia. Sikap santun harus senantiasa dijaga.

"Aku bisa mengerti, jiwamu sedang bergejolak, sakit menerima kenyataan, bahkan gak menutup kemungkinan kasus-kasus cinta kayak gini bisa bikin orang bunuh diri. Namun inilah dunia dengan permasalahannya, tidak semuanya happy ending, KADANG SEBUAH KEPUTUSAN PAHIT HARUS DIAMBIL UNTUK MENGHINDARI AKIBAT KEPUTUSAN YANG LEBIH PAHIT.�

Tidak semua masalah mempunyai solusi happy kayak film-film India, contohnya adalah masalahmu ini. Di sini tidak ada solusi, yang ada cuma opsi, antara tetap meneruskan cintamu ama si dia dan antara kepatuhan terhadap keinginan orang tua."�

Kamu mungkin bilang, "Guru, anda begitu mudah menasehati saya, Anda tidak merasakan sedikitpun apa yang sedang saya rasakan." Saya akan jawab, seorang yang bijak adalah seseorang yang bisa mengatur derap emosi jiwa dengan logika, begitu kira-kira yang saya pahami selama saya hidup. Saya menghargai cinta kamu, dan itu merupakan bukti bahwa kamu adalah manusia yang romatik dan penuh cinta, namun permasalahannya di sini adalah, kamu berhadapan dengan cinta lain yang lebih tulus meskipun bagi kamu (sementara ini) cinta tulus orang tua itu bukan cinta tetapi suatu tekanan yang menyakitkan."�

"KASIH ORANG TUA KEPADA ANAKNYA TAK AKAN HABIS, NAMUN ITU BUKAN ALASAN BUAT KAMU UNTUK MENYAKITINYA, PAHAMI ITU SEBAGAI CINTA DAN KASIH YANG ABADI."

Si anak didik memotong, "Kebanyakannya, orang tua bisa menerima kita setelah kita punya anak, itu khan artinya nanti bisa kembali damai kalau saya tetap meneruskan keinginan mengawini kekasih saya."

Sang Guru menjawab, " Ya, ada beberapa yang seperti itu, namun, jika itu mungkin bisa terjadi kepada kamu juga. Tetapi JIKA ITU TETAP KAMU LAKUKAN, KAMU TELAH MENINGGALKAN SEDIKIT NODA DALAM JIWA MEREKA DAN ITU SUDAH CUKUP SEBAGAI NILAI MINUS KAMU DI JIWA MEREKA. Itu pun kalau mereka kemudia memaafkanmu setelah mereka melihat cucu. Permasalahannya, apakah kamu yakin bahwa mereka suatu saat nanti mereka dapat memaafkan? jika ternyata tidak hingga akhir hayat mereka, kamu akan dihantui dengan perasaan tidak tenang dan rasa bersalah di saat mereka tidak ada lagi. Sungguh Nak."�

"Sekali lagi, CINTA KAMU DENGAN DIA SEBELUM PERNIKAHAN, BUKAN SEGALANYA, SEKALI LAGI BUKAN SEGALANYA. CINTA SEMACAM INI MASIH BISA DATANG DAN PERGI, BERBEDA DENGAN KASIH DAN CINTA PASCA PERNIKAHAN, tidak begitu mudah untuk create cinta baru yang lain, karena ia sudah dilandasi dengan aspal baru, yaitu aspal TANGGUNGJAWAB DAN KOMITMEN, karena pernikahan adalah suatu perjanjian bernilai sakral abstrak yang harus diperjuangkan, meskipun dengan nyawa. KEHIDUPAN CINTA PASCA PERNIKAHAN ADALAH KOMITMEN PRIBADI DUA ANAK MANUSIA UNTUK TETAP MENJAGA SEBISA MUNGKIN AGAR TIDAK RETAK, MESKIPUN ITU HARUS DENGAN MENJUAL IDEALISME HARIAN. Sangat berbeda dengan kehidupan cinta sebelum pernikahan, sangat berbeda, yang kayak gini tuh masih bisa dibongkar pasang, masih bisa di-adjust sono-sini, itu realita. Saya tidak katakan cintamu sama dia tidak harus diperjuangkan sama sekali. Yang saya ingin katakan di sini adalah, cintamu dengan seseorang sebelum pernikahan adalah masih bernilai fifty-fifty untuk dipertahankan, ini artinya kamu bisa saja mempertahankan cinta itu, memperjuangkannya, cuma, menurut saya, proporsional dong. Artinya ketika dihadapkan kepada memilih antara dia dan kepatuhan terhadap orang tua, maka di sinilah kamu harus hitung menghitung kayak orang dagang! Yah, semacam usaha untuk lebih relistis."�

