ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Monday, June 11, 2007

Di manakah Allah..........................."Aa Gym ".............................

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.


Di Manakah Allah?
Oleh K.H ABDULLAH GYMNASTIAR

DI manakah Allah SWT? Sebagian orang tidak pernah mengakui bahwa sepanjang hidupnya tidak pernah mengenal agama, namun tidak pernah menyadari bahwa Allah SWT yang Maha Melihat senantiasa menyaksikan apa pun yang digerakkan anggota badan, yang dipendam dalam lubuk hatinya.

Sebagian manusia lainnya baru teringat kepada Allah hanya apabila musibah datang menimpa atau kesengsaraan terus mendera, sehingga sangat merindukan Allah segera mengeluarkannya dari musibah dan kesengsaraan itu. Sementara sebagian lagi begitu rajin berdoa, sangat merindukan Allah mengabulkan segala keinginannya, namun ternyata pertolongan Allah SWT itu tak kunjung tiba. Sehingga iapun bertanya-tanya, apakah Allah SWT tidak mendengarkan doa-doanya? Kapankah pertolongan-Mu datang, Yaa, Rabb? Bukankah Engkau telah berjanji akan mengabulkan segala doa?

Akan tetapi, Subhanallah, ternyata ada juga sebagian manusia mungkin sedikit saja jumlahnya, yang begitu istiqamah melakukan amalan saleh, salat di awal waktu dengan penuh khusyuk, membaca Alquran dengan air mata bercucuran, tangannya tak lekang dari berderma, ikhlas melakukan amalan-amalan sunah; semua itu ia lakukan bukan karena merindukan agar keinginan Allah senantiasa sesuai dengan keinginannya, yang mungkin tanpa sadar diliputi hawa nafsu, melainkan semata-mata ingin selalu menghambakan diri kepada Allah Azza wa Jalla.

Dari lisannya sesungguhnya keluarnya ucapan; di manakah Allah? Itu karena ia siang malam begitu sangat merindukan pertemuan dengan Allah, sehingga kemana pun matanya memandang, yang terlihat hanyalah kemahabesaran Allah SWT, Dzat yang tiada Tuhan selain Dia. Ia merasakan selalu kehadiran Allah SWT, sehingga hari-harinya sangat dipenuhi oleh kehati-hatian agar tidak sampai tergelincir berbuat sesuatu yang dapat mengundang murka-Nya. Hari-harinya pun merupakan hari-hari yang penuh perjuangan yang disukai Allah SWT, yang belum dilakukannya.

Segera ditepisnya segala sesuatu yang bisa memalingkan dari cinta dan rida Allah SWT. Segera dibuang sejauh-jauhnya segala benda, segala hal yang dapat membuatnya merasa tergantung, kendati sekecil apa pun kepadaNya selain Allah SWT.

Ia pun sampailah pada suatu tingkat kearifan, bahwa adanya segenap makhluk di jagat raya alam semesta ini tak ubahnya bayangan pohon di permukaan air. Bayangan pohon itu sama sekali tidak akan menghalangi lajunya sebuah perahu. Demikianlah adanya hakikat makhluk atau benda di dunia ini. Keberadaan makhluk sama sekali tidak mampu menghijab seorang hamba dari Allah SWT. Kalaupun seseorang merasa terhijab, itu sesungguhnya karena ia mengira "bayangan pohon di permukaan air" itu memang ada. Padahal itu hanyalah bayangan belaka.

Persis seperti seorang musafir yang bermalam di sebuah gubuk di pinggir hutan. Saat tengah malam tiba, ketika hendak buang hadas kecil di belakang gubuk, tiba-tiba mendengar suara yang menyeramkan dari balik semak-semak, persis seperti harimau. Karuan saja ia ketakutan sehingga urung melaksanakan hajatnya.

Esok paginya ia memeriksa semak tempat asal suara itu. Ternyata itu hanya desiran angin yang cukup kuat, yang masuk ke sebuah lubang sehingga menghasilkan suara menggeram layaknya harimau. Dengan begitu akal pikiriannya telah salah menyimpulkan, sehingga ia tertahan bukan karena harimau, melainkan karena tertipu oleh prasangkanya sendiri.

Nah, seperti itulah gambaran orang yang menganggap adanya sesuatu yang layak ditakuti dan dijadikan tempat bergantung selain Allah. Sebenarnya ia tertipu oleh khayalan dan pikiran sendiri yang dangkal, sehingga mudah terjebak dan terpesona oleh penampakan-penampakan belaka.

