ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Thursday, June 7, 2007

Kerja Adalah Kehormatan.....

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Kemuliaan dalam kesederhanaan
Sobat, kalo kita nyadar bahwa potret masa depan telah kita bingkai sejak saat ini, tentu hidup sederhana dalam keseharian lebih keren dibanding terjebak dalam hingar-bingar kesenangan dunia belaka. Hidup sederhana yang kita maksud adalah membelanjakan harta dengan tidak berlebihan untuk memuaskan nafsunya serta nggak pelit dalam berbuat kebaikan. Allah Swt. berfirman:

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudaranya setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya”(QS al-Isrâ [17]: 26-27)

Jadi, kalo punya harta berapa pun, kita ikhlas membaginya untuk berbuat kebaikan, nggak semuanya dilalap untuk memenuh hasrat belanja kita yang nggak ketulungan. Oya, kalo pun mo beli barang untuk memenuhi keperluan, ya disesuaikan dengan kebutuhan kita. Bukan dipaksa memenuhi keinginan kita yang gampang tergoda oleh iklan yang bombastis. Tetep kalem, Bro! Nggak usah tergesa untuk tergoda.

Untuk itu, kita bisa menauladani kehidupan Rasulullah saw. Umar Ibnu Khattab bercerita: “Aku pernah minta izin menemui Rasulullah, aku mendapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar, sebagian tubuh beliau berada di atas tanah, beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras. Aku ucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya, aku tidak sanggup menahan tangisku.

“Mengapa engkau menangis, hai putra Khaththab?” Rasulullah bertanya. Aku berkata, “Bagaimana aku tidak menangis, tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau. Engkau ini nabi Allah, kekasihNya, kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Padahal di tempat sana, Kisra dan Kaisar duduk di atas kastil emas, berbantalkan sutra”.

Nabi yang mulia berkata, “Mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga, kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir kita. Perumpamaanku dengan dunia seperti seseorang yang bepergian pada musim panas, ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya”. (Hayat al- Shahabah 2: 352)

Untuk mewujudkan pola hidup sederhana dalam keseharian, bisa kita mulai dengan: Pertama, jinakkan perasaan tidak puas terhadap kenikmatan yang udah Allah kasih buat kita. Hidup kita bakal dibikin tekor dunia dan akhirat kalo pikiran selalu terfokus pada apa yang belum kita miliki, bukan mensyukuri apa yang sudah kita punya.

Kedua, lejitkan rasa percaya diri dalam diri kita. Orang psikologi bilang, Orang yang punya merasa rendah diri akan mudah terjebak dalam pola hidup yang tidak sederhana dengan cara menipu diri -self deception (Hamacheck: 1987). Dia takut memunculkan identitas aslinya sehingga menipu dirinya dengan menghadirkan jati diri orang lain yang dipercaya bisa diterima oleh lingkungan dibanding dirinya. Maka, sebagai remaja muslim, kudu tetep confident dengan kesederhanaan hidup kita yang terbalut ridho ilahi. Nggak mesti jadi bebek kan? Nggak usah semangat ikut yang salah.

Nah sobat, alangkah indahnya jika kita bisa menghiasi hidup kita dengan kesederhanaan. Kita bisa ngasih nilai tambah pada momen perpisahan sekolah tanpa harus menyeretnya dalam budaya pesta berbalut maksiat. Kegiatan bakti sosial, foto bareng temen-temen sekelas di halaman sekolah, atau bikin buku angkatan yang berisi biodata singkat semua sohib satu angkatan dengan catatan dan harapan masing-masing, bisa jadi alternatif agenda di akhir tahun ajaran.

So, yang penting mari kita sama-sama belajar mencontoh kehidupan Rasulullah saw. maupun para sahabat yang sederhana dalam penampilan namun berlimpah dalam kebaikan serta memberikan manfaat bagi semua orang. Itu baru cool, calm, en confident as a moslem![hafidz: hafidz341@telkom.net]

"Sering terjadi pada umur yang panjang masanya, tapi sedikit manfaatnya. Ada pula umur yang pendek waktunya, tapi panjang manfaatnya." (Ibnu Athaillah, Al Hikam)




KERJA ADALAH KEHORMATAN

Oleh : Andrie Wongso*)

Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.

”Om beli bunga Om.”

”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.

”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.

Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.”

Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya, si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya.


”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.” Bercampur antara jengkel dan kasihan si pemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya.

”Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil. Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana.

Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung. ”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?” Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab, ”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”

Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.


Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangan.


Salam sukses luar biasa!
Andrie Wongso ( cyberMQ )


Bangkrutkah kita

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

Suatu ketika saya berkesempatan mengisi acara di teman-teman kontraktor pengembang perumahan dengan materi “The Spiritual Financial”, yaitu bagaimana mengelola kehidupan keuangan kita secara spiritual.

Salah satu pertanyaan yang sangat mengejutkan kami adalah “Mengapa hampir 90 %, para pengembang diakhir hidupnya menjadi bangkrut secara keuangan dan kesehatan?”

Secara pribadi, saya sangat kesulitan untuk menjawab, disebabkan oleh rasa takut kalau jawaban akan menyinggung peserta. Namun karena didesak terus untuk menjawab, maka saya menjawab dengan salah satu sisi kehidupan saja.