Si murid mulai ragu dan bertanya, "Jika saya mengikuti orang tua, apakah ini berarti saya pengecut dan tidak berani dalam mengambil keputusan untuk menikahinya, tidak berani dalam memperjuangkan Cinta?"� Sang guru: "Anakku, cobalah belajar untuk membedakan antara pemberani dengan si konyol!"�

Sang Murid, "Lalu apa yang harus saya katakan kepada si Dia?"� Guru, "Berbicaralah apa adanya, bahwa kamu telah berusaha untuk meyakinkan orang tua namun tidak berhasil, dia tentu akan sedih bercampur dengan marah, itu pasti, namun kamu perlu jelaskan juga, bahwa dia tidak sedih dan marah sendiri. Tidak ada orang yang ingin kebahagiaannya rusak dan hancur. Namun tidak berarti juga realita hidup selalu happy ending kayak film India."�

Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda, ?BARANGSIAPA MEMBUAT HATI ORANG TUA SEDIH, BERARTI DIA TELAH DURHAKA KEPADANYA." [Riwayat Bukhari]. Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, ?TERMASUK PERBUATAN DURHAKA SESEORANG YANG MEMBELALAKKAN MATANYA KARENA MARAH. [Riwayat Thabrani].

Semoga Allah menjadikan kita sebagai anak-anak yang dapat MEMPERSEMBAHKAN CINTA, SAYANG, HORMAT DAN BAKTI KITA KEPADA KEDUANYA, HANYA UNTUK SATU TUJUAN: MERAIH CINTA, AMPUNAN, PAHALA DAN RIDHA-NYA.�

Amin allahumma amin...

Kupinang Engkau Dengan Hamdallah


Kupinang Engkau dengan Hamdalah
M. Faudzil `Adhim

Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah, ialah diciptakannya pasangan-pasanganmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung padanya. Dan Allah menjadikan di antara kalian perasaan tenteram dan kasih sayang. Pada yang demikian ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.

Ketika tiba masa usia aqil baligh, maka perasaan ingin memperhatikan dan diperhatikan lawan jenis begitu bergejolak. Banyak perasaan aneh dan bayang-bayang suatu sosok berseliweran tak karuan. Kadang bayang-bayang itu menjauh tapi kadang terasa amat dekat. Kadang seorang pemuda bisa bersikap acuh pada bayang-bayang itu tapi kadang terjebak dan menjadi lumpuh. Perasaan sepi tiba-tiba menyergap ke seluruh ruang hati. Hati terasa sedih dan hidup terasa hampa. Seakan apa yang dilakukannya jadi sia-sia. Hidup tidak bergairah. Ada setitik harapan tapi berjuta titik kekhawatiran justru mendominasi.

Perasaan semakin tak menentu ketika harapan itu mulai mengarah kepada lawan jenis. Semua yang dilakukannya jadi serba salah. Sampai kapan hal ini berlangsung? Jawabnya ada pada pemuda itu sendiri. Kapan ia akan menghentikan semua ini. Sekarang, hari ini, esok, atau tahun- tahun besok. Semakin panjang upaya penyelesaian dilakukan yang jelas perasaan sakit dan tertekan semakin tak terperikan. Sebaliknya semakin cepat / pendek waktu penyelesaian diupayakan, kebahagiaan & kegairahan hidup segera dirasakan. Hidup menjadi lebih berarti & segala usahanya terasa lebih bermakna.

Penyelesaian apa yang dimaksud? Menikah! Ya menikah adalah alat solusi untuk menghentikan berbagai kehampaan yang terus mendera. Lantas kapan? Bilakah ia bisa dilaksanakan? Segera! Segera di sini jelas berbeda dengan tergesa- gesa. Untuk membedakan antara segera dengan tergesa- gesa, bisa dilihat dari dua cara :

Pertama, tanda-tanda hati. Orang yang mempunyai niat tulus, kata Imam Ja'far, adalah dia yang hatinya tenang, sebab hati yang tenang terbebas dari pemikiran mengenai hal-hal yang dilarang, berasal dari upaya membuat niat murni untuk Allah dalam segala perkara. Kalau menyegerakan menikah karena niat yang jernih, Insya Allah hati akan merasakan sakinah, yaitu ketenangan jiwa saat menghadapi masalah-masalah yang harus diselesaikan. Kita merasa yakin, meskipun harapan & kekhawatiran meliputi dada. Lain lagi dengan tergesa-gesa. Ketergesaan ditandai oleh perasaan tidak aman & hati yang diliputi kecemasan yang memburu.

