ikatlah ilmu dengan menuliskannya"sanitomichie"

Thursday, July 19, 2007

Melangkah dalam satu tujuan menuju ridho illahi.

Modal Visi & Harapan
Oleh ARY GINANJAR AGUSTIAN

ANGKA bunuh diri di Indonesia makin memprihatinkan. Hanya gara-gara sepele misalnya alasan ekonomi seseorang nekat bunuh diri seperti alasan seorang ibu rumah tangga yang bunuh diri dengan anak-anaknya.
Padahal, sebagai umat yang diberi akal seharusnya memiliki pikiran dan rancangan jauh ke depan. Harus bersikap visioner, memandang jauh ke depan. Bukankah Allah SWT. memiliki sifat "Al-Akhir" yang menuntut kita untuk berpikir visioner?
Covey, dalam bukunya yang paling anyar pun mengakui bahkan menguatkan keberadaan visi sebagai wujud kecerdasan mental. Sedangkan disiplin dianggap Covey sebagai bentuk kecerdasan fisik, gairah sebagai pengejawantahan dari aspek EQ (Emotional Quotient), dan nurani atau suara hati sebagai hal konkret dari kecerdasan spiritual. Kita akan dibuat terenyak dan seketika menganggukkan kepala (anggukan universal) bahwa ungkapan Covey sebagai cerdas secara spiritual baik nurani maupun suara hati selaras dengan suara Illahiah.
Suara hati sejatinya telah memberi energi pendorong bagi fisik, mental, dan emosional untuk menjalani kehidupan dan menghadapi masa depan. Berpikir dan bertindak dengan menggunakan kerangka Vision Principle, secara otomatis akan mengarahkan jiwa-raga kita untuk terus-menerus memperkokoh diri sebagai abdi Yang Mahakuasa.
Laa ilaaha illallah sebagai kekuatan spiritual yang menjadi motor penggerak setiap jejak langkah kita. Ketika kekuatan "God Spot" mampu mengalir untuk menguatkan suara hati lewat Asmaul Husna, ia akan memberikan arus listriknya pada akal lewat visi, sang tubuh dengan perilaku disiplin, dan sang hati dengan kehangatan semangat penuh kegairahan. Energi positif tersebut akan mengubahnya menjadi tujuh kekuatan gerak yaitu perilaku jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja sama, adil, visioner, dan peduli.
Modal inilah yang akan membimbing pribadi-pribadi penggenggamnya untuk menggebrak dunia. Dengan semangat kejujuran dan keadilan, ia hadapi kompetitor dengan fair, berkompetisi secara "menang-menang". Dengan semangat tanggung jawab dan kepedulian, terus-menerus menyadari kompetisi harus dihadapi, dan bukannya melarikan diri. Ia pun berdisiplin untuk mengejar ketinggalan serta terus-menerus kaizen dengan inovasi termasuk dengan bentuk "kerja sama" yang strategis.
Terakhir, ia mampu menjadi sosok pribadi visioner, yang selalu memulai aktivitas diri dan bisnisnya dengan visi dan harapan.
Modal inilah yang dibutuhkan oleh para manusia digital, ia tak sekadar bertindak defensif menghadapi masa depan.
Tak juga pasif takluk pada mata rantai sebab-akibat. Namun sejatinya ia selalu merujuk pada keberanian untuk menyodorkan jawaban yang sophisticated, solusi canggih yang positif.
Kemampuan melihat hambatan permasalahan sebagai challenge bagi terciptanya tataran nilai yang lebih baik itulah solusi yang sesungguhnya. Dengan bermodalkan suara hati, visi, komitmen, dan kerja keras yang penuh kedisiplinan serta semangat kepedulian dan tanggung jawab, ia akan selalu mampu seize the future, menghadapi kemajuan teknologi dunia dengan kemungkinan-kemungkinan bagi diri dan korporasinya untuk melakukan open-sourcing, out-sourcing, supply-chaining, in-sourcing, in-forming, dll.
Kebutuhan "kecepatan" di era 2000, di mana setiap negara telah Using IT to transform a business, tak menjadi kendala bagi pribadi-korporasi bermental unshakable. Selalu memulai aktivitas dengan sebuah doa, memiliki integritas makna yang teramat dalam. Sebab, memulai sesuatu dengan doa, berarti memulai sesuatu dengan otak kanan, yaitu visi dan harapan. Inilah syarat menuju tantangan dan kompetisi menuju Indonesia Emas 2020.***
Yanto SupriadiMerintis Korda ESQ Purwakarta
MEMULAI suatu yang baru terasa berat apalagi dilaksanakan seorang diri. Ini pula yang dialami Ketua Koordinator Daerah (Korda) Forum Komunikasi Alumni (FKA) ESQ Kab. Purwakarta, Yanto Supriadi, yang ditemui di sela-sela ESQ Peduli Pendidikan, baru-baru ini.
"Saya ikut training ESQ Profesional angkatan 10 pada Agustus 2005. Karena saya berasal dari Purwakarta, setahun kemudian mendapat amanah merintis Korda ESQ," katanya memulai kisahnya.
Tanpa dibekali dengan nama-nama alumni ESQ asal Purwakarta, membuat Yanto harus bergerilya ke tiap-tiap instansi pemerintah maupun swasta guna mendata alumni ESQ. "Di ESQ Leadership Centre (LC) Bandung memang ada data alumni ESQ, tapi tidak boleh diakses karena takut disalahgunakan untuk kepentingan pemasaran berantai (MLM/multi level marketing)," katanya.
Ketika meminta data alumni ESQ di tiap instansi, Yanto mendapatkan pengalaman menarik karena tidak semua pejabat mau menerimanya. "Ada yang bersikap terbuka sehingga formulir alumni ESQ bisa terisi, tapi ada juga yang belum apa-apa sudah buang muka," katanya.
Selama sebulan bergerilya mencari data, akhirnya pada September 2006 mendapatkan 60 orang alumni ESQ. "Setelah kami membentuk Korda lalu mengadakan training ESQ yang dimulai pada Desember 2006 sebanyak 123 orang. Biaya training di daerah seperti Purwakarta hanya Rp 770.000,00 dan tak bisa dinaikkan karena daya belinya masih rendah," katanya. (Sarnapi/"PR")***

No comments:

ilmu adalah investasi tiada henti