Pantaslah Ibnu Atho'illah dalam kitabnya yang terkenal Al-Hikam memberikan kesimpulan, "Tiada suatu benda pun yang menghijab engkau dari Allah karena sesungguhnya yang menghalangi (pandangan) mu itu adalah prasangkamu akan adanya sesuatu di samping Allah SWT. Padahal, segala sesuatu selain Allah itu pada hakikatnya tidak ada. Yang wajib ada hanyalah Allah semata, sedangkan yang lainnya terserah pada belas kasih Allah SWT untuk diadakan atau pun ditiadakan."

Sayangnya, di sinilah justru letak kelemahan sebagian besar manusia. Kita hanya sampai sebatas duniawi, karena dunia memang penuh aneka warna yang indah-indah dan sesuai dengan selera hawa nafsu. Terus menerus pikiran kita melingkar-lingkar dan mereka-reka suatu keadaan yang lebih baik harta yang melimpah, isteri yang cantik atau suami yang tegap tampan, pangkat, dan kedudukan yang tinggi. Ke mana-mana dimuliakan dan dihormati, yang kesemuanya itu ujung-ujungnya hanya akan semakin jauh memerosokkan diri kedalam gelimang kenikmatan cinta dunia. Dan tentu saja, hijab kegelapan pun semakin pekat dan gulita, sehingga semakin lama semakin terjauhkanlah kita dari rahmat dan pertolongan Allah Azza wa Jalla.

Begitukah pada akhirnya kita akan lebih merasa tenteram kalau uang tersimpan di dompet atau di bank ketimbang dibelanjakan di jalan Allah. Hari-hari yang dijalani pun akan diliputi oleh ambisi mengejar harta, gelar, pangkat, dan jabatan, dengan serta merta dicekam kecemasan dan kegelisahan, manakala apa yang dirindukan tiada didapat atau lepas dari genggaman.

Padahal, kalau soal uang, bukanlah oleh pelacur atau perampok pun bisa didapatkan. Perkara pangkat dan kedudukan, tidakkah pimpinan gangster, raja kokain atau oleh Allah diberi kesempatan? Sekiranya demikian halnya, lantas apa bedanya kita dengan mereka? Memang, orang yang tidak pernah melatih akal pikirannya, hanya akan bisa melihat fenomena-fenomena lahira. Dan ini tidak cukup bisa untuk menikmati hidup dengan baik.

Mulailah belajar berpikir banyak merenung dan tafakur. Lihatlah kedalam diri anda lihatlah pula keadaan di sekeliling kita. Kalau melihat suatu kejadian, janganlah teperdaya oleh fenomena kejadiannya saja. Akan tetapi, renungkanlah, mengapa semua itu terjadi dan kita ditakdirkan Allah; bisa menyaksikannya, mendengar kabarnya atau bahkan mengalaminya sendiri.

Gunung meletus, banjir melanda, musibah penyakit mewabah, kapal karam di tengah lautan, genderang perang berdentam-dentam di berbagai belahan dunia, sehingga karena semua itu ratusan manusia tak berdosa menjadi korban. Pikirkan, apa hikmah di balik segala kejadian itu?

Mudah-mudahan dengan kesungguhan kita ingin mengetahuinya, Allah menolong kita memahami hikmah di balik segala kejadian, sehingga setiap kejadian bisa meningkatkan wawasan, ilmu, dan juga kedekatan kita kepada Allah SWT.

Insya Allah akan didapatkan jawaban yang lebih banyak dan lebih mengesankan, seperti berada di tengah lautan manusia. Kemudian kita bisa naik keatas, sehingga bisa melihat segalanya dengan lebih leluasa dan menemukan jalan keluar yang lebih sempurna. Kita akan bisa merasakan nikmatnya hidup ini sekiranya mempunyai kemampuan berpikir yang baik. Sungguh akan hidup ini tampak lebih menenteramkan, lebih mudah, lebih mengesankan, lebih indah.

Semua kejadian ada hikmahnya. Suatu kejadian yang jelek menurut pandangan kita, apabila kita dalami hikmahnya, insya Allah bisa kita temukan hakikat sesungguhnya,jangan tergesa-gesa untuk kecewa karena siapa tahu di balik kejadian yang mengecewakan itu ada kebaikan kemudian hari. Sebaliknya, jangan tergesa-gesa bergembira karena siapa tahu ketergesa-gesaan untuk bergembira membuat kita tidak waspada terhadap ancaman yang berada di balik kegembiraan itu. Pendek kata, jangan tergesa-gesa untuk mengambil suatu tindakan, tetapi bertindaklah sesudah kita berpikir dengan baik.***


No comments:

ilmu adalah investasi tiada henti