Kedua, tanda-tanda perumpamaan. Ibarat orang bikin bubur kacang hijau, ada beberapa bahan yang diperlukan. Bahan paling pokok adalah gula & kacang hijau. Jika gula & kacang hijau dimasukkan air kemudian direbus, maka akan didapati kacang hijau tidak mengembang. Ini namanya tergesa-gesa. Kalau gula baru dimasukkan setelah kacang hijaunya mekar ini namanya menyegerakan. Tapi kalau lupa, tidak segera memasukkan gula setelah kacang hijaunya mekar cukup lama orang akan kehilangan banyak zat gizi yang penting.

Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah bersabda : "Tiga orang yang selalu diberi pertolongan Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah, seorang penulis yang selalu memberi penawar & seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya" (HR Thabrani)

Banyak jalan yang dapat menghantarkan orang kepada peminangan & pernikahan. Banyak sebab yang mendekatkan dua orang yang saling jauh menjadi suami istri yang penuh barakah & diridhai Allah. Ketika niat sudah mantap & tekad sudah bulat, persiapkan hati untuk melangkah ke peminangan. Dianjurkan, memulai lamaran dengan hamdalah & pujian lainnya kepada Allah SWT. Serta Shalawat kepada Rasul-Nya. Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : "Setiap perkataan yang tidak dimulai dengan bacaan hamdalah, maka hal itu sedikit barakahnya (terputus keberkahannya)" HR Abu Daud, Ibnu Majah & Imam Ahmad.

Setelah peminangan disampaikan, biarlah pihak wanita & wanita yang bersangkutan untuk mempertimbangkan. Sebagian memberikan jawaban segera, sebelum kaki bergeser dari tempat berpijaknya, sebab menikah mendekatkan kepada keselamatan akhirat, sedang calon yang datang sudah diketahui akhlaqnya, sebagian memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa memberi kepastian apakah pinangan diterima atau ditolak, karena pernikahan bukan untuk sehari dua hari.

Apapun, serahkan kepada keluarga wanita untuk memutuskan. Mereka yang lebih tahu keputusan apa yang terbaik bagi anaknya. Anda harus husnudzan pada mereka. Bukankah ketika meminang wanita berarti anda mempercayai wanita yang diharapkan oleh anda beserta keluarganya.

Keputusan apapun yang mereka berikan, sepanjang didasarkan atas musyawarah yang lurus, akan baik dan Insya Allah memberi akibat yang baik bagi anda. Tidak kecewa orang yang istikharah & tidak merugi orang yang musyawarah. Maka apapun hasil musyawarah, sepanjang dilakukan dengan baik, akan membuahkan kebaikan. Sebuah keputusan tidak bisa disebut buruk atau negatif, jika memang didasarkan kepada musyawarah yang memenuhi syarat, hanya karena tidak memberi kesempatan kepada anda untuk menjadi anggota keluarga mereka. Jika niat anda memang untuk silaturrahim, bukankah masih tersedia banyak peluang untuk menyambung?

Anda telah meminangnya dengan hamdalah, anda telah dimampukan datang oleh Allah Yang Maha Besar. Dia-lah Yang Maha Lebih Besar. Semuanya kecil. Ada pelajaran yang sangat berharga dari Bilal bin Rabbah tentang meminang. Ketika ia bersama Abu Ruwaihah menghadap kabilah Khaulan, Bilal mengemukakan : "Jika pinangan kami anda terima, kami ucapkan Alhamdulillah. Dan kalau anda menolak, maka kami ucapkan Allahu Akbar." Maka, kalau pinangan yang anda sampaikan ditolak, agungkan Allah, semoga anda tetap berbaik sangka kepada Allah & juga kepada keluarganya. Sebab bisa jadi, penolakan merupakan jalan pensucian jiwa dari kedzaliman diri sendiri, bisa jadi penolakan merupakan proses untuk mencapai kematangan, kemantapan & kejernihan niat. Sementara ada banyak hal yang dapat mengotori niat. Bisa jadi Allah hendak mengangkat derajat anda, kecuali anda justru malah merendahkan diri sendiri. Tapi hati perlu diperiksa, jangan-jangan perasaan itu muncul karena ujub.