Kalau sahabat-sahabat pernah membaca buku “The Power Of Water”, salah satu dari analisa tentang kedasyatan air adalah air yang dipuji kristalnya sangat bagus bila dipanding dengan air yang dimaki atau di cuekin. Bahkan dalam buku itu juga dibahas bahwa makanan yang dipuji akan jauh lebih lama membusuknya bila dibanding dengan makanan yang dimaki atau dicuekin saja.

Oleh karena itu, analisa tentang air yang dipuji dan air yang dimaki, berdampak dalam bentuk kristal yang berbeda dan itu akan mempengaruhi daya kesehatan air terhadap tubuh.

Tubuh kita, lebih dari 85 % komponennya mengandung air. Apabila diri kita sebagai pengembang perumahan yang sering hanya bagus di iklan dan pamflet saja, sedangkan kenyataan lapangan sering merugikan konsumen dan bahkan banyak yang sudah membayar lunas, namun tetap tidak segera dibangun atau dibangun tidak sesuai dengan janji mutu rumah dan sekaligus mutu insfra struktur, maka siap-siap saja akan dimaki-maki oleh konsumen.

Kalau ratusan dan bahkan ribuan konsumen memaki-maki kia, sehingga mempengaruhi kristal kandungan air dalam tubuh kita, maka siap-siap saja kesehatan dan ketajaman dalam menganalisis bisnis tidak seakurat bila diri kita mendapatkan pujian dan doa dari para konsumen yang sebagian besar merasa puas karena kita memberikan lebih dibanding iklan yang dijanjikan.

Sayabat CyberMQ

Sebenarnya, tidak hanya menyangkut para pengembang perumahan saja, ini hanya merupakan studi kasus saja. Namun secara garis besar, kalau kita sering merugikan banyak orang, hasil pengamatan kami, diri kita maupun perusahaan kita lama kelamaan akan bangkrut, walaupun didalamnya terdiri dari para professional dibidangnya. Sebab kristal-kristas dalam tubuh kita mutunya sangat jelek karena mendapat makian dari banyak orang dan itu mempengaruhi kejernihan dalam berpikir dan bertindak.

Apalagi kalau kita menyadari betul dengan hadist Rasulullah Muhammad saw yang intinya adalah “Hati-hati dengan mulut orang, sebab kita tidak tahu dari mulut mana yang doanya terkabul”, atau hadist lain yang salah satu intinya adalah: “Doa orang yang terdhalimi sangat terkabul”.

Lompatan kesuksesan, salah satu faktor pentingnya adalah doa-doa dari konsumen kita, begitu juga lompatan kejatuhan, salah satu faktor utamanya adalah makian-makian dari konsumen kita.

Berani hadapi tetap menjadi pengusaha apapun namanya dan selalu bersungguh-sungguh menjadikan konsumen ceria, sehingga kita mendapat pujian dan bukan makian ??? Bagaimana pendapat sahabat.

Masrukhul Amri: Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. e-mail : amri{at}mq{dot} co{dot}id



Disiplin, Harga Diri yang Hakiki

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Saudaraku, terkadang kita tidak menyadari bahwa harga diri kita terletak pada sejauh mana sikap disiplin ada dalam diri. Namun tidak sedikit diantara kita yang menyadari sehingga menganggap harta, pangkat dan jabatan menjadi tolak penghargaan seseorang. Maka tak sedikit orang lebih hormat pada orang yang berpangkat tinggi tapi tidak disiplin dari pada karyawan yang disiplin.

Seseorang yang memiliki jiwa disiplin, kapan pun dimana pun berada senantiasa taat peraturan. Aturan ditempat kerja, misalnya. Di kala jam masuk kerja telah ditentukan, serta merta dia datang tepat waktu setidaknya sepuluh menit sebelum waktu kerja sudah berada di tempat kerja. Pun dia tidak akan pulang sebelum waktu yang telah ditentukan. Waktu kerjanya dimanfaatkan untuk waktu kerja, tidak untuk kepentingan pribadi.

Sesorang yang bersikap disiplin banyak orang yang kagum kepadanya. Walaupun begitu, tidak akan menyurutkan niat dan tekadnya dalam bekerja. Sehingga kerjanya betul-betul berkualitas. Yang ada dalam dirinya bagaimana caranya agar waktu dan kesemptan yang ada digunakan sebaik-baiknya. Dia menyadari betul bahwa disiplin adalah harga dirinya.

Dalam aturan adanya tuntutan kedisiplinan, jika melanggar ada resikonya. Di tempat kerja salah satunya. Jika tidak sesuai dengan aturan, waktu masuk seenaknya, kerjaan dikerjakan ogah-ogahan, dapat dipastikan dia akan menerima resikonya. Bisa jadi perusahaan tidak membutuhkannya. Sehingga disepak begitu saja. Bukan hanya itu, aturan dalam ibadah saja jelas hukumannya. Ketika kewajiban shalat tidak ditunaikaan, murka Allah menimpanya. Jika dikerjakan tidak tepat waktu pun akan berdampak juga. Nilainya akan berbeda dengan yang dikerjakan tepat waaktu apalagi disertai berjamaah.

Untuk itu, saudaraku marilah kita disiplin diri. Yakinlah bahwa disiplin merupakan harga diri yang hakiki yang tidak akan tergantikan dengan apapun. Yakini pula bahwa disiplin yang akan menyelamatkan hidup kita di dunia dan akhirat. Tentu, disertai keridhaan Allah SWT. Wallahu 'alam bishawab.


Myspace Contact Tables

Myspace Contact Tables

Myspace Codes

No comments:

ilmu adalah investasi tiada henti