ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Monday, July 23, 2007

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Hijrah dari Musibah
Oleh ARY GINANJAR AGUSTIAN

WAKTU ibarat pedang, kata pepatah Arab. Waktu tak terasa sama sekali. Siang berganti malam dan malam pun bertukar siang. Rembulan terus mengitari bumi dan bumi senantiasa mengelilingi matahari.

Waktu terus berputar, musim demi musim berganti. Gerbang tahun baru berganti dan bergulir ke tahun baru. Berjuta impian dan harapan berpendar, memacu semangat untuk senantiasa berbuat lebih baik di esok hari.

Ada beberapa catatan kejadian yang lekat membekas dan terpatri sampai saat ini. Peristiwa-peristiwa tersebut seharusnya dapat dijadikan cermin untuk melangkah ke depan. Serangkaian peristiwa muram terjadi, tragedi-tragedi mengenaskan meronai hari-hari di negeri ini. Bencana seolah tidak ada henti.

Dalam beberapa tahun terakhir negeri tercinta ini dilanda banjir, tanah longsor, lumpur di Jawa Timur yang tak kunjung surut. Terakhir, musibah dan berbagai kecelakaan dialami beberapa alat transportasi baik darat, laut, maupun udara. Bahkan, penerbangan Indonesia dilarang mengunjungi negara-negara Eropa sehingga pemerintah Arab Saudi pun mempertanyakan kelaikan "Garuda" untuk mengangkut jemaah haji tahun ini.

Tak dapat dimungkiri, jumlah bencana alam terus mengalami peningkatan. Menurut sebuah sumber, jumlah bencana alam di tahun 1990-an meningkat tiga kali lipat dibandingkan jumlah bencana alam yang terjadi pada tahun 1970-an dan diperkirakan akan terus meningkat pada dekade yang akan datang.

Bandingkan 964 bencana alam di tahun 1970-an, menjadi 2.720 pada 1990-an, dan akan mencapai 4.650 bencana alam di tahun 2000-an. Ditinjau dari segi jumlah korban, setiap kejadian mengakibatkan sekitar 10 kematian dan bahkan lebih, dan setiap kematian akan memengaruhi 100 orang lainnya. Sebuah kenyataan yang tak seorang pun mengharapkannya.

Diakui atau tidak, berbagai bencana itu merupakan bukti bahwa manusia pada masa kini sudah semakin jauh dari garis orbit. Begitu banyak pelanggaran suara hati yang menimbulkan kekacauan di muka bumi ini. Hukum aksi-reaksi berlaku pada alam. Apa pun aksi yang dilakukan manusia pada alam, maka akan menimbulkan reaksi alam pada manusia.

Bencana, apa pun bentuknya, senantiasa menyadarkan kita betapa lemahnya manusia. Bahkan, teknologi canggih yang amat dibanggakan manusia pun kerap tak mampu melawan kehendak alam. Berbagai musibah pada dasarnya adalah sinyal sekaligus pesan. Alam adalah cermin perilaku manusia, sedangkan peristiwa dan berbagai gejala alam adalah bahasa dari Sang Pencipta kepada makhluk-Nya.

Saatnya kita melakukan introspeksi secara serius dan mendalam, atas apa yang telah kita lakukan. Hijrah adalah momen perubahan. Ada banyak pelajaran berharga dari hijrahnya Rasulullah saw yang bisa kita teladani. Hijrah bisa bermakna melangkah kembali ke garis orbit. Hijrah adalah segera kembali mengarah pada pusat orbit yang benar. Kembali ke fitrah.

Beberapa bulan lagi kita akan menjelang bulan suci Ramadan. Sebuah bulan teramat istimewa bagi umat Islam. Ramadan bukan hanya bermakna fisik yakni sebatas berpuasa, melainkan lebih dalam lagi, yaitu menuju ketundukan pada keteraturan dan ketetapan Sang Pencipta alam semesta.

"Demi matahari dan sinarnya di pagi hari. Demi bulan apabila mengiringi. Demi siang apabila menampakkan diri. Demi malam apabila menutupi. Demi langit dan seluruh binaannya. Demi bumi dan semua yang ada di permukaannya. Demi jiwa dan penyempurnaannya. Allah mengilhami sukma kebaikan dan keburukan. Beruntunglah siapa yang menyucikannya. Dan rugilah siapa yang mengotorinya". (Q.S. Asy Syams 1-10).

Wallahu-a'lam.***

http://i.cnn.net/cnn/SPECIALS/2004/tsunami.disaster/images/top.aceh.ap.jpgBy Ikhsan Sanitomichie email AbuBa_8@yahoo.com/http://istanasurgaku.blogspot.com

No comments:

ilmu adalah investasi tiada henti