Kekecewaan, mungkin saja timbul. Barangkali ada perasaan yang perih, barangkali juga ada yang merasa kehilangan rasa percaya diri saat itu. Ini merupakan reaksi psikis yang wajar, kecewa adalah perasaan yang manusiawi, tetapi ia harus diperlakukan dengan cara yang tepat agar ia tidak menggelincirkan ke jurang kenistaan yang sangat gelap. Kecewa memang pahit. Orang sering tidak tahan menanggung rasa kecewa, mereka berusaha membuang jauh-jauh sumber kekecewaan. Sekilas nampak tidak ada masalah, tetapi setiap saat berada dalam kondisi rawan. Perasaan itu mudah bangkit lagi dengan rasa sakit yang lebih perih. Dan yang demikian tidak dikehendaki Islam. Islam menghendaki kekecewaan itu menghilang perlahan-lahan secara wajar. Sehingga kita bisa mengambil jarak dari sumber kekecewaan dengan tidak kehilangan obyektivitas & kejernihan hati, kita menjadi lebih tegar, meskipun proses yang dibutuhkan untuk menghapus kekecewaan lebih lama.

Kalau anda merasa kecewa, periksalah niat anda. Dibalik yang dianggap baik, mungkin ada niat yang tidak lurus. Periksalah motif-motif yang melintas dalam batin. Selama peminangan hingga saat menunggu jawaban. Kemudian biarkan hati memproses secara wajar sampai menemukan kembali ketenangan secara mantap.

Tetapi kalau jawaban yang diberikan oleh keluarga wanita sesuai harapan, berbahagialah sejenak. Bersyukurlah. Insya Allah kesendirian yang dialami dengan menanggung rasa sepi sebentar lagi akan menghapus kepenatan selama di luar rumah. Insya Allah sebentar lagi.

Tunggulah beberapa saat. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk melakukan apa saja yang menjadi hak anda bersamanya. Akan tiba masanya anda merasakan kehangatan cintanya. Kehangatan cinta wanita yang telah mempercayakan kesetiaannya kepada anda. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk menemukan pangkuannya ketika anda risau.

Selama menunggu, ada kesempatan untuk menata hati. Melalui pernikahan Allah memberikan banyak keindahan & kemuliaan. Wanita boleh menawarkan Islam memberikan penghormatan yang suci kepada niat & ikhtiar untuk menikah. Nikah adalah masalah kehormatan agama, bukan sekedar legalisasi penyaluran kebutuhan biologis dengan lawan jenis. Islam memperbolehkan kaum wanita untuk menawarkan dirinya kepada laki-laki yang berbudi luhur, yang ia yakini kehormatan agamanya, dan kejujuran amanahnya menjadi suaminya. Dan Khadijah r.a atas teladan bagi wanita yang bermaksud untuk menawarkan diri.

Sikap menawarkan diri menunjukkan ketinggian akhlaq & kesungguhan untuk mensucikan diri. Sikap ini lebih dekat kepada ridha Allah & untuk mendapatkan pahala-Nya, Allah pasti mencatatnya sebagai kemuliaan & mujahadah yang suci. Tidak peduli tawarannya diterima atau ditolak, terutama kalau ia tidak mempunyai wali. Insya Allah, jika sikap menawarkan diri dilakukan dengan ketinggian sopan santun, tidak akan menimbulkan akibat kecuali yang maslahat. Seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan yang mendalam pasti akan meninggikan penghormatan seperti ini, kecuali laki-laki yang rendah & tidak memiliki kehormatan, kecuali sekedar apa yang disangkanya sebagai kebaikan.

