ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Thursday, July 19, 2007

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Karakter Baik dan Kuat
Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR

MASALAH karakter adalah masalah inti yang menyebabkan umat Islam banyak tertinggal dalam menjalankan kewajibannya sebagai khalifah di muka bumi.
Karakter yang lemah, seperti sikap minder, kurang percaya diri, tidak mandiri, dan malas, biasanya menyebabkan potensi yang ada tidak tergali dan tidak berkembang. Padahal, itu semua merupakan suatu kekuatan nyata yang akan mengharumkan umat Islam. Begitupun karakter yang buruk, seperti sikap egois, serakah, licik, dan materialistis, akan membuat kekuatan dan kemampuan yang telah ada tidak membawa dampak dan manfaat yang luas bagi kepentingan maupun kemajuan umat.
Sekali lagi, inti dalam persoalan karakter adalah qalbu atau hati nurani. Oleh karena itu, kita perlu manajemen qalbu karena dengan upaya mengelola hati terbukti efektif dapat memenuhi dahaga kesejukan dan ketenteraman hati yang sangat langka dan mahal, menyehatkan dan membersihkan hati-hati yang kotor dan berpenyakit, menerangi hati yang gelap dan bersamaan dengan itu membakar semangat dan menggelorakan hati yang lemah dan lesu. Pada akhirnya perubahan suasana qalbu ini akan sangat berdampak pada perubahan perilaku seseorang.
Karakter itu terdiri dari empat hal. Pertama, ada karakter lemah; misalnya penakut, tidak berani mengambil risiko, pemalas, cepat kalah, belum apa-apa sudah menyerah, dan sebagainya. Kedua, karakter kuat; contohnya tangguh, ulet, mempunyai daya juang yang tinggi, atau pantang menyerah. Ketiga, karakter jelek; misalnya licik, egois, serakah, sombong, pamer, dan sebagainya. Keempat, karakter baik; seperti jujur, terpercaya, rendah hati, dan sebagainya.
Hari ini, yang kita rindukan adalah --meskipun secara lambat laun-- negeri ini akan bangkit kembali. Ini bisa terjadi bila dua karakter, yaitu karakter yang kuat dan baik bersinergi. Misalkan dia tangguh, ulet, tapi tetap rendah hati dan merupakan pekerja keras yang sangat gigih. Dia berprestasi gemilang tapi ikhlas. Inilah yang diharapkan dari setiap pertemuan kita. Yakni, mewujudkan manusia-manusia tangguh, berani, gigih, ulet, jujur, rendah hati, dapat dipercaya, dan sebagainya. Allahu Akbar!
Satu hal yang patut kita sayangkan kemudian adalah, karakter manusia Indonesia khususnya kaum Muslim, tidak terlalu sesuai dengan karakter yang diinginkan di atas. Ternyata, banyak manusia di Indonesia yang mempunyai kebiasaan korupsi, dari yang raksasa sampai yang kecil-kecilan. Hal ini disebabkan kita mempunyai jiwa miskin.
Pernah suatu ketika di Mekah, tepatnya di Masjid Al Haram, di saat buka saum ada beberapa orang pengemis membawa kain yang tampaknya penuh dan isinya terlihat berat. Mereka meminta-minta sampai kain bawaannya semakin banyak. Ternyata, dia melakukan itu karena merasa bahwa belum tentu besok hari akan mendapatkan kesempatan yang sama.
Orang yang miskin jiwa seperti itu terus tumbuh. Orang-orang yang licik, koruptor, yang mengambil harta orang lain tanpa hak, sebetulnya mereka adalah orang-orang miskin. Walaupun jabatannya tinggi, kedudukan, dan hartanya berlimpah, tetapi jiwanya tetap miskin. Dia akan terus mengambil apa saja yang ada di hadapannya meski itu bukan miliknya.
