ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Saturday, August 11, 2007

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi

Meraih Kasih Sayang
Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR

ANDAI kata kita merindukan hidup ini indah, bermakna, mulia, dan bermartabat, maka tak bisa tidak kita harus berjuang keras menghidupkan hati kita, yaitu menghidupkan kasih sayang yang menjadi fitrah kita semua dengan beberapa cara sederhana.

Merasa bersaudara

Sungguh berbeda perasaan dan sikap kita andai kata kita merasa bersaudara. Kecendrungan ingin menolong, membela, berkorban, dan memaafkan lebih besar dibanding bila kita tidak merasa bersaudara dengan orang lain. Kini, saatnya kita gelorakan semangat bersaudara seiman - bagi yang seakidah - saudara sesuku, saudara sebangsa bahkan saudara seketurunan Nabi Adam dan Hawa.

Jika perasaan ini berusaha kita tanamkan dan menghujam di hati kita, maka bila kita memandang orang lain niscaya akan ada perasaan kasih sayang. Ketika melihat anak jalanan kita merasa sebagai saudara yang kurang beruntung dan manakala melihat para preman kita akan merasa bahwa mereka saudara kita yang belum mendapat hidayah.

Begitu pula ketika melihat orang yang berbuat buruk kepada kita, maka kita beranggapan sebagai saudara yang sedang khilaf. Jika demikian, maka kita akan menyikapinya secara arif dan bijaksana; cenderung lebih memaklumi, memaafkan, dan lebih bersemangat membalas dengan kebaikan.

"Tidak beriman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri." (H.R. Bukhari-Muslim)

Tentu saja kebatilan tetap harus diberantas, namun hanya kepada kekejiannya bukan benci kepada manusia itu sendiri.

Mengenang budi baik

Entah mengapa jika kita teringat keburukan seseorang terhadap kita, maka sertamerta hati ini akan dongkol, marah, perasaan tak enak, gelisah, serta ingin membalasnya. Namun, bila kita mengenang jasa baik seseorang entah kenapa pula hati ini luluh. Kenanglah jasa baik orang tua yang sudah mengandung kita selama 9 bulan, melahirkan, menyusui, menjaga kita siang dan malam, dan seterusnya. Semakin terasa hutang budi kepada orang, semakin ingin membalas dengan segala kebaikan yang mampu kita lakukan. Demikian pula bila kita kenang jasa baik para guru-guru, teman-teman, aparat, atau siapa pun yang berbuat baik.

"Yang paling pandai bersyukur kepada Allah ialah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia." (H.R. Thabrani)

Melembutkan hati ini adalah dengan belajar meraba dan merasakan derita saudara kita lainnya, yang sedang ditimpa kemalangan. Cobalah hidupkan hati ini dengan memikirkan bagaimana anak yatim yang amat merindukan kasih sayang orang tuanya yang telah tiada. Bagaimana para pengemis dan keluarganya harus menahan lapar siang dan malam, bagaimana perasaan gelandangan yang sedang sakit dan berbaring di pinggir jalan atau kolong jembatan, tak ada selimut, tak ada yang memberi obat, dan tak ada yang menengok.

Lihat pula saudara kita yang berada di pengungsian yang harus menenangkan anak-anaknya yang menangis, karena lapar meminta makan sementara makanan tidak ada. Atau lihat pula orang yang sedang di penjara yang amat kesepian, rindu kepada anak-anaknya, atau bahkan yang tersiksa dan teraniaya. Bila kita melihat dan mendengar musibah yang menimpa seseorang lalu kita berusaha empati, meraba perasaan dan deritanya, Insya Allah akan tersentuh dan tergerak hati ini untuk berbuat sesuatu, minimal turut merasa pedih dan ingin berbuat sesuatu, atau paling tidak melayangkan sebait doa buat mereka.

Silaturahmi

Silaturahmi adalah menyambungkan kasih sayang. Percaya atau tidak, bila kita rajin sekali silaturahmi akan menimbulkan perasaan akrab, saling mengerti, saling memahami, komunikasi yang baik, dan bisa memupus kecurigaan atau prasangka. Di samping itu, akan timbul pula sinergi saling memberi ilmu, wawasan bahkan tak jarang terjalin kerja sama. Bisa juga menjadi jodoh jika silaturahmi itu dilakukan dengan tulus karena Allah semata. Ini semua akan berdampak besar sekali untuk menghidupkan fitrah kasih sayang kita.

Oleh karena itu, milikilah program bersilaturahmi dengan sungguh-sungguh sebagai aset untuk kebahagiaan dan kesuksesan kita. Tak hanya kepada saudara tapi juga kepada orang lain, tak hanya dengan atasan atau orang kaya atau orang yang kita segani, tapi juga kepada karyawan kecil dan orang papa. Tak hanya kepada orang yang berbuat baik, tapi juga kepada orang yang pernah menyakiti, yang kikir, yang menjauhi bahkan yang tak menyukai kita. Dari Abu Hurairah bahwa dia berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya, maka hendaklah ia melakukan silaturahmi." (H.R. Bukhari - Muslim)

Berkirim hadiah

Bagaimana perasaan kita jika ada orang yang berbuat baik, menolong dan berkirim hadiah kepada kita, tentu saja sangat senang dan semakin menyayanginya. Rasullullah pun bersabda dalam hal ini. "Dari `Aisyah katanya: Rasulullah saw. sering menerima hadiah dan membalasnya."

Sepertinya, hal ini harus menjadi program kehidupan kita. Carilah terus kemampuan agar kita bisa membahagiakan orang lain baik berupa senyuman, wajah ceria, hadiah berupa ucapan yang baik, hadiah berupa barang yang bermanfaat, atau paling tidak hadiah berupa doa yang tulus kita panjatkan kepada Allah agar orang lain selalu mendapat perlindungan kasih sayang Allah. Wallahua'lam.***

myspace codes
http://www.istanasurgaku.blogspot.com

Ikhsan


No comments:

ilmu adalah investasi tiada henti