Imam Bukhari menceritakan cerita dari Anas r.a ada seorang wanita yang datang menawarkan diri kepada Rasulullah SAW dan berkata : "Ya Rasulullah! Apakah baginda membutuhkan daku?" Putri Anas yang hadir & mendengarkan perkataan wanita itu mencela sang wanita yang tidak punya harga diri & rasa malu, "Alangkah sedikitnya rasa malunya, sungguh memalukan, sungguh memalukan." Anas berkata kepada putrinya : "Dia lebih baik darimu, Dia senang kepada Rasulullah SAW lalu dia menawarkan dirinya untuk beliau!" (HR Bukhari)

Wanita yang bisu,tuli,buta,dan lumpuh,yang engkau cintai


Wanita Bisu, Tuli, Buta dan Lumpuh Yang Engkau Cintai

Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat sebuah apel jatuh ke luar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah terbitlah air liur Tsabit, terlebih-lebih di hari yang sangat panas dan di tengah rasa lapar dan haus yang mendera. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang terlihat sangat lezat itu. Akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah apel itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya.

Maka ia segera pergi ke dalam kebun buah-buahan itu dengan maksud hendak menemui pemiliknya agar menghalalkan buah apel yang telah terlanjur dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja ia berkata, "Aku sudah memakan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda menghalalkannya". Orang itu menjawab, "Aku bukan pemilik kebun ini. Aku hanya khadamnya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya".

Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, "Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini." Pengurus kebun itu memberitahukan, "Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalanan sehari semalam".

Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orangtua itu, "Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : "Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka."

Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba disana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata, "Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu sudikah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu ?" Lelaki tua yang ada di hadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, "Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat." Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera ia bertanya, "Apa syarat itu tuan?" Orang itu menjawab, "Engkau harus mengawini putriku !"

Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, "Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang jatuh ke luar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu ?" Tetapi pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, "Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang gadis yang lumpuh !"

Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah perempuan semacam itu patut dia persunting sebagai isteri gara-gara ia memakan setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, "Selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau makan !"

Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, "Aku akan menerima pinangannya dan perkawinannya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul 'Alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta'ala". Maka pernikahanpun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan usai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum�."

Tak dinyana sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi menjadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu, dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya.

Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. "Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada di hadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula", kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berpikir mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya ?

Setelah Tsabit duduk disamping istrinya, dia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa ?" Wanita itu kemudian berkata, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah". Tsabit bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa?" Wanita itu menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah. Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan?" tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Selanjutnya wanita itu berkata, "aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya mengunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta'ala".

Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat saleh dan wanita yang akan memelihara dirinya dan melindungi hak-haknya sebagai suami dengan baik. Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, "Ketika kulihat wajahnya��Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap".

Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik rupawan itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke penjuru dunia. Itulah Al Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit.

Wanita yang terbaik menurut sunnah

Tipe Wanita yang Disunnahkan untuk Dilamar

Dalam melamar, seorang muslim dianjurkan untuk memperhatikan beberapa sifat yang ada pada wanita yang akan dilamar, diantaranya:

  1. Wanita itu disunahkan seorang yang penuh cinta kasih. Maksudnya ia harus selalu menjaga kecintaan terhadap suaminya, sementara sang suami pun memiliki kecenderungan dan rasa cinta kepadanya.

    Selain itu, ia juga harus berusaha menjaga keridhaan suaminya, mengerjakan apa yang disukai suaminya, menjadikan suaminya merasa tentram hidup dengannya, senang berbincang dan berbagi kasih sayang dengannya. Dan hal itu jelas sejalan dengan firman Allah Ta'ala,

    Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya. Dan Dia jadikan di antara kalian rasa kasih dan saying. (ar-Ruum:21).

  2. Disunahkan pula agar wanita yang dilamar itu seorang yang banyak memberikan keturunan, karena ketenangan, kebahagiaan dan keharmonisan keluarga akan terwujud dengan lahirnya anak-anak yang menjadi harapan setiap pasangan suami-istri.

    Berkenaan dengan hal tersebut, Allah Ta'ala berfirman,
    Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa'. (al-Furqan:74).

    Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
    Menikahlah dengan wanita-wanita yang penuh cinta dan yang banyak melahirkan keturunan. Karena sesungguhnya aku merasa bangga dengan banyaknya jumlah kalian pada hari kiamat kelak. Demikian hadist yang diriwayatkan Abu Daud, Nasa'I, al-Hakim, dan ia mengatakan, Hadits tersebut sanadnya shahih.