Saat pembagian beras untuk orang miskin (raskin), mereka menjadi orang pertama yang mengambil beras itu. Sebelum sampai kepada yang berhak sudah dimakan lebih dulu oleh oknum-oknum yang miskin jiwa tersebut. Atau kalau tidak, beras itu mereka timbun untuk kemudian dijual.
Orang yang miskin jiwa, bila naik jabatan akan sibuk mencari rampasan. Akibatnya, kewajibannya menjadi terbengkalai. Miskin jiwa, meski kaya harta; dia akan merusak. Oleh karena itu, jangan mencari pasangan yang kaya secara lahiriah. Carilah manusia yang kaya batin dengan penuh kemuliaan.
Kekayaan lahir itu hanyalah topeng. Orang yang hanya mempertontonkan topeng adalah kekanak-kanakan. Harta yang didapat dengan tidak halal tidak akan membuat bahagia. Bahkan akan jadi racun untuk keluarga. Di sinilah kiranya kita perlu melakukan pemetaan karakter agar kita dapat mengetahui tentang aspek positif dan negatif dari karakter-karakter yang cenderung ada dalam diri manusia. Dari kuadran karakter tersebut ada beberapa hal yang dapat kita perhatikan.
a. Karakter buruk bertemu dengan karakter lemah, ini tidak berbahaya. Karena orang yang berniat jahat, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya.
b. Karakter baik bertemu dengan karakter lemah, ini yang banyak ada pada diri kita. Kebanyakan dari kita mempunyai sifat-sifat yang baik, tetapi tidak mempunyai etos yang tinggi untuk mengembangkan diri.
c. Karakter buruk bertemu dengan karakter kuat. Karakter ini yang sangat berbahaya karena dia mempunyai sifat yang buruk dan gigih serta ulet di dalam melakukan kejahatannya.
d. Karakter baik bertemu dengan karakter kuat, ini yang diharapkan akan mengubah negeri kita. Karena karakter ini yang mempunyai sifat baik dan etos yang tinggi untuk berkembang dan mengubah ke arah yang lebih baik.
Sebenarnya membangun karakter pribadi seorang Muslim ini dimulai sejak dini. Dalam hal ini pembangunan karakter pribadi Muslim membutuhkan dukungan berbagai pihak, berbagai aspek. Di atas semua itu adalah apa yang disebut oleh buku ini "sistem yang kondusif". Ini bisa saja bermula dari keluarga, entah itu dari orang tua sendiri, bapak dan ibu, paman dan bibi, dan kakak-kakak atau adik-adik; semuanya secara tidak langsung memberikan kontribusi tersendiri yang berpengaruh terhadap pertumbuhan karakter. Di lingkungan lainnya, yaitu lingkungan luar keluarga, seperti pergaulan teman sebaya, hubungan antartetangga, bahkan organisasi sekalipun pada dasarnya turut menumbuhkembangkan karakter pribadi seorang Muslim.
Oleh karena itu, tepat kiranya riwayat yang mengatakan, "Bergaul dengan tukang minyak wangi akan terciprat bau harumnya. Sementara bergaul dengan tukang pandai besi akan tersengat hawa panasnya." Riwayat ini jelas memperlihatkan kepada kita sejumlah pengaruh yang bisa muncul apabila kita ingin menumbuhkan karakter pribadi kita. Kalau kita ingin karakter pribadi kita tumbuh makin baik, makin sempurna, minimal kita perlu memilih pergaulan yang akan membuat kita terjaga, tentu saja terjaga dari pergaulan yang justru menumbuhkan kepribadian negatif.
Kita berdoa semoga generasi umat ini senantiasa tumbuh menjadi karakter pribadi Muslim yang positif. Positif tidak saja memahami makna-makna ajaran Islam, tetapi juga positif dalam memperlihatkan bagaimana ajaran Islam itu sebenarnya rahmatan lil 'alamin melalui diri kita tentu saja. Wallahualam.***

No comments:

ilmu adalah investasi tiada henti