  3. Hendaknya wanita yang akan dinikahi itu seorang yang masih gadis dan masih muda. Hal itu sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab Shahihain dan juga kiab-kitab lainnya dari hadits Jabir, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepadanya,

    Apakah kamu menikahi seorang gadis atau janda? dia menjawab,"Seorang janda."Lalu beliau bersabda, Mengapa kamu tidak menikahi seorang gadis yang kamu dapat bercumbu dengannya dan ia pun dapat mencumbuimu?.

    Karena seorang gadis akan mengantarkan pada tujian pernikahan. Selain itu seorang gadis juga akan lebih menyenangkan dan membahagiakan, lebih menarik untuk dinikmati akan berperilaku lebih menyenangkan, lebih indah dan lebih menarik untuk dipandang, lebih lembut untuk disentuh dan lebih mudah bagi suaminya untuk membentuk dan membimbing akhlaknya.

    Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri telah bersabda,

    Hendaklah kalian menikahi wanita-wanita muda, karena mereka mempunyai mulut yang lebih segar, mempunyai rahim yang lebih subur dan mempunyai cumbuan yang lebih menghangatkan.

    Demikian hadits yang diriwayatkan asy-Syirazi, dari Basyrah bin Ashim dari ayahnya, dari kakeknya. Dalam kitab Shahih al_Jami' ash_Shaghir, al-Albani mengatakan, "Hadits ini shahih."

  4. Dianjurkan untuk tidak menikahi wanita yang masih termasuk keluarga dekat, karena Imam Syafi'I pernah mengatakan, "Jika seseorang menikahi wanita dari kalangan keluarganya sendiri, maka kemungkinan besar anaknnya mempunyai daya piker yang lemah."

  5. Disunahkan bagi seorang muslim untuk menikahi wanita yang mempunyai silsilah keturunan yang jelas dan terhormat, karena hal itu akan berpengaruh pada dirinya dan juga anak keturunannnya. Berkenaan dengan hal tersebut, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

    Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscahya kamu beruntung. (HR. Bukhari, Muslim dan juga yang lainnya).

  6. Hendaknya wanita yang akan dinikahi itu taat beragama dan berakhlak mulia. Karena ketaatan menjalankan agama dan akhlaknya yang mulia akan menjadikannya pembantu bagi suaminya dalam menjalankan agamanya, sekaligus akan menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya, akan dapat bergaul dengan keluarga suaminya.

    Selain itu ia juga akan senantiasa mentaati suaminya jika ia akan menyuruh, ridha dan lapang dada jika suaminya memberi, serta menyenangkan suaminya berhubungan atau melihatnnya. Wanita yang demikian adalah seperti yang difirmankan Allah Ta'ala,

    "Sebab itu, maka wanita-wanita yang shahih adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminyatidak berada di tempat, oleh karena Allah telah memelihara mereka". (an-Nisa:34).

    Sedangkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
    "Dunia ini adalah kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatannya adalah wanita shalihah". (HR. Muslim, Nasa'I dan Ibnu Majah).

  7. Selain itu, hendaklah wanita yang akan dinikahi adalah seorang yang cantik, karena kecantikan akan menjadi dambaan setiap insan dan selalu diinginkan oleh setiap orang yang akan menikah, dan kecantikan itu pula yang akan membantu menjaga kesucian dan kehormatan. Dan hal itu telah disebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits tentang hal-hal yang disukai dari kaum wanita.

    Kecantikan itu bersifat relatif. Setiap orang mempunyai gambaran tersendiri tentang kecantikan ini sesuai dengan selera dan keinginannya. Sebagian orang ada yang melihat bahwa kecantikan itu terletak pada wanita yang pendek, sementara sebagian yang lain memandang ada pada wanita yang tinggi.

    Sedangkan sebagian lainnya memandang kecantikan terletak pada warna kulit, baik coklat, putih, kuning dan sebagainya. Sebagian lain memandang bahwa kecantikan itu terletak pada keindahan suara dan kelembutan ucapannya.

Demikianlah, yang jelas disunahkan bagi setiap orang untuk menikahi wanita yang ia anggap cantik sehingga ia tidak tertarik dan tergoda pada wanita lain, sehingga tercapailah tujuan pernikahan, yaitu kesucian dan kehormatan bagi tiap-tiap pasangan.

--------
Sumber: Fikih Keluarga, Syaikh Hasan Ayyub, Cetekan Pertama, Mei 2001, Pustaka Al-kautsar

ilmu adalah investasi tiada henti